Pasbana - Ia bukan CEO. Bukan juga influencer. Tapi kisah hidup Ronald Read—seorang petugas kebersihan di Amerika Serikat—menjadi pelajaran mahal tentang kekayaan yang lahir dari kesederhanaan, disiplin, dan kesabaran.
Ronald Read bukan nama yang biasa terdengar di daftar orang kaya Amerika. Ia bukan pendiri startup, tak pernah tampil di televisi, apalagi menjadi bintang media sosial. Tapi ketika pria tua yang sehari-hari memakai kemeja flanel lusuh dan mengendarai mobil tua itu meninggal dunia pada tahun 2014, satu kota di Vermont, Amerika Serikat, dibuat tercengang: Ronald meninggalkan warisan senilai 8 juta dolar AS atau sekitar Rp124 miliar.
Bukan sulap. Bukan warisan. Semua kekayaannya murni hasil dari kerja keras, gaya hidup hemat, dan kebiasaan investasi jangka panjang. Kisah ini bukan cuma inspiratif, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa menjadi kaya bukan hanya milik mereka yang bergaji besar—tapi juga mereka yang sabar dan konsisten.
Dari Pom Bensin ke Puncak Portofolio
Ronald Read lahir pada tahun 1921 di sebuah kota kecil di Vermont. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja sebagai mekanik di pom bensin, dan setelah pensiun, menjadi petugas kebersihan di sebuah toko serba ada. Gajinya? Hanya sekitar USD 50 per minggu.
Namun yang membuat Ronald berbeda adalah caranya mengelola uang. Ia tidak pernah hidup mewah. Ia jarang jajan, tidak membeli barang-barang mahal, dan bahkan dikenal sering memperbaiki sendiri mobil tuanya yang usang.
Namun diam-diam, ia memiliki hobi yang tak banyak diketahui orang: investasi saham.
Rahasia di Balik Kekayaannya: Dividen, Disiplin, dan Tidak FOMO
Ronald mulai berinvestasi di pasar saham saat berusia 38 tahun. Ia bukan tipe investor nekat. Tidak pernah mengikuti tren spekulatif atau berusaha “cepat kaya”. Ia hanya memilih saham-saham dari perusahaan besar, stabil, dan rajin membagikan dividen—seperti Procter & Gamble, JPMorgan Chase, dan General Electric.
Alih-alih menjual saham saat naik, ia justru memegangnya selama puluhan tahun. Dividen yang ia terima? Langsung diinvestasikan kembali.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, selama hidupnya Ronald mengoleksi portofolio lebih dari 95 saham berbeda, semuanya perusahaan yang masuk dalam kategori blue chip.
Ini dikenal sebagai strategi “Buy and Hold”, atau dalam bahasa sederhananya: beli, simpan, dan lupakan—selama fundamental perusahaan tetap bagus.
Sederhana di Luar, Kaya di Dalam
Tak ada yang menyangka bahwa Ronald adalah seorang multimiliuner. Ia tinggal di rumah tua sederhana, mengenakan baju yang sama setiap minggu, dan bahkan dikenal sering membaca koran bekas.
Namun di balik semua itu, ia punya portofolio yang secara perlahan tapi pasti tumbuh besar. Selama 54 tahun berinvestasi secara konsisten, akumulasi dividen dan kenaikan nilai saham perlahan menggunung—hingga menjadi warisan fantastis bagi komunitasnya.
Ketika ia meninggal di usia 92 tahun, Ronald menyumbangkan lebih dari USD 6 juta kepada perpustakaan lokal dan rumah sakit kota Brattleboro, Vermont. Warga kota pun terharu, menyebutnya sebagai "pahlawan diam-diam" yang hidupnya jadi inspirasi abadi.
Pelajaran dari Ronald Read: Kaya Tidak Harus Glamor
Dari kisah Ronald, kita belajar beberapa hal penting:
Gaji kecil bukan penghalang untuk jadi kaya. Bahkan dengan USD 50 per minggu, Ronald bisa membangun kekayaan luar biasa.
Disiplin lebih penting dari penghasilan besar. Ia tak pernah tergoda gaya hidup hedon.
Reinvestasi dividen adalah senjata ampuh. Daripada dihabiskan, hasil dividen justru menjadi modal tambahan untuk memperbesar portofolio.
Jadi, Apa Alasan Kita?
Ronald Read menunjukkan bahwa menjadi kaya tidak harus dari bisnis besar atau pekerjaan mewah. Yang penting bukan seberapa besar kamu mulai, tapi seberapa konsisten kamu melangkah.
Jika ia bisa memulai dari USD 50 per minggu, mengapa tidak kita?
Kekayaan tidak dibangun dengan tergesa, tapi dengan sabar.
Karena terkadang, kekuatan sejati bukan pada jumlah uangmu hari ini, tapi pada kebiasaan baik yang kamu pelihara setiap hari.
Ingat, kamu mungkin tidak langsung jadi miliarder seperti Ronald Read, tapi dengan hidup hemat, rutin menabung dan investasi, serta tidak tergoda gaya hidup konsumtif—masa depanmu bisa jauh lebih aman. Dan itu, bisa dimulai hari ini.
