Notification

×

Iklan

Iklan

Kekayaan Sejati di Era Digital: Saat Dzikir, Syukur, dan Cinta Jadi Harta Paling Bernilai

08 Juli 2025 | 07:42 WIB Last Updated 2025-07-08T00:46:21Z


Pasbana - Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang sibuk mengejar notifikasi, algoritma, dan angka-angka semu—ada pesan sederhana tapi dalam dari Rasulullah ﷺ:
“Lisan yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan pasangan mukminah yang menuntun pada kebaikan dunia dan akhirat”—itulah kekayaan sejati.

Sabda ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dan termaktub dalam kitab Shahih Ibn Hibban dan Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabarani. 

Sebuah pengingat yang masih sangat relevan, bahkan mungkin justru semakin penting, di era serba digital ini.


Era Digital: Kaya Tapi Kosong?


Hari ini, standar “berhasil” bergeser. Kaya berarti viral. Sukses diukur dari jumlah followers. Dan cinta? Bisa dibangun lewat notifikasi DM yang manis tapi sering kosong makna.

Lihat saja survei Global Web Index 2024: rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam lebih per hari di media sosial, dan tak jarang muncul rasa tidak cukup hanya karena melihat kehidupan “sempurna” orang lain di layar ponsel.

Padahal, Ali Imran ayat 185 sudah mengingatkan kita:
"Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."

Mungkin inilah yang dimaksud Imam Al-Ghazali saat berkata:
"Kalau kau sibuk mengejar bayangan, maka kau akan kehilangan hakikatnya."


Tiga Pilar Kekayaan Sejati


1. Lidah yang Berdzikir

Coba mulai hari tanpa scroll Instagram. Gantikan dengan dzikir pagi seperti:
Ashbahna ‘ala fitratil Islam” – “Kami bangun di atas fitrah Islam.”

Rasulullah ﷺ menyamakan orang yang berdzikir dan yang tidak seperti orang hidup dan mati (HR. Bukhari). 

Dzikir bukan hanya ritual, tapi semacam “charging batin” yang menenangkan hati di tengah kebisingan digital.

Riset dari Harvard Medical School juga menyebutkan bahwa praktik spiritual seperti meditasi dan dzikir berdampak langsung menurunkan stres dan kecemasan.

2. Hati yang Bersyukur

Syukur bukan hanya “ucapan terima kasih”, tapi bentuk kesadaran penuh akan nikmat yang sudah ada. 

Bahkan di era yang memicu FOMO (Fear of Missing Out), syukur justru menjadi antivirus mental.

Jika kalian bersyukur, maka Aku akan tambahkan (nikmat-Ku).” (QS. Ibrahim: 7)

Ibnu ‘Athaillah juga berpesan: Bersyukurlah atas sedikit, agar kau pantas menerima banyak.

Coba mulai jurnal syukur. Setiap malam, tulis tiga hal kecil yang membuatmu merasa cukup hari ini.

3. Pasangan yang Menguatkan Iman

Di era swipe kanan dan cinta instan, pasangan yang mampu membimbingmu lebih dekat kepada Tuhan adalah karunia besar.
“Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Artinya: saling menutup kekurangan, menghangatkan hati, dan melindungi jiwa dari dinginnya dunia. Itulah cinta yang seharusnya viral.


Navigasi Batin di Dunia Digital


🔹 Filter Kontenmu
Hati juga bisa “terpolusi”. Batasi asupan digital yang hanya memicu iri, kesombongan, dan rasa tak cukup.

Nabi ﷺ bersabda:
Hati itu bisa berkarat sebagaimana besi berkarat. Obatnya adalah dzikir dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Baihaqi)

🔹 Bangun Komunitas yang Membangun
Bergabunglah dengan orang-orang yang memperkaya jiwamu, bukan hanya dompetmu.
Sebagaimana kata pepatah Arab:
Temanmu adalah cerminan agamamu.”


🔹 Muhasabah Harian
Hasan Al-Bashri berkata:
Periksalah dirimu sebelum kamu diperiksa.”

Luangkan waktu lima menit sebelum tidur untuk menilai: sudahkah hari ini cukup bermakna?
 

Kembali ke Titik Nol


Pada akhirnya, dunia digital hanya alat. Kita yang memilih: jadi budak algoritma atau menjadikannya sarana dakwah dan pertumbuhan iman.

Bahkan, jika semua perangkat mati, kekayaan sejati tetap menyala:
Dzikir yang menjaga pikiran,
Syukur yang menenangkan hati,
Dan keluarga yang menguatkan iman.

Seperti kata bijak,
Qana’ah (rasa cukup) bisa membuat dunia terasa luas. Tapi dunia tak pernah cukup bagi mereka yang tak mengenal qana’ah.”

Dalam hidup yang makin terhubung secara digital, jangan sampai kita justru terputus dari substansi hakiki. 

Kekayaan sejati tidak ada di keranjang belanja atau halaman trending—tapi di dalam hati yang tahu cara bersyukur, lisan yang senantiasa ingat, dan pasangan yang menggandeng tangan kita menuju surga.

Di era semua ingin terlihat, kekayaan sejati justru tersembunyi—dan hanya bisa dirasakan.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update