Sumbar, pasbana – Kabar gembira datang bagi para petani kelapa sawit di Sumatera Barat. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, harga rata-rata CPO (Crude Palm Oil) untuk periode 8-14 September 2025 tercatat mengalami kenaikan signifikan dan stabil pada angka Rp14.506,99 per kilogram.
Angka ini menunjukkan pemulihan harga yang positif setelah sempat berfluktuasi pada periode sebelumnya.
Penetapan harga ini merupakan hasil dari rapat mingguan Tim Perumus Harga Pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Provinsi Sumatera Barat. Kenaikan harga ini dipicu oleh beberapa faktor fundamental.
Peningkatan permintaan global, terutama dari negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok dan India, menjadi pendorong utama. Selain itu, kondisi pasokan yang terkendali dan kebijakan pemerintah yang mendukung juga turut andil dalam menstabilkan harga.
Kenaikan harga ini secara langsung memberikan angin segar bagi ribuan petani sawit, baik plasma maupun swadaya, yang tersebar di berbagai sentra produksi kelapa sawit di Sumbar, seperti Pasaman Barat, Agam, dan Pesisir Selatan.
Dengan harga yang lebih tinggi, pendapatan petani diharapkan meningkat, sehingga daya beli dan kesejahteraan mereka juga ikut terdongkrak. "Alhamdulillah, harga CPO naik. Ini sangat membantu kami para petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional kebun," ujar Rahmat, seorang petani sawit dari Pasaman Barat.
Harga CPO sebesar Rp14.506,99 per kilogram ini adalah harga resmi yang berlaku untuk periode 8 hingga 14 September 2025. Penetapan ini mengacu pada harga TBS yang telah disepakati, dengan memperhitungkan berbagai parameter seperti indeks K, rendemen, dan harga jual CPO di pasar lokal serta internasional.
Rapat penetapan harga rutin ini diselenggarakan di Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, yang melibatkan perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, asosiasi petani (APKASINDO), hingga perwakilan perusahaan-perusahaan perkebunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga ini tidak hanya berasal dari permintaan global, tetapi juga dari kondisi makroekonomi dan cuaca.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga ini tidak hanya berasal dari permintaan global, tetapi juga dari kondisi makroekonomi dan cuaca.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga secara tidak langsung mendukung harga komoditas ekspor seperti CPO, karena harga dalam mata uang lokal menjadi lebih kompetitif. Selain itu, adanya isu kekeringan di beberapa negara produsen minyak nabati lain juga memicu peralihan permintaan ke minyak kelapa sawit.
Meskipun harga saat ini stabil, para pelaku industri tetap waspada terhadap fluktuasi pasar global. Berdasarkan analisis para ahli, harga CPO diproyeksikan akan tetap berada pada tren positif hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, didukung oleh momentum permintaan menjelang musim dingin di negara-negara empat musim.
Namun, keberlanjutan harga ini sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global dan kebijakan perdagangan internasional.(*)