Pasbana - Dari TikTok hingga YouTube, semangat dakwah Islam kini tumbuh subur di kalangan generasi muda. Kreatif, relevan, dan penuh semangat – inilah wajah baru dakwah di era digital.
Dulu, dakwah identik dengan mimbar, masjid, atau pengajian. Kini, generasi muda punya "mimbar" baru: media sosial. Dari TikTok, YouTube, hingga Instagram, mereka menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang segar, kreatif, dan... kadang viral.
Fenomena ini sering disebut sebagai "hijrah digital" – sebuah tren yang menggabungkan semangat memperbaiki diri dengan teknologi dan narasi kekinian. Di tengah gempuran konten hiburan dan budaya global, para pemuda Muslim justru menemukan ruang untuk membumikan nilai-nilai Islam secara lebih luas dan inklusif.
Dakwah dengan Sentuhan Gen Z: Tidak Kaku, Tapi Tetap Bermakna
Siapa sangka, konten bertema Islami bisa tampil begitu ringan namun tetap menggugah hati? Ambil contoh akun TikTok milik Ustazah Halimah atau YouTube channel seperti "Ngaji Cerdas" dan "Pemuda Hijrah". Mereka membawakan dakwah lewat sketsa lucu, kisah inspiratif, bahkan storytelling ala vlog, tapi isinya tetap menyentuh nilai-nilai Islam.Fenomena ini juga didukung data: menurut riset We Are Social (2024), 74% pengguna media sosial Indonesia adalah usia 18–34 tahun. Artinya, anak muda memang menjadi motor penggerak dakwah digital.
Hijrah Digital: Tren atau Transformasi?
“Saya dulu jauh dari Islam. Tapi waktu pandemi, saya nemu konten kajian singkat di TikTok. Dari sana saya mulai ikut kelas online, dan Alhamdulillah sekarang ikut komunitas ngaji,” kata Daffa (22), mahasiswa dari Jakarta.
Peluang Besar, Tapi Tantangannya Juga Nyata
Maka, literasi digital dan keilmuan menjadi krusial. Para dai muda perlu terus mengasah kemampuan menyampaikan ajaran yang benar dan tidak keluar dari konteks.
Gerakan Sosial Islam: Dari Online ke Offline
Menariknya, dakwah digital juga mulai membentuk gerakan sosial nyata. Misalnya, komunitas seperti Pemuda Hijrah di Bandung, Shift Pemuda Hijrah, dan Indonesia Tanpa Pacaran. Mereka bukan hanya aktif di media sosial, tapi juga rutin mengadakan kajian offline, gerakan sosial, hingga pelatihan kepemudaan.Menurut pengamat sosial Prof. Yunita Alfi, fenomena ini adalah bentuk adaptasi Islam terhadap zaman. “Ini menunjukkan bahwa Islam tidak kehilangan relevansinya, bahkan bisa sangat fleksibel dan membumi di tengah perubahan sosial yang cepat,” jelasnya.
Pemuda: Motor Perubahan Umat
Mengapa dakwah kini banyak digerakkan oleh pemuda?Karena mereka lebih cepat beradaptasi, punya daya jangkau besar di dunia digital, dan relatable dengan sesama. Mereka tak hanya menyebarkan konten, tapi juga menjadi panutan baru yang menunjukkan bahwa jadi muslim itu bisa keren, smart, dan tetap gaul.
“Pemuda bukan sekadar harapan masa depan. Mereka adalah pelaku utama hari ini,” ujar Ustaz Salim A. Fillah dalam satu sesi kuliah daring.
Islam Tetap Relevan, Dakwah Tetap Bergema
Hijrah digital mungkin lahir dari dunia maya, tapi dampaknya terasa nyata. Dan siapa tahu? Mungkin konten 15 detik yang kamu tonton hari ini, bisa menjadi awal perubahan hidupmu.
Aamiin.
(*)