Pasbana - Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, kadang kita lupa: untuk apa sebenarnya kita hidup? Mungkin jawabannya tak perlu kita cari terlalu jauh.
Cukup buka Al-Qur’an, surat Al-Qashash ayat 77. Allah Swt berfirman:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash: 77)
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini bukan sekadar pesan spiritual, tetapi juga blueprint kehidupan. Kita diminta untuk tidak hanya menikmati anugerah hidup, tapi juga berbagi kebaikan, menjaga bumi, dan mempererat persaudaraan.
Sebuah pesan yang terasa sangat relevan di era digital, ketika dunia maya kerap dipenuhi dengan kebencian, hoaks, dan polarisasi.
Kebaikan itu Sederhana: Maaf, Ilmu, dan Ingatan
Padahal menurut banyak ulama, kebaikan itu bisa dimulai dari yang paling kecil.
Saling mengingatkan dalam kebaikan,
Saling memaafkan,
Saling berbagi ilmu yang benar,
Dan menghindari menyebar hoaks yang bisa merusak.
Ini bukan hanya ajaran agama, tapi juga prinsip etika universal. Bahkan dalam dunia pendidikan dan sosial kemasyarakatan, prinsip ini menjadi fondasi membangun komunitas yang sehat dan produktif.
Dakwah: Tugas Mulia, Gaji Dunia, Pahala Akhirat
Ada istilah Arab yang berbunyi:
"Nahnu du'aat qabla kulli syai'" – Kita adalah para dai sebelum menjadi apa pun.
"Nahnu du'aat qabla kulli syai'" – Kita adalah para dai sebelum menjadi apa pun.
Pesan ini mengingatkan bahwa apa pun profesi kita—guru, dosen, aktivis, atau bahkan jurnalis—kita tetap membawa misi dakwah, menyampaikan kebenaran, dan mengajak pada kebaikan.
Dan menariknya, ketika dakwah dan pekerjaan menyatu, hidup terasa lebih ringan dan bermakna.
Bayangkan: melakukan pekerjaan yang kita cintai, di tempat yang kita sukai, dibayar dengan layak, dan mendapat pahala pula. Apa lagi yang bisa lebih berkah dari itu?
Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al-Bashri, "Sesungguhnya orang beriman adalah orang yang ringan langkahnya untuk kebaikan, walau kepada orang yang tidak dikenalnya."
Kenapa Harus Sekarang? Karena Hidup Terbatas
Karena menurut riset dari Harvard T.H. Chan School of Public Health (2021), aktivitas positif seperti memberi, memaafkan, dan berbagi bisa meningkatkan kebahagiaan, memperpanjang usia, dan memperkuat imunitas tubuh.
Ya, kebaikan bukan hanya berpahala, tapi juga menyehatkan jiwa dan raga.
Ayo, Jadi Bagian dari Kebersamaan
Saat kita bersatu dalam semangat berbagi ilmu, menginspirasi satu sama lain, dan menjaga lisan dari menyakiti, maka masyarakat yang damai dan berkah bukan lagi mimpi, tapi kenyataan.
Yuk, Berbuat Baik Hari Ini
"Man lam yazid, fahuwa yanqush."
“Siapa yang tidak bertambah kebaikannya, berarti ia sedang berkurang.”
Jadi, yuk mulai hari ini: saling memberi maaf, menyebarkan ilmu yang benar, dan menghindari kabar bohong. Kebaikan itu menular, dan siapa tahu—satu tindakan sederhana dari kita bisa menyelamatkan banyak orang.
Masya Allah... indahnya hidup dalam keberkahan!
(*)