“Hidup ini bukan sekadar panjang usia, tapi bagaimana akhirnya.”
Pasbana - Bayangkan jika hidup adalah sebuah perjalanan panjang. Kita mendaki, menurun, terkadang jatuh, tapi terus bergerak. Namun, yang paling penting bukan seberapa jauh kita melangkah, tapi bagaimana kita menyelesaikan perjalanan itu dengan baik.
Dalam Islam, akhir yang baik dikenal dengan istilah husnul khatimah—sebuah akhir kehidupan dalam keadaan iman dan taat kepada Allah SWT.
Tentang Husnul Khatimah
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada penutupnya.”
(HR. Bukhari no. 6607)
Ini artinya, sebaik apa pun kita sekarang, jika di akhir kita berpaling dari Allah, maka sia-sialah amal tersebut.
Namun, kabar baiknya, sebanyak apa pun dosa kita hari ini, masih ada harapan untuk husnul khatimah jika kita mau bertobat dan terus memperbaiki diri.
Dalil Al-Qur’an Tentang Akhir yang Baik
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'"
(QS. Fussilat: 30)
Ayat ini memberikan harapan besar bagi siapa pun yang istiqamah di jalan Allah. Konsistensi dalam kebaikan adalah kunci menuju akhir yang indah.
Mereka yang Telah Menjadi Teladan
Sejarah Islam mencatat banyak contoh mereka yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Kisah mereka menginspirasi, meneguhkan hati, dan menyalakan semangat kita untuk terus memperjuangkan akhir yang baik.
1. Umar bin Khattab – Syahid di Mihrab
Khalifah kedua ini wafat dalam keadaan sedang shalat subuh, ditikam oleh Abu Lu’luah. Meski dalam kondisi terluka parah, kata-kata terakhirnya masih berupa kalimat zikir dan syukur kepada Allah.
Ia wafat dalam ibadah, dalam posisi yang sangat mulia. Sebuah contoh nyata husnul khatimah.
2. Imam Ahmad bin Hanbal – Sabar dan Kokoh dalam Iman
Imam besar ini sempat disiksa oleh penguasa karena mempertahankan aqidah bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah. Tapi hingga akhir hayatnya, beliau tetap teguh. Saat menjelang wafat, ia terus mengucap "Laa ilaaha illallah", dan wafat dalam keadaan suci dari kemusyrikan dan kebatilan.
3. Syekh Abdul Qadir al-Jilani – Wafat dalam Dzikir
Salah satu ulama besar sufi ini dikenal sebagai sosok yang istikamah dalam berdakwah dan ibadah.
Beliau wafat dalam keadaan berdzikir, dengan bibir yang terus mengucap asma Allah. Betapa indahnya meninggalkan dunia dengan hati yang terpaut pada Tuhan.
Usaha Tak Kenal Lelah Menuju Akhir yang Baik
Mencapai husnul khatimah bukan soal nasib atau keberuntungan. Itu adalah buah dari perjuangan seumur hidup. Ia harus dikejar, dirawat, dan dipertahankan.
Beberapa langkah sederhana namun berdampak besar yang bisa kita lakukan:
Menjaga Shalat Lima Waktu
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menjaga shalatnya, maka shalat itu akan menjadi cahaya, bukti, dan keselamatan baginya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
“Barang siapa yang menjaga shalatnya, maka shalat itu akan menjadi cahaya, bukti, dan keselamatan baginya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Bertobat dan Jangan Menunda-nunda
Tidak ada yang tahu kapan ajal datang. Maka bertobatlah sekarang, bukan nanti.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan.” (HR. Tirmidzi)
Mencintai dan Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah penuntun dalam kehidupan dan pelindung di alam kubur. Membacanya tiap hari bukan hanya menenangkan hati, tapi juga menjadi syafaat di hari akhir.
Bersahabat dengan Orang Saleh
Lingkungan memengaruhi hati dan tindakan kita. Berteman dengan orang yang mengingatkan kita kepada Allah adalah cara cerdas untuk istiqamah.
Berbuat Baik Sekecil Apa pun
Karena bisa jadi, amalan kecil yang dilakukan dengan ikhlas justru menjadi penyelamat kita di akhirat.
Husnul Khatimah: Bukan untuk yang Sempurna, Tapi yang Berjuang
Ia juga untuk kita—yang hari ini mungkin masih berjuang meninggalkan dosa, masih belajar istiqamah, dan terus memperbaiki diri.
“Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Jadi jangan pernah menyerah. Sebab, selama napas masih ada, harapan menuju husnul khatimah masih terbuka lebar. (*)