Notification

×

Iklan

Iklan

Verifikasi Geopark Sianok-Maninjau dan Silokek: Pelestarian Lingkungan Jadi Prioritas, Status UNESCO Hanya Bonus

10 Juni 2025 | 22:36 WIB Last Updated 2025-06-11T03:38:52Z



Padang, pasbana – Koordinator Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), Prof. Mega Fatimah Rosana, menegaskan bahwa pencapaian status Geopark UNESCO seharusnya tidak menjadi tujuan utama dalam pengelolaan kawasan Geopark. Menurutnya, yang paling penting adalah menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan sembari mendorong manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pembangunan yang tidak merusak alam.

Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Mega dalam kegiatan verifikasi lapangan Geopark Nasional Sianok-Maninjau dan Silokek yang digelar di Auditorium Gubernuran, Padang, Selasa (10/6/2025). Kegiatan ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, serta jajaran pemangku kepentingan dari tingkat daerah dan nasional.

Verifikasi lapangan dilakukan sebagai bagian dari proses penilaian kelayakan Geopark Sianok-Maninjau dan Silokek untuk diajukan sebagai UNESCO Global Geopark. Tim KNGI tidak melakukan penilaian, melainkan memverifikasi data dan fakta yang tercantum dalam dokumen pengajuan yang sebelumnya telah ditelaah oleh Bappenas.

“Kami bukan penilai, kami hanya seperti reporter yang mencatat apa yang dilihat di lapangan. Hasilnya akan kami laporkan ke Badan Geologi. Dari sana akan diputuskan apakah status Geopark Nasional bisa tetap, atau perlu evaluasi dalam dua tahun,” jelas Prof. Mega.

Isu lingkungan menjadi perhatian serius karena kerap kali keberadaan Geopark disandingkan dengan aktivitas pertambangan. Prof. Mega meluruskan bahwa tidak ada aturan yang melarang aktivitas tambang di kawasan Geopark selama memiliki izin resmi dari pemerintah yang diterbitkan sebelum kawasan tersebut ditetapkan sebagai Geopark.

“Secara regulasi, izin usaha pertambangan (IUP) dan penetapan Geopark Nasional sama-sama berasal dari Kementerian ESDM. Maka tidak mungkin keduanya saling berbenturan. Yang penting adalah komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan di daerah,” ujar Guru Besar Geologi Universitas Padjadjaran itu.

Verifikasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat setempat. Wagub Sumbar, Vasko Ruseimy, menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi telah berkomitmen untuk mendukung pengembangan Geopark di wilayah Sumatera Barat, terutama Geopark Sianok-Maninjau yang mencakup wilayah dua kabupaten, yaitu Agam dan Bukittinggi.

“Diharapkan seluruh personil penggerak Geopark Sumbar dapat bekerjasama dan bersinergi untuk membangun dan mengembangkan Geopark Ranah Minang, agar layak diajukan sebagai Geopark dunia,” kata Vasko.

Menurut Prof. Mega, tantangan terbesar bukan hanya lolos seleksi UNESCO, melainkan mempertahankan status tersebut dalam jangka panjang, karena setiap Geopark UNESCO akan diverifikasi ulang setiap lima tahun. Jika ada catatan kurang maksimal dalam pelaksanaan di lapangan, maka proses verifikasi bisa dipercepat menjadi dua tahun.

Ia pun mendorong kolaborasi lintas wilayah dan membuka peluang riset bersama antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi. “Kami siap membantu agar Indonesia tidak hanya lolos ke UNESCO, tapi juga mampu mempertahankannya secara berkelanjutan,” ujarnya.

Geopark Sianok-Maninjau dan Silokek merupakan dua dari tiga kandidat kuat dari Indonesia yang tengah disiapkan untuk diajukan ke UNESCO, bersama dengan Geopark Bojonegoro di Jawa Timur. Proses penilaian dokumen sudah dilakukan oleh Bappenas, dan kini memasuki tahapan lapangan sebagai penentu akhir kelayakan.

Dengan keunikan geologi, kekayaan hayati, serta nilai budaya yang kuat, kawasan ini dinilai memiliki peluang besar untuk diakui sebagai bagian dari jaringan Global Geopark UNESCO. Namun, keberhasilan tersebut sangat ditentukan oleh komitmen semua pihak dalam menjaga kualitas kawasan secara konsisten.

Menurut data KNGI, hingga 2024 Indonesia telah memiliki 10 Geopark yang diakui UNESCO, termasuk Geopark Gunung Batur, Rinjani, dan Ciletuh.
Kawasan Geopark Sianok-Maninjau mencakup lembah vulkanik dan kaldera raksasa yang terbentuk akibat letusan purba ratusan ribu tahun lalu, serta terintegrasi dengan kekayaan budaya lokal Minangkabau. Silokek, di Kabupaten Sijunjung, memiliki jejak geologis berusia lebih dari 350 juta tahun dan kaya dengan formasi batuan purba.

Verifikasi Geopark Sianok-Maninjau dan Silokek menjadi momentum penting dalam perjalanan Indonesia menuju pengakuan dunia atas warisan geologi dan budayanya. Namun, seperti yang ditekankan Prof. Mega, tujuan utamanya bukan sekadar status UNESCO, melainkan pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Sebuah komitmen bersama yang membutuhkan kerja nyata dari seluruh elemen daerah.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update