Padang, pasbana - Pembangungan Flyover Sitinjau Lauik di Padang, Sumatera Barat, memasuki babak baru dengan percepatan persiapan jelang konstruksi.
Proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) ini dijadwalkan memulai tahap konstruksi pada Oktober 2025.
Kepastian dimulainya konstruksi semakin mendekat setelah izin penggunaan kawasan hutan seluas 8,5 hektare berhasil diterbitkan pada 30 Juni 2025.
Saat ini, fokus utama adalah finalisasi desain proyek. Kontrak "design and build" yang telah ditandatangani pada April 2025 menargetkan penyelesaian desain dalam enam bulan ke depan.
Meskipun pembangunan fisik baru akan dimulai Oktober, persiapan lapangan telah digencarkan. Pemulihan jalan eksisting dan mobilisasi alat berat sudah menunjukkan geliat aktivitas di area proyek, menandakan keseriusan pihak terkait dalam mewujudkan infrastruktur vital ini.
Salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan Flyover Sitinjau Lauik adalah kondisi geografisnya yang rawan longsor. Oleh karena itu, desain proyek sangat menekankan aspek topografi dan kajian risiko bencana alam.
Lenardo Putra, Sekretaris Perusahaan PT Hutama Panorama Sitinjau Lauik (HPSL), menegaskan bahwa desain telah disusun dengan cermat untuk memastikan keamanan dari risiko longsor dan bencana lainnya.
Untuk saat ini, belum ada rencana pengalihan lalu lintas atau penutupan jalan secara total. Namun, PT HPSL menyatakan bahwa langkah tersebut akan dipertimbangkan jika hasil kajian teknis menunjukkan urgensi dan setelah berkoordinasi dengan instansi terkait.
Flyover Sitinjau Lauik diharapkan menjadi solusi permanen untuk mengatasi permasalahan kecelakaan yang kerap terjadi di jalur tersebut serta melancarkan arus logistik.
Jalur ini merupakan koridor strategis yang menghubungkan Sumatera Barat dan Jambi, sehingga keberadaan flyover ini sangat krusial untuk menunjang perekonomian dan konektivitas regional.
Pembangunan ini menjadi angin segar bagi masyarakat dan pelaku usaha yang bergantung pada kelancaran jalur vital ini.(*)