Notification

×

Iklan

Iklan

Realitas Pahit di Balik Saham Merah, Turun 50%, Naik 100% Baru Balik Modal

03 Juni 2025 | 07:43 WIB Last Updated 2025-06-03T00:43:29Z


Pasbana - Pernahkah kamu merasa panik saat melihat saham yang kamu pegang turun tajam? 

Atau bingung antara harus cut loss atau tahan sambil berharap harga naik kembali? 

Jika iya, kamu tidak sendiri. Banyak investor pemula (bahkan yang sudah berpengalaman) pernah mengalami dilema ini.

Mari kita pahami realitas di balik kerugian saham, mengapa semakin dalam kerugian, semakin sulit untuk pulih, dan bagaimana menyusun strategi yang bijak antara cut loss dan average down

Dengan bahasa yang mudah dimengerti dan contoh nyata dari pasar, artikel ini cocok untuk siapa saja yang ingin meningkatkan literasi investasinya.

Kenapa Rugi 50% Harus Naik 100% untuk Balik Modal?

Banyak orang berpikir, "Ah, kalau turun 50%, nanti juga balik lagi." Tapi hitungan matematikanya tidak semudah itu. Mari kita lihat dengan rumus sederhana:
Keuntungan yang dibutuhkan (%) = (Kerugian % / (100 - Kerugian %)) × 100

Contoh:
Rugi 10% → Butuh naik 11,11% untuk balik modal.
Rugi 30% → Butuh naik 42,85%.
Rugi 50% → Harus naik 100%!
Rugi 90% → Harus naik 900%!

Visualisasi tabel ini sering membuat investor baru terkejut. Tapi ini adalah kenyataan yang wajib diketahui.

Cut Loss: Tombol Darurat yang Sering Diabaikan

Bayangkan kamu naik ojek dan ternyata jalurnya salah. Semakin jauh kamu biarkan, semakin jauh juga kamu dari tujuan. Sama seperti saham: semakin lama kamu tahan yang terus turun, makin besar usaha yang diperlukan untuk balik modal.

Misalnya:
Saham A turun 50% → Diperlukan kenaikan 100%.
Tapi kamu tetap tahan, lalu saham turun lagi jadi -80% → Sekarang kamu butuh naik 400% untuk balik modal. Praktis mustahil.

Kapan Harus Cut Loss?

Jika saham melewati batas toleransi kerugian, misalnya 10–15%.
Jika tembus support penting secara teknikal.
Jika fundamental memburuk drastis, misalnya laba anjlok atau ada berita negatif besar.

Contoh nyata:
PT ADARO (ADRO) mengalami penurunan laba hingga 30% karena harga batu bara turun. Investor yang sadar langsung keluar, sementara yang bertahan menanggung kerugian lebih dalam.

Tapi, Jangan Terlalu Sering Cut Loss!

Cut loss bukan berarti kamu harus jual tiap porto merah. Banyak investor justru gagal karena terlalu reaktif. Saham turun 5% dikira sinyal bahaya, padahal hanya koreksi kecil.

Kesalahan umum:
Terlalu sering cut loss di koreksi kecil → Porto tidak pernah berkembang.

Jual saham bagus saat sedang bersiap rebound → Kehilangan momentum.

Ingat: Saham butuh ruang untuk bernafas.

Cara Cut Loss dengan Bijak
Berikut adalah panduan yang seimbang dan praktis:

1. Tentukan Batas Rugi Sebelum Beli
Misal beli INDF di Rp6.500.
Batas rugi 10% → Pasang stop loss di Rp5.850.
2. Sesuaikan dengan Volatilitas
Blue chip (stabil): 7–10%.
Second liner (lebih fluktuatif): 10–15%.
3. Gunakan Analisis Teknikal
Perhatikan support.
Jika support tembus, itu sinyal waspada.
4. Jangan Emosional
Jangan bilang, “nanti juga balik.”
Pasar tidak peduli pada harapan.
5. Perhatikan Berita dan Fundamental
Jika ada berita buruk (utang menumpuk, rugi besar), jangan tunggu support jebol—jual duluan.


Alternatif: Average Down, Tapi Harus Cerdas

Alih-alih menjual rugi, strategi average down bisa jadi pilihan. Artinya: beli lagi saat harga turun untuk menurunkan rata-rata harga beli. Tapi ingat, ini bukan untuk semua saham.

Kapan Bisa Average Down?
Fundamental masih kuat: laba naik, prospek baik, manajemen solid.

Harga mendekati support kuat.
Dilakukan bertahap, bukan sekaligus.

Contoh:
INDF turun dari Rp6.500 ke Rp6.000, tapi laporan Q1 2025 menunjukkan laba naik → Boleh average down.

Kapan Jangan Average Down?
Jika saham turun karena fundamental memburuk.
Contoh: GOTO rugi terus, harga terus menurun → Cut loss lebih aman daripada average down.

Cut Loss vs Average Down: Pilih yang Mana?

Kondisi Saham Pilihan Bijak
Tembus support & fundamental memburuk Cut Loss
Turun tapi fundamental kuat & dekat support Average Down
Turun karena sentimen pasar jangka pendek Tahan atau average down bertahap

Gunakan tools seperti AVU AVD Screener @Stockbit untuk bantu analisis cepat.

5 Tips Praktis Agar Porto Tetap Aman dan Tumbuh


Diversifikasi: Bagi dana ke 5–7 saham, jangan taruh semua di satu keranjang.

Trailing Stop: Kunci keuntungan saat saham sudah naik. Misal JPFA naik ke Rp2.500, pasang trailing stop 10% di Rp2.250.

Update Berita: Responsif terhadap isu ekonomi makro, seperti suku bunga dan komoditas.

Batasi Kerugian Maksimal 10–20%: Di atas itu, balik modal makin susah.

Tenang dalam Koreksi: Koreksi bukan berarti bahaya, bisa jadi peluang.

Strategi Bijak, Porto Sehat


Kerugian di saham itu nyata, dan memulihkannya bukan perkara kecil. Memahami logika matematikanya bisa menyelamatkan kamu dari jebakan emosi. Cut loss penting, tapi jangan berlebihan. Average down bermanfaat, tapi jangan sembarangan.

Dengan disiplin dan strategi yang tepat, portofolio kamu bisa tetap sehat dan tumbuh.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update