Pasbana - Ada hadits yang merupakan nasihat berharga bagi kita: khairukum man ta’allamal Qur’an wa ‘allamahu—“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Hadis riwayat Bukhari ini bukan sekadar nasihat klasik, tapi pengingat abadi bahwa ilmu paling berharga adalah ilmu yang hidup, yang dipelajari lalu dibagikan.
Di tengah derasnya arus digital dan gaya hidup serba instan, Al-Qur’an hadir bukan hanya sebagai bacaan ibadah, tapi juga panduan yang memberi arah.
Seperti hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW mengingatkan: “Al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau hujjah atasmu.”
Artinya, kitab suci ini bisa menjadi penolong di hari akhir, tetapi bisa juga menjadi saksi yang memberatkan jika kita abai terhadap ajarannya.
Bukan Sekadar Dibaca, Tapi Dihidupi
Namun, pesan yang lebih dalam adalah bagaimana ayat-ayat itu diterjemahkan dalam sikap hidup: jujur dalam bekerja, peduli sesama, hingga menjaga lingkungan.
Menurut Prof. Quraish Shihab, ulama tafsir Indonesia, Al-Qur’an ibarat “cermin besar” yang merefleksikan diri kita. “Jika kita rajin bercermin, kita akan tahu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya,” ujarnya dalam salah satu kajian Tafsir Al-Mishbah.
Investasi Spiritual Seumur Hidup
Salah satu hadis riwayat Tirmidzi menggambarkan keindahan perjalanan ini: “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an: Bacalah dan naiklah, serta tartillah sebagaimana kamu tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di akhirat berada di akhir ayat yang kamu baca.”
Bayangkan, pahala membaca Al-Qur’an bukan hanya untuk sesaat, tapi menjadi “investasi spiritual” yang terus tumbuh, bahkan setelah kita tiada.
Tak heran, banyak pesantren maupun rumah tahfiz di berbagai daerah terus bertumbuh.
Data Kementerian Agama (2023) menyebutkan ada lebih dari 37 ribu lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia—dari TPA, TPQ, hingga rumah tahfiz yang melibatkan jutaan santri.
Al-Qur’an di Era Digital
Menariknya, di era digital, belajar Al-Qur’an jadi lebih mudah diakses. Aplikasi mushaf digital, kajian daring, hingga kelas tahsin via Zoom makin diminati.
Sebuah survei oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) menyebutkan bahwa generasi muda muslim di Indonesia kini semakin aktif belajar Al-Qur’an lewat platform digital, tanpa harus meninggalkan tradisi belajar tatap muka dengan guru.
Menjadikan Hidup Lebih Bermakna
Mempelajari Al-Qur’an bukan sekadar kewajiban ritual, melainkan cara memberi makna lebih dalam pada kehidupan. Dari urusan sederhana seperti menjaga lisan, hingga keputusan besar dalam hidup, semua bisa menemukan pijakan di dalam ayat-ayat-Nya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Al-Qur’an memberi energi untuk itu: membentuk pribadi yang tidak hanya religius, tetapi juga humanis dan peduli pada sekitar.
Pada akhirnya, Al-Qur’an adalah sahabat seumur hidup. Ia bisa menjadi cahaya yang menenangkan, peta yang menuntun, sekaligus kompas moral yang menjaga arah.
Pertanyaannya tinggal: apakah kita mau meluangkan waktu untuk lebih dekat dengannya?
(*)