Notification

×

Iklan

Iklan

Tren Hijau? Benarkah Remaja Hari Ini Sudah Peduli Lingkungan?

07 Oktober 2025 | 18:14 WIB Last Updated 2025-10-08T05:01:58Z


Oleh: Khalisah Najla.K

Pasbana - Di zaman ini, banyak orang telah mengadopsi cara hidup ramah lingkungan, terutama dengan semakin populernya gaya hidup ramah lingkungan pada kalangan remaja. 

Kesadaran kaum muda tentang masalah lingkungan telah meningkat karena tren seperti thrifting atau belanja barang bekas, mengurangi plastik sekali pakai, dan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan baik offline maupun online. 

Tapi, masalah penting muncul: Apakah kepedulian terhadap lingkungan sepenuhnya berasal dari kesadaran pentingnya menjaga planet ini, atau apakah itu hanya tren yang dianut oleh generasi muda.

Peningkatan kerusakan lingkungan tahunan menjadi lebih memprihatinkan. Laporan IPCC 2023 menunjukkan bahwa suhu bumi terus meningkat karena gas rumah kaca yang berlebihan. Indonesia, menjadi salah satu negara berkembang, menghadapi masalah -masalah signifikan seperti polusi udara, polusi laut yang disebabkan oleh limbah plastik, dan deforestasi. 

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2024 menyatakan bahwa Indonesia didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41,60 persen dan sampah plastik sebesar 18,71 persen. 

Kesadaran yang berkembang akan gaya hidup ramah lingkungan menjadi lebih jelas dalam kehidupan anak muda saat ini.

Beberapa tren yang berkembang dalam daftar pertama, yaitu shifting atau berbelanja barang bekas. 

Membeli pakaian bekas yang pas dengan baik sangat trendi pada kalangan remaja saat ini, terutama di kota-kota besar. Belanja barang bekas dipandang sebagai metode yang efektif untuk mengurangi limbah tekstil yang merupakan penyebab signifikan dari degradasi lingkungan. 

Kedua, penggunaan tumbler dan sedotan stainless. Tindakan membawa minuman dengan tumbler telah menjadi kebiasaan sehari-hari siswa, mahasiswa, dan para pekerja saat ini. 

Studi ini menunjukkan bahwa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, terutama botol air, dapat secara signifikan mengurangi limbah. 

Ketiga, partisipasi dalam kampanye lingkungan. Media sosial memiliki dampak signifikan pada remaja. Banyak remaja memposting tentang menyelamatkan planet  dengan berbagi upaya penanaman pohon dan mengurangi penggunaan plastik pada platform seperti Instagram, Tiktok, dan Twitter. Para influencer juga telah banyak membuat konten penanaman pohon yang membawa reaksi positif. 

Keempat, transportasi ramah lingkungan. Beberapa anak muda mulai memilih cara-cara ramah lingkungan untuk berkeliling, seperti bersepeda, naik bus, atau pergi dengan menggunakan kereta.

Meskipun banyak orang ingin hidup dengan cara yang ramah lingkungan, kita perlu belajar lebih banyak tentang mengapa itu perlu dilakukan. 

Studi Fitriana & Sari menemukan bahwa banyak remaja dengan gaya hidup hijau lebih dipengaruhi oleh tren sosial daripada pemahaman mendalam mereka tentang masalah lingkungan. Remaja dipengaruhi oleh lingkungan mereka dan apa yang mereka lihat di media sosial. 

Namun, tren juga dapat menyebabkan peningkatan pemahaman. Remaja yang mulai membeli pakaian ataupun barang bekas karena murah dan bergaya kemudian menyadari bahwa pilihan mereka dapat membantu melindungi bumi. 

Dengan kata lain, mulai dari tren, kita dapat mengembangkan pemahaman tentang keberlanjutan.

Berikut Tantangan dalam Mewujudkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan:

1. Kurangnya Edukasi Lingkungan
Tidak setiap remaja menerima pengetahuan yang cukup tentang masalah lingkungan. Akibatnya, mereka terus melihat cara hidup ramah lingkungan hanya sebagai modis daripada esensial. 

2. Faktor Ekonomi
Kantong kain, peralatan makan stainless, atau transportasi ramah lingkungan dapat lebih mahal daripada sekali pakai. Beberapa remaja dari lingkaran ekonomi tengah ke bawah menghadapi hambatan untuk dapat melakukannya. 

Akibatnya penggunaan barang tidak ramah lingkungan atau transportasi pribadi menjadi pilihan.

3. Kurangnya Fasilitas
Meskipun orang tahu mereka harus mengurangi limbah agar tidak mencemari lingkungan, tidak  banyak pusat daur ulang atau tempat sampah di sekitar kita, terutama di perkotaan yang penduduknya lebih banyak dibanding pedesaan. 

Upaya remaja sering mengalami hambatan karena sistem pendukung yang tidak memadai. 

4. Budaya Konsumerisme
Masalah terbesar adalah bahwa banyak remaja memiliki nafsu yang belum sepenuhnya ditangani. Pembeli online sering lebih suka memiliki barang-barang trendi yang cepat tersedia dengan harga murah yang dapat berbahaya bagi lingkungan. 

Remaja dapat membuat perbedaan besar dalam masyarakat. Kreativitas, keberanian, dan penghubung melalui media sosial memungkinkan mereka untuk memimpin upaya kampanye lingkungan. 

Contoh konkret melibatkan kelompok individu muda yang bersemangat tentang lingkungan, dengan inisiatif seperti larangan remaja membeli barang dengan menggunakan kantong plastik, atau gerakan pemuda lingkungan. 

Remaja dapat mengikuti tren saat ini dan memulai upaya perlindungan lingkungan asli.

Kebiasaan ramah lingkungan remaja dipengaruhi oleh mode sosial saat ini. Tren tidak boleh diabaikan. Pada kenyataannya, perubahan pola sering membuat orang lebih peduli tentang menyelamatkan alam. 

Pendidikan, fasilitas yang baik, dan keterlibatan kaum muda dalam komunitas adalah langkah kontribusi untuk mengembangkan kebiasaan ramah lingkungan yang dimulai sebagai tren yang akhirnya menjadi tertanam dalam diri dari waktu ke waktu. 

Pemerintah, sekolah, dan masyarakat harus terus mempromosikan kaum muda untuk melihat tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai bagian integral dari identitas mereka daripada hanya tren yang hanya numpang  lewat.(*)

Referensi
  • Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2023). Climate Change 2023: Synthesis Report. Geneva: IPCC.
  • Fitriana, D., & Sari, R. (2022). “Perilaku Remaja dalam Gaya Hidup Ramah Lingkungan: Tren atau Kesadaran?” Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 8(2), 115–127.
  • Masyarakat, K. A. (2024). Gaya Hidup Minim Sampah” dalam Festival LIKE 2.(2024). Diakses pada, 28.

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update