Pasbana - Era baru dalam dunia kesehatan di Indonesia mulai terlihat. Pengobatan tidak lagi sekadar berfokus pada gejala, tetapi bergerak menuju pendekatan yang jauh lebih personal dan mendalam: Presisi Medisin (Precision Medicine).
Pergerakan ini ditandai dengan kolaborasi strategis antara Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang, yang selama ini dikenal sebagai institusi medis konvensional, dengan Konsep Karnus yang diusung oleh Pendekar Nusantara.
Kolaborasi ini dibahas tuntas dalam sebuah podcast yang menampilkan Dr. Agus Sujianto, Sp.B., Direktur RSI Sultan Agung, didampingi oleh Pak Galih, Manajer Pendidikan dan Pelatihan RSI Sultan Agung, dan diwawancarai oleh perwakilan dari Pendekar Nusantara.
Presisi Medisin: Pengobatan yang Sangat Personal
Menurut Dr. Agus Sujianto, dunia kedokteran saat ini sedang bertransisi dari pengobatan konvensional yang berbasis bukti (evidence-based) menuju era Presisi Medisin.
Presisi Medisin didefinisikan sebagai Personal Medicine atau pengobatan personal. Ini adalah pendekatan di mana tata laksana dan terapi untuk satu orang akan berbeda dengan orang lain.
Filosofi kuncinya adalah memahami: "What is the cell side?" atau "Apa yang diinginkan sel?"
Dengan kata lain, pengobatan disesuaikan secara unik berdasarkan kondisi dan kebutuhan seluler tiap individu, bukan hanya berdasarkan diagnosis umum.
Menggabungkan Konvensional dan Komplementer
RSI Sultan Agung yang telah berdiri selama 55 tahun, kini serius mengembangkan pengobatan komplementer, termasuk yang berbasis stem cell. Dr. Agus menjelaskan bahwa untuk mencapai Presisi Medisin, perlu ada mitra atau teman yang berada di luar ekosistem pendidikan kedokteran konvensional.
Inilah peran penting dari Complementary Medicine (Pengobatan Komplementer), yang secara undang-undang sudah legal.
Kedokteran Konvensional di RSI Sultan Agung berfokus pada pengembangan terapi kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif melalui studi mendalam terhadap sel.
Pengobatan Komplementer, yang mencakup herbal, konsep-konsep baru, dan termasuk Konsep Karnus, diperlukan untuk aspek promosi dan preventif (pencegahan).
Tujuan utamanya adalah mengombinasikan metode konvensional dan komplementer. Dengan menyinergikan keduanya, diharapkan dapat lahir sebuah sistem yang efektif dan akurat untuk mewujudkan Presisi Medisin.
Langkah Konkret: Rencana Pembentukan Akademi Karnus
Sebagai rumah sakit pendidikan, riset, dan pelayanan, RSI Sultan Agung memiliki komitmen kuat untuk mengaplikasikan ilmu baru ini.
Dr. Agus menyatakan bahwa hasil riset dari Konsep Karnus yang telah terbukti, akan digunakan untuk aplikasi klinis. Selain itu, aspek edukasi menjadi kunci utama.
Dalam podcast tersebut, Dr. Agus dan tim menyatakan minat untuk menjalin kerja sama dengan Pendekar Nusantara untuk membentuk Akademi Karnus.
Akademi ini bertujuan untuk mendidik dan melatih lebih banyak tenaga kesehatan dan masyarakat luas tentang Presisi Medisin dan Konsep Karnus.
"Apa yang sudah kita teliti atau kita lakukan riset dan aplikasi, bisa dididik ke orang lain untuk kesejahteraan besar, rahmatan lil alamin," ujar Dr. Agus.
Visi Kesehatan Nasional yang Mandiri
Kolaborasi ini memiliki visi yang jauh lebih besar dari sekadar praktik di satu rumah sakit. Dr. Agus Sujianto berharap dengan adanya sinergi ilmu ini, banyak penyakit degeneratif di Indonesia dapat diselesaikan di dalam negeri.
Peningkatan kualitas pelayanan dan riset di tanah air diharapkan dapat mengurangi kebutuhan masyarakat untuk mencari pengobatan hingga ke luar negeri (misalnya ke Singapura).
Melalui pendidikan yang berkelanjutan—sebagaimana seruan untuk "Iqra, iqra, iqra" (membaca, berpikir, pendidikan)—masyarakat yang teredukasi tentang kesehatan diharapkan dapat melahirkan generasi yang lebih cerdas dan sehat di masa depan.(*)




