Notification

×

Iklan

Iklan

Hati-Hati Memilih Teman: Nasihat Bijak yang Tak Lekang oleh Waktu

03 Juni 2025 | 06:22 WIB Last Updated 2025-06-02T23:22:07Z


Pasbana“Teman adalah cermin jiwa.” Ungkapan ini mungkin terdengar sederhana, tapi memiliki makna yang dalam. 

Dalam keseharian kita—baik sebagai pelajar, pekerja, pemimpin, hingga tokoh masyarakat—kehadiran teman bisa sangat menentukan arah langkah hidup kita. Tak heran, sejak dulu para orang bijak dan tokoh agama menekankan pentingnya memilih lingkungan pergaulan yang tepat.

Sebuah nasihat populer yang sering digaungkan dalam ceramah agama maupun pesantren tradisional menyebutkan: "Jangan berteman dengan tiga jenis orang ini." Siapa saja mereka dan mengapa kita harus waspada?

Orang yang Durhaka kepada Orang Tuanya

Bayangkan seseorang yang tak punya rasa hormat terhadap ibu dan ayahnya—sosok yang paling berjasa dalam hidupnya. Bagaimana ia bisa menghargai orang lain?

Dalam Islam, ridho Allah bergantung pada ridho orang tua. Rasulullah SAW bersabda, "Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi)

Orang yang durhaka telah kehilangan barokah hidupnya. Bahkan, dalam Al-Qur'an, Allah menyebut mereka sebagai golongan yang dilaknat.

Berteman dengan orang semacam ini dikhawatirkan akan menulari kita dengan sikap keras hati dan acuh terhadap keluarga.

Orang yang Jahat

Istilah "jahat" tak melulu soal kejahatan kriminal. Ia bisa hadir dalam bentuk kebiasaan buruk: menggunjing, menyebar fitnah, membuli, atau senang merendahkan orang lain.

Peneliti di Universitas Michigan, Amerika Serikat, pernah mengungkapkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science bahwa lingkungan sosial yang negatif berpengaruh besar terhadap kesehatan mental dan moral seseorang.

Kalau kita terbiasa berkumpul dengan orang yang menormalisasi perilaku jahat, lama-lama kita bisa ikut terbawa. Dalam pepatah Arab disebut, "As-shahibu sahib"—teman itu menyeret. Kita bisa terseret ke dalam keburukan jika tak pandai memilah pergaulan.

Orang yang Suka Berbohong

Kebohongan itu seperti api kecil di ladang kering. Sekali menyala, bisa melahap segalanya—termasuk kepercayaan.
Orang pembohong akan memutarbalikkan fakta, menciptakan jarak antar manusia, bahkan memicu konflik besar. 

Dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 3, disebutkan bahwa Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang pendusta dan sangat ingkar.”

Berbohong bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga merusak integritas pribadi. Maka, berteman dengan orang seperti ini hanya akan menjauhkan kita dari nilai-nilai kejujuran dan ketulusan.

Menata Ulang Diri di Tengah Hiruk-Pikuk Dunia

Di tengah kesibukan dan hingar-bingar zaman modern ini, mari sejenak kita renungkan: siapa saja yang berada di lingkaran terdekat kita? Apakah mereka membawa kita lebih dekat kepada kebaikan dan Tuhan, atau justru menjauhkan?

Nasihat klasik dari para ulama dan guru spiritual pun kembali menggema: "Bangunlah di sepertiga malam terakhir. Dekatkan diri kepada Allah lewat Tahajud, Witir, Zikir, dan Doa.”

Menurut penelitian di Harvard Medical School, bangun malam dan bermeditasi atau berdoa secara konsisten terbukti dapat memperbaiki kesehatan emosional dan mental. Dalam konteks spiritual, ini adalah waktu paling mustajab untuk memohon ampunan dan petunjuk.

Berteman Itu Ibadah Juga

Kita hidup dalam jaringan sosial. Tapi bukan berarti semua orang bisa jadi sahabat sejati. Teman yang baik akan menguatkan langkah kita menuju kehidupan yang bermakna. Teman yang buruk bisa mengantarkan kita ke jalan penuh kegelapan.

Maka, bijaklah dalam memilih. Jangan sekadar mencari teman yang seru, tapi carilah teman yang menuntun kita kepada kebaikan—meski hanya lewat satu nasihat sederhana.

"Teman yang baik itu seperti parfum. Walau kita tak memakainya, aromanya tetap menempel."

Semoga kita selalu dikelilingi oleh orang-orang yang membawa harum kebaikan dalam hidup kita.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update