Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Sampah Jadi Sembako: Kreasi Anak Muda Padang yang Bikin Plastik Bernilai Emas

25 Agustus 2025 | 20:16 WIB Last Updated 2025-08-25T13:16:27Z


Padang, pasbana– Siapa sangka, plastik bekas yang biasanya kita buang begitu saja ternyata bisa berubah jadi beras, minyak goreng, bahkan kursi ruang tamu. 

Itulah yang sedang digarap anak-anak muda kreatif di Kota Padang lewat Bank Sampah Gemilang.
Berawal dari keresahan melihat gunungan sampah plastik di sekitar mereka, komunitas ini hadir dengan ide sederhana namun brilian: tukar sampah dengan sembako, lalu olah plastik menjadi furnitur bernilai jual.

“Banyak orang sebenarnya mau kok mengumpulkan sampah, tapi mereka merasa kerja kerasnya tidak dihargai. Dari situ kami bikin sistem tukar sampah dengan kebutuhan pokok, bahkan bisa diuangkan kalau jumlahnya besar,” kata Rofan F, pengelola Bank Sampah Gemilang sekaligus anggota komunitas Trash 2 Move, kepada wartawan, Senin (25/8/2025).

Dari Plastik Jadi Meja, Dari Kresek Jadi Telur


Sejak awal 2024, Bank Sampah Gemilang gencar mengajak warga Kubu Marapalam, Padang Timur, untuk memilah sampah rumah tangga. 

Hasilnya tak main-main. Dalam sepekan, mereka bisa menampung 10–15 ton plastik. Sampah ini kemudian disuplai ke pabrik atau diolah sendiri menjadi produk furnitur.

Mulai dari kursi, meja, asbak, jam dinding, sampai gantungan kunci—semua lahir dari plastik bekas. Harganya pun bervariasi, dari Rp10 ribu hingga ratusan ribu rupiah, dan sudah menembus pasar ke luar daerah, seperti Kalimantan dan Bandung.

Sementara itu, masyarakat yang mengumpulkan sampah mendapat sembako sesuai nilai tukarnya. Ada empat paket yang ditawarkan, mulai dari sekadar 5 butir telur seharga Rp10 ribu, hingga paket lengkap berisi beras, minyak goreng, mie instan, dan telur senilai Rp51 ribu.

“Kalau plastiknya banyak, bisa ditukar langsung dengan uang atau sembako. Jadi warga merasa usaha mereka benar-benar ada hasilnya,” tambah Rofan.

Lebih Ramah Lingkungan, Lebih Menguntungkan


Gerakan ini tidak berdiri sendiri. Bank Sampah Gemilang berkolaborasi dengan Eco Tuah Sakato dan program Trash 2 Move. Karel, salah satu penggagas, menjelaskan cara kerja pengolahan plastik: didaur ulang menjadi biji plastik atau dilebur menjadi bentuk baru sesuai kebutuhan.

“Program ini bukan cuma soal ekonomi. Kami ingin masyarakat terbiasa tidak membakar sampah plastik. Caranya ya dengan membuat mereka lihat sendiri nilai dari plastik itu,” jelas Karel.

Sebagai tambahan, mereka juga aktif menggelar aksi bersih pantai dan kegiatan sosial lain.

Tantangan Sampah di Indonesia


Langkah kecil ini ternyata sejalan dengan persoalan besar yang sedang dihadapi Indonesia. 

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2023, Indonesia menghasilkan lebih dari 12 juta ton sampah plastik per tahun, dan hanya sekitar 10–15 persen yang berhasil didaur ulang. Sisanya menumpuk di TPA, terbawa arus sungai, hingga mencemari laut.

Tak heran, World Bank dalam laporannya (2021) menyebut Indonesia sebagai salah satu penyumbang sampah plastik laut terbesar di dunia. Gerakan anak muda seperti di Padang ini menjadi bukti nyata bahwa solusi bisa dimulai dari komunitas.

Sampah Bernilai, Lingkungan Terjaga


Dengan program “Lebih Baik Tukar Sampah Plastik dengan Sembako”, kini warga tak lagi menganggap plastik bekas sebagai barang tak berguna.

Setiap kantong kresek dan botol minum yang terkumpul menjadi pintu masuk menuju dapur yang lebih terisi, serta lingkungan yang lebih bersih.

Seperti kata Rofan, “Kami ingin masyarakat sadar bahwa sampah itu bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang baru. Dari sampah, kita bisa dapat sembako, furnitur, bahkan peluang kerja.”

Di tengah tumpukan masalah sampah plastik nasional, langkah sederhana dari Padang ini menghadirkan secercah harapan.

Bahwa dari tangan-tangan muda yang kreatif, sampah bisa berubah jadi emas—atau setidaknya, jadi beras.(rel/taf) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update