Pasbana - Di tengah derasnya tuntutan profesionalisme zaman kini, tak sedikit dari kita yang larut dalam rutinitas kerja dari pagi hingga malam.
Tapi, pernahkah kita merenung: apa sebenarnya makna bekerja dalam pandangan Islam? Apakah hanya sekadar gaji, target, atau jabatan? Atau justru ada misi yang jauh lebih besar?
Jawabannya bisa jadi bermula dari satu hal: melihat bagaimana Allah bekerja.
Allah, Maha Profesional dalam Penciptaan
Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan luar biasa rinci, indah, dan fungsional. Tak ada ciptaan yang sia-sia. Langit, bumi, rotasi planet, hingga mekanisme fotosintesis—semua menunjukkan kesempurnaan dan koherensi.
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya...”
— (QS. As-Sajdah: 7)
Coba perhatikan tubuh manusia. Sistem saraf, metabolisme, hingga detak jantung yang teratur adalah contoh detail ilahi yang tak bisa ditandingi. Itulah standar profesionalisme dari Sang Pencipta.
Bekerja dengan Detail dan Estetika
Meneladani Allah berarti bekerja tidak asal-asalan. Bukan sekadar menggugurkan tugas, tapi menyelesaikannya dengan totalitas.
Setiap laporan, desain, presentasi, hingga pelayanan, harus memiliki sentuhan estetika—tidak hanya indah dilihat, tetapi juga menyentuh pengalaman manusia. Inilah yang dikenal dalam dunia modern sebagai pendekatan user-centric: berorientasi pada kebutuhan dan kenyamanan pengguna atau masyarakat.
Desain masjid yang nyaman, konten dakwah yang ringan namun mengena, hingga program sosial yang tepat sasaran—semuanya lahir dari kerja cermat, penuh empati dan keindahan.
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya.”
— (HR. al-Baihaqi)
Komunikasi Itu Kunci, Belajar dari Nabi Yusuf
Jawabannya: komunikasi singkat, jelas, dan meyakinkan. Inilah yang dalam dunia bisnis dikenal sebagai elevator pitch—kemampuan menjelaskan sesuatu secara padat, namun menggugah dalam waktu singkat.
“Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.”
— (QS. Yusuf: 55)
Kecerdasan komunikasi bukan hanya soal gaya bicara, tapi juga menyampaikan value, niat baik, dan solusi dalam waktu terbatas.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan dai, pemimpin, profesional, dan siapa pun yang ingin membawa perubahan.
Jangan Cepat Puas, Milikilah Growth Mindset
Inisiatif juga tidak kalah penting. Jangan tunggu komando baru bergerak. Jika ada hal baik dan sejalan dengan visi, lakukan!
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu...”
— (QS. At-Taubah: 105)
Konsep kerja ala Islam itu luwes, lincah (agile), dan penuh tanggung jawab. Kita dituntut untuk terus belajar, berbenah, dan menjadi lebih baik.
Profesionalisme dan Perangkapnya
Jangan sampai kesibukan kerja membuat kita lupa kalau dulu, kita masuk organisasi atau gerakan dakwah karena ingin memberi manfaat.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
— (HR. Ahmad)
Jangan juga terlena hingga berkata, “Tugasku sudah selesai.” Karena bagi seorang dai, tugas itu hanya selesai ketika Allah yang mengatakannya selesai—yakni saat nyawa berpisah dari raga.
Leburkan Ambisi Pribadi dengan Visi Kolektif
Jika hanya mengejar gaji dan prestise, kita akan mudah kecewa. Tapi jika kita menanamkan bahwa pekerjaan adalah bentuk pengabdian dan dakwah, maka letih akan terasa nikmat.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”
— (QS. Al-An’am: 162)
Jadilah Profesional yang Dakwah-Focused
Profesi boleh apa saja: guru, desainer, IT, PNS, dosen, konsultan, pedagang, atau pengusaha. Tapi jangan pernah lepaskan identitas kita sebagai bagian dari umat yang ditugaskan membawa cahaya.
Profesionalisme bukan hanya soal skill, tapi juga niat, nilai, dan arah.
Di era disrupsi dan kompetisi, dunia butuh lebih banyak pekerja profesional yang jiwanya tetap hidup dalam misi dakwah.
Karena itu, mari jaga semangat bekerja yang berkualitas tinggi, dengan hati yang tetap tertaut pada kemaslahatan umat.Jika kamu seorang profesional—apa pun bidangnya—ingatlah satu hal:
Kualitas kerja adalah ibadah. Visi dakwah adalah arah. Dan manfaat untuk umat adalah tujuan.(*)