Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Profesi Guru Tak Lagi Diminati, Siapa yang akan Mendidik Generasi?

29 Juli 2025 | 08:31 WIB Last Updated 2025-07-29T01:31:22Z


Oleh: Satria Asmal, SP,CHt,CI,CMT NLP
Direktur Specta Indonesia
Trainer dan Praktisi Pendidikan
 
Pasbana - Profesi guru, yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembangunan bangsa, kini menghadapi krisis yang mengkhawatirkan. 

Dulu, guru dipandang sebagai pelopor perbaikan generasi, sosok yang dihormati dan disegani. Namun, kini, tanda-tanda meredupnya minat terhadap profesi ini semakin jelas terlihat, menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang akan mendidik generasi penerus jika guru tak lagi diminati?

Fenomena Pengunduran Ribuan Guru PPPK: Alarm yang Berbunyi Keras


Belakangan ini, publik dikejutkan dengan fenomena pengunduran diri ribuan guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). 

Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat sebanyak 1.967 orang calon aparatur sipil negara atau CASN mengundurkan diri setelah lolos seleksi. (Sumber: BKN 22 April 2025).

Ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari ketidaksesuaian ekspektasi yang mendalam. Banyak guru PPPK yang berharap akan adanya peningkatan kesejahteraan dan kondisi kerja yang lebih baik, namun kenyataan berkata lain.

Gaji dan tuntutan kerja yang tak sebanding menjadi keluhan utama. Beban administrasi yang menumpuk, jam kerja yang panjang, serta minimnya dukungan seringkali membuat para guru merasa terbebani. 

Ditambah lagi, tak sedikit guru yang harus menghadapi lingkungan kerja yang toxic, di mana apresiasi terhadap kinerja mereka sangat minim.

Ironisnya, di tengah kondisi ini, banyak sekolah yang mematok uang masuk sekolah yang tinggi, bahkan untuk sekolah-sekolah swasta yang notabene memiliki sumber daya finansial yang lebih besar. 

Namun, gaji guru tetap alakadarnya. Pembangunan fisik sekolah terus digalakkan, gedung-gedung baru bermunculan, fasilitas diperbarui, seolah-olah guru tak penting untuk disejahterakan. 

Penghargaan yang tak sebanding antara kerja keras dan pengorbanan guru dengan imbalan yang mereka terima menjadi luka yang menganga.

Gen Z dan Masa Depan Profesi Guru


Generasi Z, yang kini mulai memasuki usia produktif, memiliki perspektif yang berbeda tentang karier. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang menawarkan keseimbangan hidup, gaji yang kompetitif, dan lingkungan kerja yang positif. 

Dengan segala permasalahan yang melekat pada profesi guru saat ini, tidak mengherankan jika Gen Z tak tertarik lagi menjadi guru. Jika tren ini terus berlanjut, kita patut khawatir: siapa yang akan mengisi ruang-ruang kelas di masa depan? 

Siapa yang akan membentuk karakter, menumbuhkan pengetahuan, dan membimbing anak-anak kita menuju masa depan yang cerah?

Kebijakan yang Memuliakan dan Mensejahterakan Guru: Sebuah Harapan


Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan, dan kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas serta kesejahteraan guru. Sudah saatnya pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan membuka mata dan mengambil tindakan nyata.

Semoga ada kebijakan yang memuliakan dan mensejahterakan guru. Ini bukan hanya tentang kenaikan gaji, tetapi juga tentang perbaikan kondisi kerja, pengurangan beban administrasi, pengembangan profesional yang berkelanjutan, dan lingkungan yang mendukung. 

Naikkan anggaran untuk sektor pendidikan yang secara spesifik dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan guru. Serta, fokuslah pada upaya untuk memperbaiki kualitas guru secara holistik, bukan hanya dari segi akademis, tetapi juga dari segi mental dan emosional.

Profesi guru adalah profesi mulia yang harus dijaga dan dilestarikan. Tanpa guru yang sejahtera dan berdedikasi, harapan untuk mencetak generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global hanyalah mimpi belaka. 

Mari bersama-sama berupaya agar profesi guru kembali menjadi pilihan utama, karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini dipertaruhkan.

***

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update