Pasbana - Bagi banyak investor, menemukan saham multi bagger — yakni saham yang mampu melipatgandakan nilai investasi hingga dua kali lipat atau lebih — adalah impian terbesar.
Istilah ini pertama kali populer lewat investor legendaris Peter Lynch, yang menggambarkan saham multi bagger sebagai “mesin pengganda kekayaan” bila kita sabar dan jeli membaca peluang.
Namun, kenyataannya tidak semua kenaikan harga saham bisa disebut multi bagger yang sehat.
Ada perbedaan jelas antara saham yang naik karena fundamental kuat dengan saham yang sekadar “digoreng” oleh spekulasi jangka pendek.
Lantas, apa yang membuat sebuah saham bisa menjadi multi bagger? Mari kita kupas secara sederhana.
Dua Jalan Menuju Saham Multi Bagger
Umumnya, ada dua sifat utama yang membuat sebuah saham berpotensi menjadi multi bagger:
1. Turnaround yang Nyata
Turnaround artinya perusahaan yang sebelumnya lesu, tiba-tiba bangkit karena faktor besar yang mengubah arah bisnisnya.
Turnaround artinya perusahaan yang sebelumnya lesu, tiba-tiba bangkit karena faktor besar yang mengubah arah bisnisnya.
Biasanya dipicu oleh faktor eksternal makro seperti:
Harga komoditas melonjak, contohnya PTBA dan ADRO saat harga batu bara melejit di 2021–2022.
Harga komoditas melonjak, contohnya PTBA dan ADRO saat harga batu bara melejit di 2021–2022.
Perubahan regulasi yang mendukung sektor tertentu, misalnya insentif kendaraan listrik yang mendorong saham produsen baterai dan nikel.
Turnaround internal seperti ganti manajemen atau meluncurkan produk baru juga bisa terjadi, tapi relatif lebih jarang sukses.
Banyak perusahaan mencoba, tetapi hanya segelintir yang benar-benar bisa membalikkan keadaan.
2. Growth yang Punya Moat (Parit Pertahanan Bisnis)
Growth saja tidak cukup. Perusahaan harus punya moat atau keunggulan kompetitif yang sulit ditandingi pesaing.
Contohnya BBRI dengan ekosistem UMKM dan jaringan cabang yang tak tertandingi. Meski kenaikannya tidak instan, dalam jangka panjang hampir pasti menjadi multi bagger bagi investor sabar.
Atau TLKM yang punya posisi dominan di infrastruktur telekomunikasi.
Perusahaan dengan pertumbuhan solid dan moat kuat ini memang seperti “tanaman pohon besar”: lambat bertumbuh, tapi tahan lama dan terus memberi buah.
Hati-Hati dengan Multi Bagger Palsu
Tidak semua kenaikan harga saham berarti multi bagger yang sehat.
Ada kalanya lonjakan harga hanya hasil dari:
Fenomena FOMO (fear of missing out), seperti euforia saham farmasi dan bank digital di 2020–2021. Banyak yang naik ratusan persen dalam waktu singkat, tapi jatuh dengan cepat ketika hype mereda.
Permainan bandar besar, seperti yang terlihat pada reli “konglomerasi stocks” 2023–2024. Selama modal bandar kuat dan komitmen tinggi, harga bisa melesat. Namun, ketika suplai habis dan euforia padam, risiko jatuh pun mengintai.
Pertanyaan Penting: Masih Ada yang Mau Beli?
Ada satu cara sederhana untuk menilai apakah saham yang sudah naik kencang masih bisa terus naik: tanyakan pada diri sendiri, siapa lagi yang akan membeli di harga lebih tinggi?
Jika sebuah saham sudah naik 100% dalam waktu singkat tanpa alasan fundamental yang jelas, kemungkinan besar pasokan pembeli baru akan semakin tipis.
Sebaliknya, jika kenaikan didukung faktor nyata seperti turnaround atau growth dengan moat, peluang multi bagger jangka panjang tetap ada.
Tips Praktis untuk Investor
Agar tidak terjebak pada “saham gorengan” yang hanya terlihat indah di awal, ada beberapa panduan praktis:
Cari alasan fundamental. Setiap kenaikan besar harus punya cerita: harga komoditas, regulasi baru, pertumbuhan laba, atau ekspansi pasar.
Waspadai euforia. Jika semua orang bicara tentang satu saham, justru saat itu risikonya lebih tinggi.
Pikirkan horizon waktu. Multi bagger sejati biasanya butuh waktu panjang. Saham BBRI misalnya, butuh bertahun-tahun untuk menggandakan nilai.
Diversifikasi. Jangan taruh semua dana di satu saham hanya karena tergiur cerita multi bagger.
Saham multi bagger bukan sekadar soal angka yang naik dobel, tapi tentang alasan yang mendasari kenaikan itu.
Tanpa turnaround nyata atau growth dengan moat, kenaikan harga hanya jadi ilusi jangka pendek.
Sebagai investor, kita perlu membiasakan diri untuk selalu bertanya: “Apakah masih ada alasan kuat orang membeli saham ini lebih tinggi dari saya?”
Literasi finansial yang baik membantu kita lebih bijak memilah mana saham yang berpotensi menjadi multi bagger sejati, dan mana yang hanya sekadar “gorengan” sesaat.
📌 Ingat: investasi bukan sprint, melainkan maraton.
(*)