Notification

×

Iklan

Iklan

Belajar Jadi Ayah Bijak dari Luqman al-Hakim: Nasihat Abadi yang Tak Pernah Usang

10 Juni 2025 | 07:19 WIB Last Updated 2025-06-10T03:54:49Z

Pasbana - Di tengah arus deras zaman digital, gawai canggih, dan parenting ala TikTok, ternyata ada satu sosok yang nasihatnya masih relevan dan layak jadi pegangan: Luqman al-Hakim. Namanya tercatat indah dalam Al-Qur’an, bahkan mendapat satu surat khusus—Surat Luqman

Tapi siapa sebenarnya beliau, dan kenapa kisahnya begitu membekas, terutama soal hubungan ayah dan anak?

Mari kita tarik napas, duduk sejenak, dan menyimak bagaimana Luqman—bukan nabi, tapi hamba yang bijak—menjadi role model luar biasa bagi para orang tua, terutama ayah, dalam mendidik anak-anaknya.

Ayah Bukan Sekadar Pencari Nafkah

Di era serba sibuk ini, sosok ayah kerap kali identik dengan “yang penting kerja, pulang bawa uang.” Namun Luqman mengajarkan lebih dari itu. Ia bukan hanya hadir secara fisik, tapi juga hadir secara batin—menemani, mendidik, dan membimbing.

Dalam Al-Qur’an, Luqman berkata kepada anaknya dengan panggilan yang sangat lembut: "Ya Bunayya"—"Wahai anakku tercinta". Ini bukan sekadar kata manis, tapi bentuk nyata dari kasih sayang yang tulus.

Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Dari sinilah semua dimulai: pendidikan tauhid yang menjadi pondasi utama karakter.

Pendidikan Karakter: Investasi Seumur Hidup

Luqman tidak mendikte, tidak memarahi. Ia memberi ruang dialog, menasihati dengan bijak. Di dalamnya, ada nilai-nilai yang sangat penting:
  • Tauhid dan ibadah: menanamkan keimanan sejak kecil.
  • Akhlak dan etika: berbuat baik, tidak sombong, menjaga sikap.
  • Kesabaran dan syukur: menerima cobaan, menghargai nikmat.

Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Anna Surti Ariani, gaya pengasuhan seperti ini sangat efektif dalam membentuk kepribadian anak. “Anak akan lebih terbuka ketika dia merasa dihargai dan dicintai. Nasihat yang lembut dan konsisten dari orang tua akan jauh lebih membekas,” ujarnya.

Nasihat-Nasihat Luqman yang Masih Sangat Relevan

Tak hanya cocok untuk ceramah atau kajian, nasihat Luqman ini sebenarnya sangat aplikatif di kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa nilai utama yang bisa dipraktikkan oleh para orang tua masa kini:

Berbuat baik kepada orang tua (QS. Luqman:14)
Saat ini, ajaran ini justru sering terbalik. Anak dimanja berlebihan, sementara orang tua dilupakan di masa tua.

Sholat sebagai penguat karakter (QS. Luqman:17)
Disiplin dan tanggung jawab tumbuh dari ibadah yang konsisten.

Larangan sombong dan angkuh (QS. Luqman:18-19)
Di tengah budaya pamer di media sosial, sikap rendah hati jadi langka. Padahal ini adalah akar dari kedamaian hati.

Dari Kisah Lama untuk Orang Tua Masa Kini

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Banyak. Tapi yang paling utama adalah bahwa peran ayah itu tak tergantikan. Luqman tak memukul, tak mengancam, tak menggurui. Ia mendidik dengan hati, membimbing dengan cinta, dan menanamkan nilai tanpa paksaan.

Tak perlu jadi nabi, tak perlu jadi sarjana parenting. Cukup jadi ayah yang punya waktu, punya perhatian, dan tahu ke mana hendak menuntun anaknya. Seperti Luqman.


Warisan Abadi Seorang Ayah Bijak

Dalam dunia yang berubah begitu cepat, nilai-nilai dari Luqman al-Hakim justru terasa makin relevan. Pendidikan karakter, spiritualitas, dan keteladanan adalah harta yang tak lekang oleh waktu. Dan kisah Luqman bersama anaknya adalah warisan agung yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya—bukan lewat kata-kata, tapi lewat teladan nyata.

Jadi, kalau hari ini kamu seorang ayah, atau calon ayah, atau sedang merenungkan masa kecil bersama ayahmu, cobalah dengarkan lagi suara lembut Luqman di relung hati:
"Wahai anakku tercinta..."
Itu bukan hanya nasihat, tapi pelukan abadi dari cinta yang bijak.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update