“Kalau hati sudah bersih, hidup terasa lebih ringan.”
Pasbana - Kalimat ini terdengar klise, tapi justru di situlah letak kekuatannya. Dalam Islam, kebersihan hati bukan sekadar metafora—melainkan fondasi utama dalam perjalanan spiritual setiap Muslim. Dan menariknya, Islam tak hanya menganjurkan umatnya untuk menjaga hati, tapi juga memberikan “resep” yang jelas dan bisa dipraktikkan.
Mari kita mulai dari firman Allah dalam QS Al-Ahzab: 35, yang menyebut satu per satu karakter orang beriman, dari yang taat, sabar, dermawan, hingga mereka yang banyak berdzikir—semuanya dijanjikan ampunan dan pahala besar.
Ini menjadi motivasi spiritual bahwa membersihkan hati bukan hanya untuk ketenangan batin, tapi juga untuk meraih ridha dan kasih sayang Allah SWT.
Lalu, bagaimana cara membersihkan hati? Dalam salah satu kajian bertema “Cara Membersihkan Hati dan Pikiran dalam Islam”, disampaikan bahwa penyakit hati itu nyata—bukan sekadar istilah.
Dan kabar buruknya, penyakit ini tak terlihat tapi bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita.
Kenali Penyakit Hati yang Diam-Diam Menggerogoti Jiwa
Riya’ (pamer ibadah)
Al-Ghadhab (marah berlebihan)
Al-Ghaflah wan Nisyah (lalai dan mudah lupa)
Al-Waswasah (pikiran negatif berulang)
Al-Ya’s (putus asa)
Tama’ (rakus)
Al-Ghurur (tertipu oleh dunia)
Al-Ujub (sombong akan amal)
Hasad wal Hiqd (iri dan dengki)
“Penyakit-penyakit ini bukan hanya membuat kita jauh dari Allah, tapi juga dari sesama manusia. Kita jadi mudah tersinggung, susah bersyukur, bahkan cenderung memandang hidup dengan keluh kesah,” ujar Ustadz Fahmi Salim.
7 Langkah Membersihkan Hati ala Ibnu Qoyim Al-Jauziyah
Jaga kekuatan mental dan spiritual.
Ilmu yang bermanfaat dan amal salih ibarat “makanan” bagi hati. Semakin banyak ilmunya, semakin kuat hatinya.
Hindari dosa dan maksiat.
Ini seperti menghindari makanan yang membuat tubuh sakit. Dosa memperparah kondisi hati dan menjauhkannya dari cahaya Allah.
Baca dan tadabburi Al-Qur’an.
Bukan hanya dibaca, tapi direnungkan. Menurut penelitian dari University of Leeds, mendengarkan bacaan Al-Qur’an secara rutin mampu menurunkan tingkat stres secara signifikan (Journal of Religion and Health, 2021).
Rajin berpuasa.
Tak harus menunggu Ramadan. Puasa sunnah seperti Senin-Kamis bisa melatih pengendalian diri dan memperlembut hati.
Shalat malam (tahajud).
Inilah saat paling intim antara hamba dan Tuhannya. Dalam sepi malam, keluh kesah bisa disampaikan tanpa batas.
Perbanyak dzikir dan doa.
Dzikir bukan sekadar bacaan, tapi pengingat bahwa kita selalu punya tempat untuk kembali.
“Alaa bi dzikrillaahi tathmainnul quluub” – hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang (QS Ar-Ra’d: 28).
Bergaul dengan orang sholeh dan ikut majelis ilmu.
Ujian Hidup: Jalan Menuju Surga
“Ujian dalam hidup adalah bentuk cinta Allah. Justru saat diuji, kita diberi kesempatan untuk membersihkan hati kita dari sifat buruk dan memperkuat ikatan kita dengan Allah,” jelas Prof. Dr. Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Mishbah.
Hati yang Tenang, Hidup yang Lapang
Karena sejatinya, seperti kata Imam Al-Ghazali, “Hati yang bersih adalah istana tempat Allah menurunkan cahaya-Nya.
”Kalau kamu merasa hidup akhir-akhir ini terasa berat dan penuh keluhan, mungkin sudah waktunya detoks hati. Islam sudah siapkan panduannya. Tinggal kita mau atau tidak.
Yuk, bersih-bersih hati sebelum bersih-bersih rumah!
(*)