Pasbana - Pernahkah Anda duduk bersila di atas tikar, satu piring besar di tengah, dan tangan-tangan saling menyuap nasi sambil berbagi tawa?
Itulah yang disebut makan berjamaah atau dalam tradisi Minangkabau disebut Makan Bajamba—tradisi makan bersama khas Minangkabau yang sarat makna, tak sekadar kenyang, tapi juga penuh cinta, nilai, dan keberkahan.
Di tengah zaman serba cepat dan budaya makan instan yang makin marak, tradisi ini justru menjadi pengingat tentang betapa pentingnya kebersamaan.
Tradisi ini bukan hanya menyatukan perut yang lapar, tapi juga hati yang butuh kehangatan. Dari surau hingga rumah-rumah adat, dari perjamuan keluarga hingga acara besar seperti pesta nagari, Makan Bajamba selalu hadir sebagai simbol persatuan dan harmoni sosial di Ranah Minang.
Lebih dari Sekadar Makan
Dalam Islam, makan bersama—baik dalam keluarga maupun dengan tetangga—bukan sekadar kebiasaan baik, tapi juga dianjurkan.Rasulullah SAW sendiri sangat menekankan kebiasaan makan berjamaah. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberkahi padanya.”
(HR. Abu Dawud)
“Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberkahi padanya.”
(HR. Abu Dawud)
Makan bersama, menurut ajaran Islam, membawa keberkahan. Bahkan, makanan yang sedikit pun bisa terasa cukup dan mengenyangkan ketika disantap berjamaah.
“Bersama, kita kenyang lebih cepat, hati pun tenang lebih lama,” ungkapan seorang Buya.
Manfaat Tersembunyi dari Makan Bersama
✅ Membangun Silaturahmi dan Kebersamaan
Duduk melingkar, saling suap tanpa batas kasta, semua sejajar. Di situ, nilai-nilai persaudaraan tumbuh kuat.
Menurut Dr. Elvina Sari, psikolog keluarga dari Universitas Andalas, makan bersama bisa menurunkan tingkat stres dalam keluarga dan meningkatkan bonding antaranggota.
✅ Melatih Kesederhanaan dan Rasa Syukur
Makan di satu piring yang sama mengajarkan bahwa kita tak perlu berlebihan. Apa yang ada, itulah yang disyukuri bersama. Dalam kajian budaya Minangkabau, filosofi ini disebut "barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang"—berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
✅ Menjaga Kesehatan Mental dan Sosial Anak
Penelitian dari Harvard University (2018) menunjukkan bahwa anak-anak yang rutin makan bersama keluarga memiliki kesehatan mental lebih baik dan lebih jarang terlibat dalam perilaku menyimpang.
Tradisi yang Perlu Diwariskan, Bukan Dilupakan
Padahal, momen inilah yang paling hangat untuk saling bercerita, bercanda, atau sekadar menyentuh tangan orang tua dan berkata, "Terima kasih sudah masak, Bu."
Di beberapa nagari di Sumatera Barat, tradisi Makan Bajamba masih dijaga dalam acara adat. Misalnya, di Nagari Sumpu, Tanah Datar, setiap acara baralek (pesta adat), masyarakat berkumpul di balairung adat, menyantap makanan dari dulang (nampan besar) yang sama, sebagai simbol kesatuan dan hormat pada leluhur.
Tips Makan Bersama yang Penuh Makna
Mulai dengan basmalah, akhiri dengan hamdalah.
Gunakan tangan kanan, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.
Matikan televisi dan jauhkan gadget—beri ruang bagi percakapan hangat.
Libatkan seluruh anggota keluarga dalam menyiapkan dan merapikan meja makan.
Sesekali undang tetangga atau orang yang membutuhkan. Jadikan makan bersama sebagai ladang pahala.
Sesuap Nasi, Sejuta Makna
Dari tradisi ini, kita belajar bahwa makan tak hanya soal perut, tapi juga hati dan hubungan antar manusia.
Jadi, kapan terakhir kali Anda makan bersama keluarga di satu meja, dengan hati yang benar-benar hadir?
Karena bisa jadi, kebahagiaan sesungguhnya tak terletak pada apa yang kita makan, tapi dengan siapa kita menikmatinya.(*)