Notification

×

Iklan

Iklan

“Invert, Always Invert”: Strategi Berpikir Terbalik yang Bisa Menyelamatkan Investasi Anda

01 September 2025 | 10:38 WIB Last Updated 2025-09-01T03:38:45Z


Pasbana - Dalam dunia investasi, banyak orang sibuk mencari “rahasia cepat kaya” atau saham yang bisa melesat ratusan persen. Namun, investor legendaris Charlie Munger—partner setia Warren Buffett di Berkshire Hathaway—justru memberikan nasihat sederhana namun ampuh: “Invert, always invert” atau dalam bahasa kita, “Balikkan, selalu balikkan.”

Filosofi ini terdengar aneh di telinga investor pemula, tapi justru di sanalah letak kekuatannya. Alih-alih berfokus pada cara mencapai kesuksesan, Munger mengajak kita untuk berpikir sebaliknya: bagaimana cara menghindari kegagalan.

Apa Maksudnya “Invert” dalam Investasi?


Konsep ini berakar dari pemikiran matematikawan Jerman Carl Jacobi yang berkata: “Man muss immer umkehren” (Balikkan, selalu balikkan).

Dalam investasi, biasanya orang bertanya:
“Saham apa yang akan jadi pemenang di masa depan?”
Namun seorang investor yang berpikir terbalik justru bertanya:
“Perusahaan seperti apa yang kemungkinan besar akan bangkrut?”
“Kesalahan apa yang bisa menghancurkan portofolio saya?”


Dengan mengenali hal-hal yang harus dihindari, investor bisa lebih selamat di pasar. Seperti pepatah Buffett yang terkenal:

“Aturan No. 1: Jangan pernah kehilangan uang. Aturan No. 2: Jangan pernah lupakan aturan No. 1.”

Contoh Nyata: Investor Hebat dan Prinsip Inversi

Charlie Munger
Fokusnya bukan pada mencari ide paling jenius, tapi pada menghindari kesalahan fatal. Ia percaya, “Lebih baik menghindari kebodohan daripada berusaha menjadi paling pintar.”

Warren Buffett
Tidak pernah mengejar saham “hot pick” yang sedang naik daun. Sebaliknya, ia menghindari perusahaan dengan manajemen buruk, utang tinggi, atau model bisnis yang rapuh.

Benjamin Graham – Bapak Value Investing
Menekankan margin of safety atau batas keamanan. Artinya, jangan beli saham di harga terlalu tinggi. Dengan membeli jauh di bawah nilai wajar, peluang salah bisa diminimalisir.

Ray Dalio – Pendiri Bridgewater Associates
Menggunakan “radical transparency” dalam organisasi. Ia selalu mencari pendapat berbeda untuk menemukan titik buta dalam pemikirannya.

Bagaimana Menerapkannya untuk Investor Indonesia?


Pasar saham Indonesia penuh dinamika. Tahun 2024, misalnya, IHSG sempat bergejolak karena isu global seperti suku bunga AS, serta faktor domestik seperti nilai tukar rupiah dan politik.

Dengan prinsip inversi, investor ritel bisa bertanya:

Saham apa yang rawan jatuh? → Misalnya, perusahaan dengan utang tinggi di tengah tren kenaikan bunga.
Apa kebiasaan buruk investor pemula? → Contohnya, FOMO (ikut-ikutan beli karena tren), tidak riset, atau terlalu sering jual-beli.
Apa yang bisa menghancurkan portofolio saya? → Over-trading, hanya mengandalkan rumor, atau tidak melakukan diversifikasi.

👉 Dengan menghindari hal-hal ini, Anda otomatis melindungi modal, yang merupakan fondasi utama untuk bertumbuh di pasar modal.


Inversi Bukan Hanya untuk Investasi


Menariknya, pola pikir “invert” bisa dipakai juga di kehidupan sehari-hari:

Produktivitas: Bukan mencari cara paling cepat, tapi menghindari hal yang bikin lambat (notifikasi HP, rapat tak penting).

Kesehatan: Alih-alih diet ekstrem, mulailah dengan menghindari gula berlebihan dan begadang.

Hubungan: Jangan cari tips cinta ribet, cukup hindari kebohongan dan sikap egois.

“Invert, always invert” adalah cara berpikir yang sederhana, tapi efeknya luar biasa. Dengan fokus pada menghindari kesalahan besar, investor bisa bertahan lebih lama, menjaga modal, dan pada akhirnya menuai hasil dari bunga majemuk.

Bagi investor Indonesia, nasihat ini relevan sekali. Pasar modal penuh godaan, dari saham gorengan sampai janji “cuan cepat”. Namun, jika Anda bisa disiplin menghindari jebakan yang jelas-jelas berbahaya, perjalanan investasi Anda akan jauh lebih aman.

📌 Ingat: Kadang kunci sukses bukanlah menemukan jalan paling cerdas, tapi cukup dengan menghindari kebodohan yang jelas.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update