Setuju?
Ronald Read bukan nama yang biasa terdengar di daftar orang kaya Amerika. Ia bukan pendiri startup, tak pernah tampil di televisi, apalagi menjadi bintang media sosial. Tapi ketika pria tua yang sehari-hari memakai kemeja flanel lusuh dan mengendarai mobil tua itu meninggal dunia pada tahun 2014, satu kota di Vermont, Amerika Serikat, dibuat tercengang: Ronald meninggalkan warisan senilai 8 juta dolar AS atau sekitar Rp124 miliar.
Bukan sulap. Bukan warisan. Semua kekayaannya murni hasil dari kerja keras, gaya hidup hemat, dan kebiasaan investasi jangka panjang. Kisah ini bukan cuma inspiratif, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa menjadi kaya bukan hanya milik mereka yang bergaji besar—tapi juga mereka yang sabar dan konsisten.
Dari Pom Bensin ke Puncak Portofolio
Ronald Read lahir pada tahun 1921 di sebuah kota kecil di Vermont. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja sebagai mekanik di pom bensin, dan setelah pensiun, menjadi petugas kebersihan di sebuah toko serba ada. Gajinya? Hanya sekitar USD 50 per minggu.
Namun yang membuat Ronald berbeda adalah caranya mengelola uang. Ia tidak pernah hidup mewah. Ia jarang jajan, tidak membeli barang-barang mahal, dan bahkan dikenal sering memperbaiki sendiri mobil tuanya yang usang.
Namun diam-diam, ia memiliki hobi yang tak banyak diketahui orang: investasi saham.
Rahasia di Balik Kekayaannya: Dividen, Disiplin, dan Tidak FOMO
Ronald mulai berinvestasi di pasar saham saat berusia 38 tahun. Ia bukan tipe investor nekat. Tidak pernah mengikuti tren spekulatif atau berusaha “cepat kaya”. Ia hanya memilih saham-saham dari perusahaan besar, stabil, dan rajin membagikan dividen—seperti Procter & Gamble, JPMorgan Chase, dan General Electric.
Alih-alih menjual saham saat naik, ia justru memegangnya selama puluhan tahun. Dividen yang ia terima? Langsung diinvestasikan kembali.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, selama hidupnya Ronald mengoleksi portofolio lebih dari 95 saham berbeda, semuanya perusahaan yang masuk dalam kategori blue chip.
Ini dikenal sebagai strategi “Buy and Hold”, atau dalam bahasa sederhananya: beli, simpan, dan lupakan—selama fundamental perusahaan tetap bagus.
Sederhana di Luar, Kaya di Dalam
Tak ada yang menyangka bahwa Ronald adalah seorang multimiliuner. Ia tinggal di rumah tua sederhana, mengenakan baju yang sama setiap minggu, dan bahkan dikenal sering membaca koran bekas.
Namun di balik semua itu, ia punya portofolio yang secara perlahan tapi pasti tumbuh besar. Selama 54 tahun berinvestasi secara konsisten, akumulasi dividen dan kenaikan nilai saham perlahan menggunung—hingga menjadi warisan fantastis bagi komunitasnya.
Ketika ia meninggal di usia 92 tahun, Ronald menyumbangkan lebih dari USD 6 juta kepada perpustakaan lokal dan rumah sakit kota Brattleboro, Vermont. Warga kota pun terharu, menyebutnya sebagai "pahlawan diam-diam" yang hidupnya jadi inspirasi abadi.
Pelajaran dari Ronald Read: Kaya Tidak Harus Glamor
Dari kisah Ronald, kita belajar beberapa hal penting:
Gaji kecil bukan penghalang untuk jadi kaya. Bahkan dengan USD 50 per minggu, Ronald bisa membangun kekayaan luar biasa.
Disiplin lebih penting dari penghasilan besar. Ia tak pernah tergoda gaya hidup hedon.
Reinvestasi dividen adalah senjata ampuh. Daripada dihabiskan, hasil dividen justru menjadi modal tambahan untuk memperbesar portofolio.
Jadi, Apa Alasan Kita?
Ronald Read menunjukkan bahwa menjadi kaya tidak harus dari bisnis besar atau pekerjaan mewah. Yang penting bukan seberapa besar kamu mulai, tapi seberapa konsisten kamu melangkah.
Jika ia bisa memulai dari USD 50 per minggu, mengapa tidak kita?
Kekayaan tidak dibangun dengan tergesa, tapi dengan sabar.
Karena terkadang, kekuatan sejati bukan pada jumlah uangmu hari ini, tapi pada kebiasaan baik yang kamu pelihara setiap hari.
Ingat, kamu mungkin tidak langsung jadi miliarder seperti Ronald Read, tapi dengan hidup hemat, rutin menabung dan investasi, serta tidak tergoda gaya hidup konsumtif—masa depanmu bisa jauh lebih aman. Dan itu, bisa dimulai hari ini.
Setuju?
(*)