Notification

×

Iklan

Iklan

Profesional dan Dakwah: Seni Bekerja dengan Sentuhan Ilahi

13 Juli 2025 | 19:43 WIB Last Updated 2025-07-13T12:43:20Z



Pasbana - Di tengah derasnya tuntutan profesionalisme zaman kini, tak sedikit dari kita yang larut dalam rutinitas kerja dari pagi hingga malam. 

Tapi, pernahkah kita merenung: apa sebenarnya makna bekerja dalam pandangan Islam? Apakah hanya sekadar gaji, target, atau jabatan? Atau justru ada misi yang jauh lebih besar?

Jawabannya bisa jadi bermula dari satu hal: melihat bagaimana Allah bekerja.
Allah, Maha Profesional dalam Penciptaan

Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan luar biasa rinci, indah, dan fungsional. Tak ada ciptaan yang sia-sia. Langit, bumi, rotasi planet, hingga mekanisme fotosintesis—semua menunjukkan kesempurnaan dan koherensi.

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya...”
(QS. As-Sajdah: 7)

Coba perhatikan tubuh manusia. Sistem saraf, metabolisme, hingga detak jantung yang teratur adalah contoh detail ilahi yang tak bisa ditandingi. Itulah standar profesionalisme dari Sang Pencipta.


Bekerja dengan Detail dan Estetika


Meneladani Allah berarti bekerja tidak asal-asalan. Bukan sekadar menggugurkan tugas, tapi menyelesaikannya dengan totalitas.

Setiap laporan, desain, presentasi, hingga pelayanan, harus memiliki sentuhan estetika—tidak hanya indah dilihat, tetapi juga menyentuh pengalaman manusia. Inilah yang dikenal dalam dunia modern sebagai pendekatan user-centric: berorientasi pada kebutuhan dan kenyamanan pengguna atau masyarakat.

Desain masjid yang nyaman, konten dakwah yang ringan namun mengena, hingga program sosial yang tepat sasaran—semuanya lahir dari kerja cermat, penuh empati dan keindahan.

Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya.”
(HR. al-Baihaqi) 


Komunikasi Itu Kunci, Belajar dari Nabi Yusuf


Apa yang membuat Nabi Yusuf diangkat langsung menjadi menteri oleh raja Mesir?
Jawabannya: komunikasi singkat, jelas, dan meyakinkan. Inilah yang dalam dunia bisnis dikenal sebagai elevator pitch—kemampuan menjelaskan sesuatu secara padat, namun menggugah dalam waktu singkat.

Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.”
(QS. Yusuf: 55)

Kecerdasan komunikasi bukan hanya soal gaya bicara, tapi juga menyampaikan value, niat baik, dan solusi dalam waktu terbatas. 

Keterampilan ini sangat dibutuhkan dai, pemimpin, profesional, dan siapa pun yang ingin membawa perubahan.


Jangan Cepat Puas, Milikilah Growth Mindset


Dunia bergerak cepat. Hari ini kita relevan, besok bisa saja tergantikan oleh yang lebih sigap dan inovatif. Karena itu, penting untuk memiliki growth mindset: pola pikir yang terbuka terhadap pembelajaran dan perubahan.

Inisiatif juga tidak kalah penting. Jangan tunggu komando baru bergerak. Jika ada hal baik dan sejalan dengan visi, lakukan!

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu...”
(QS. At-Taubah: 105) 

Konsep kerja ala Islam itu luwes, lincah (agile), dan penuh tanggung jawab. Kita dituntut untuk terus belajar, berbenah, dan menjadi lebih baik.

Profesionalisme dan Perangkapnya


Namun waspada! Ada yang disebut professional trap. Terlalu sibuk bekerja hingga lupa tujuan awal kita: berkontribusi untuk dakwah dan umat. 

Jangan sampai kesibukan kerja membuat kita lupa kalau dulu, kita masuk organisasi atau gerakan dakwah karena ingin memberi manfaat.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad)

Jangan juga terlena hingga berkata, “Tugasku sudah selesai.” Karena bagi seorang dai, tugas itu hanya selesai ketika Allah yang mengatakannya selesai—yakni saat nyawa berpisah dari raga.


Leburkan Ambisi Pribadi dengan Visi Kolektif


Tak salah punya cita-cita. Tapi ketika kita berada dalam sebuah organisasi, gerakan, atau komunitas dakwah, penting untuk menyatukan ambisi pribadi dengan misi kolektif.

Jika hanya mengejar gaji dan prestise, kita akan mudah kecewa. Tapi jika kita menanamkan bahwa pekerjaan adalah bentuk pengabdian dan dakwah, maka letih akan terasa nikmat.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-An’am: 162)


Jadilah Profesional yang Dakwah-Focused


Profesi boleh apa saja: guru, desainer, IT, PNS, dosen, konsultan, pedagang, atau pengusaha. Tapi jangan pernah lepaskan identitas kita sebagai bagian dari umat yang ditugaskan membawa cahaya.

Profesionalisme bukan hanya soal skill, tapi juga niat, nilai, dan arah.

Di era disrupsi dan kompetisi, dunia butuh lebih banyak pekerja profesional yang jiwanya tetap hidup dalam misi dakwah.

Karena itu, mari jaga semangat bekerja yang berkualitas tinggi, dengan hati yang tetap tertaut pada kemaslahatan umat.Jika kamu seorang profesional—apa pun bidangnya—ingatlah satu hal:

Kualitas kerja adalah ibadah. Visi dakwah adalah arah. Dan manfaat untuk umat adalah tujuan.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update