Pasbana - Dua teknik entry yang paling sering jadi dilema trader: mana yang lebih cocok buat kamu? Simak ulasan lengkap, ringan, tapi padat data dan analisis berikut.
Pasar saham itu mirip roller coaster: kadang melesat naik, kadang nyungsep tanpa aba-aba. Di tengah dinamika itulah, para trader harus mengambil keputusan cepat tapi tetap cermat.
Salah satu dilema klasik yang sering muncul: masuk saat harga breakout (naik menembus resistance) atau nunggu harga pullback dulu baru ambil posisi?
Artikel ini akan membahas secara tuntas dua pendekatan populer di kalangan trader: Breakout Entry dan Pullback Entry. Kita akan bahas plus minusnya, kapan sebaiknya digunakan, dan tips praktis biar gak kejebak sinyal palsu.
Cocok buat kamu yang baru mulai belajar trading, maupun yang sudah lama tapi ingin lebih disiplin dan konsisten.
1. Breakout Entry: Masuk Saat Harga Lagi “Meledak”
Breakout entry adalah teknik masuk posisi ketika harga berhasil menembus area resistance dengan harapan harga akan terus naik karena didorong momentum pasar.
✅ Kelebihan Breakout:
Momentum sedang kuat: Biasanya terjadi saat ada berita positif, laporan keuangan yang bagus, atau katalis eksternal (misal: penurunan suku bunga oleh BI).
Cepat menghasilkan cuan: Harga bisa langsung loncat tinggi karena volume beli meningkat signifikan.
Potensi trend lanjutan: Jika breakout disertai volume besar dan candle penutupan yang kuat, kemungkinan tren akan berlanjut.
Contoh nyata: Saham ADMR pada 6 Mei 2025 breakout dari level Rp1.500 dengan volume melonjak 180% di atas rata-rata harian. Dalam 3 hari, harga naik ke Rp1.800 atau 20%.
❌ Kekurangan Breakout:
False breakout: Harga tembus resistance sebentar, lalu balik turun. Ini sering menjebak trader yang terlalu cepat masuk.
Risk/Reward bisa buruk: Jika harga sudah terlalu tinggi, potensi turun (risk) lebih besar dari potensi naik (reward).
Rentan panik: Harga sedikit retrace, mental langsung goyah.
2. Pullback Entry: Menunggu Harga Kembali Sebelum Masuk
✅ Kelebihan Pullback:
Risiko lebih terkendali: Masuk saat harga dekat support membuat SL lebih ketat dan RR (risk-reward) lebih menguntungkan.
Target lebih jelas: Area high sebelumnya bisa jadi target take profit.
Minim stres: Bisa pasang limit order, gak perlu mantengin chart terus.
Contoh nyata: Saham ELSA setelah breakout dari Rp350, pullback ke Rp365 pada 3 Juni 2025, lalu rebound ke Rp410 dalam 4 hari. Entry di pullback memberikan RR 1:3 dengan SL tipis.
❌ Kekurangan Pullback:
Kadang gak kebagian: Harga bisa lanjut naik tanpa sempat pullback.
Butuh kesabaran ekstra: Setup bisa butuh waktu berhari-hari hingga muncul kembali.
FOMO menghantui: Sering nyesel karena merasa “ketinggalan kereta”.
3. Breakout atau Pullback: Kapan Harus Gunakan?
Kondisi Pasar | Cocok Pakai |
---|---|
Trend kuat & volume naik | Breakout |
Konsolidasi lama terpecahkan | Breakout |
Ada news positif besar | Breakout |
Market sideways | Pullback |
Trend mulai melemah | Pullback |
Trader dengan modal terbatas | Pullback |
Butuh RR tinggi & disiplin | Pullback |
4. Tips Praktis Langsung dari Lapangan
📈 Breakout Entry Tips:
Jangan masuk hanya karena harga tembus garis — tunggu candle close di atas resistance.
Cek volume! Breakout tanpa volume = sinyal palsu.
Pasang stop-loss sedikit di bawah area breakout.
Hindari FOMO. Kalau udah telat, lebih baik cari peluang lain.
📉 Pullback Entry Tips:
Gunakan area support valid atau moving average (MA/EMA) sebagai panduan.
Manfaatkan Fibonacci retracement (38.2%–61.8%) untuk mencari titik pullback alami.
Gunakan teknik scaling in: masuk bertahap di beberapa level.
Disiplin itu kunci. Jangan maksa market sesuai maumu.
Gak Ada Strategi Paling Benar, yang Ada Strategi Paling Cocok Buat Kamu
Pullback entry lebih cocok untuk kamu yang konservatif, sabar, dan mengutamakan manajemen risiko.
Yang paling penting adalah:
- Pahami gaya trading kamu.
- Kelola risiko dengan SL yang wajar.
- Jangan overposition.
- Jangan ikut-ikutan entry tanpa analisis.
- Ingat: Entry yang baik tanpa manajemen risiko = tiket menuju margin call.
- Entry biasa tapi disiplin dan sabar = peluang profit yang konsisten.
(*)