Pasbana - Di dunia pasar saham, ada satu nasihat klasik yang sering diabaikan pemula:
“Jadilah Investor dulu… baru setelah itu jadi Swinger, Trader, atau Scalper. Jangan dibalik.”
“Jadilah Investor dulu… baru setelah itu jadi Swinger, Trader, atau Scalper. Jangan dibalik.”
Sekilas terdengar sederhana, tapi maknanya sangat dalam. Mengapa begitu?
Karena inti dari berinvestasi di pasar modal bukan soal siapa yang paling cepat cuan, melainkan siapa yang paling tahan mental, punya arah pandang jangka panjang, dan paham betul apa yang ia beli.
Kenapa Harus Jadi Investor Dulu?
Banyak pemula tergoda untuk langsung jadi trader harian atau scalper dengan harapan cuan cepat. Sayangnya, risiko terbesar dari cara ini adalah “nyangkut”—terjebak di saham yang terus turun harganya tanpa tahu kapan bisa pulih.
Masalahnya, kebanyakan orang nyangkut bukan karena pasar yang kejam, tapi karena tidak paham apa yang mereka beli.
Investor berbeda. Mereka terbiasa:
Memilih saham dengan fundamental kuat (misalnya emiten perbankan besar seperti BCA atau sektor energi terkemuka).
Melihat prospek bisnis jangka panjang (apakah industrinya masih relevan lima sampai sepuluh tahun ke depan).
Memastikan adanya imbal hasil nyata seperti dividen yang konsisten, bahkan lebih tinggi dari bunga deposito.
Dengan bekal ini, investor tahu bahwa meskipun harga saham sementara turun, nilai bisnis perusahaan bisa tetap stabil.
Tentang Cut Loss dan Saham Gorengan
Istilah cut loss (menjual rugi agar kerugian tidak semakin dalam) sering jadi mantra di kalangan trader.
Namun, cut loss sebenarnya hanya relevan untuk saham gorengan: saham-saham berfundamental lemah, digerakkan sentimen sesaat, rumor, bahkan spekulasi.
Sebaliknya, jika saham yang Anda pegang punya:
Fundamental kuat,
Prospek bisnis cerah,
Dividen lebih tinggi dari deposito,
maka cut loss bukan pilihan utama.
Fundamental kuat,
Prospek bisnis cerah,
Dividen lebih tinggi dari deposito,
maka cut loss bukan pilihan utama.
Justru penurunan harga bisa jadi peluang emas untuk akumulasi.
Analoginya begini: jika ada rumah bagus di lokasi strategis tiba-tiba harganya turun karena isu sementara, apakah Anda langsung menjual? Tentu tidak. Investor sejati akan menambah kepemilikan, bukan melepasnya.
Apa yang Dilakukan Trader Besar?
Trader besar, investor institusi, atau manajer investasi tidak pernah panik. Mereka selalu punya strategi cadangan. Jika awalnya membeli untuk tujuan jangka pendek, mereka bisa dengan cepat mengubah haluan menjadi investasi jangka panjang.
Mengapa bisa begitu? Karena sebelum membeli, mereka sudah melakukan riset mendalam:
Fundamental perusahaan,
Prospek industrinya,
Perbandingan imbal hasil dengan instrumen lain.
Mereka punya Plan A, Plan B, bahkan Plan C. Inilah yang jarang dimiliki trader pemula.
Mindset Adalah Pondasi
Di pasar saham, mindset adalah fondasi utama. Investor paham alasan membeli dan tidak terburu-buru menjual.
Sebaliknya, trader yang tidak berjiwa investor sering kali hanya menebak arah harga.
Sama seperti pepatah:
“Di pasar saham, yang sabar mengalahkan yang cepat, asal tahu apa yang ia miliki.”
Sama seperti pepatah:
“Di pasar saham, yang sabar mengalahkan yang cepat, asal tahu apa yang ia miliki.”
Artinya, kesabaran dan pemahaman jauh lebih penting dibanding kecepatan transaksi.
Tips Praktis untuk Pemula
Mulailah dengan mindset investor. Jangan terburu-buru jadi scalper atau trader harian.
Pilih saham berfundamental kuat. Contoh: sektor perbankan, konsumer, energi, atau infrastruktur.
Pelajari laporan keuangan sederhana. Fokus pada laba, utang, dan dividen.
Gunakan uang dingin. Jangan pakai dana yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Jangan terjebak euforia saham gorengan. Ingat, cepat naik biasanya juga cepat turun.
Pasar saham bukan arena adu cepat, tapi ajang siapa yang paling disiplin dan paham arah.
Jadi, sebelum sibuk membaca chart, indikator, atau mengejar cuan harian, pastikan Anda sudah membangun pondasi sebagai investor.
Dengan begitu, ketika badai pasar datang, Anda tidak panik, melainkan bisa melihatnya sebagai kesempatan.
📌 Ingatlah: di pasar modal, yang sabar dan paham akan selalu menang melawan yang terburu-buru.(*)