Notification

×

Iklan

Iklan

Kerupuk Kamang: Renyah dari Lembah Agam

22 November 2025 | 08:49 WIB Last Updated 2025-11-22T01:49:20Z


Agam, pasbana - Di balik perbukitan hijau Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tersimpan sebuah kisah kuliner yang tumbuh sederhana namun dicintai banyak orang: Kerupuk Kamang

Bentuknya bundar kecil dengan diameter sekitar lima sentimeter, wajahnya mungkin sederhana. Namun, sekali digigit, renyahnya langsung mengundang kenangan—tentang kampung, tentang rumah, atau tentang perjalanan yang membawa orang mampir ke Kamang.

Berasal dari singkong pilihan, kerupuk ini sejak puluhan tahun lalu menjadi camilan wajib masyarakat setempat. Tak hanya untuk menemani sepiring nasi panas, tetapi juga sebagai buah tangan paling dicari para pelancong yang singgah di Kamang. 

Meski tak tercatat siapa penciptanya, kerupuk ini telah menjadi jejak kuliner yang menua bersama ribuan cerita warganya.

Dari Alat Tangan ke Mesin Listrik


Dulu, proses pembuatannya murni bertumpu pada tangan manusia: mengupas singkong, mengiris tipis seperti koin, lalu menjemurnya berlapis-lapis di bawah matahari. Proses ini bisa memakan waktu seharian penuh—dan sepenuhnya tergantung cuaca.




Kini, banyak perajin mulai memanfaatkan mesin parut dan pengiris listrik agar produksi lebih efisien. Namun bagian penting, seperti pemilihan singkong dan proses penggorengan, tetap dilakukan manual. 

Menurut penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Sumbar), penggunaan tenaga manusia pada tahap ini berperan menjaga tekstur renyah alami dan aroma singkong segar yang menjadi ciri khasnya.

Mengandalkan Matahari, Berinovasi dengan Panel Surya


Di Kamang, matahari adalah “koki” utama dalam proses produksi. Saat cuaca buruk datang, produksi bisa tersendat hingga 50%. 

Agar tak sepenuhnya bergantung pada langit, beberapa perajin sejak 2020 mulai memanfaatkan panel surya untuk membantu proses pengeringan.




Teknologi ini mempercepat pengeringan hingga dua kali lipat dan membuat produksi lebih stabil, terutama di musim penghujan.

Inovasi kecil namun penting ini pernah mendapat dukungan program pemberdayaan UMKM dari pemerintah daerah, yang mendorong perajin lokal mengadopsi teknologi ramah lingkungan.

Keunikan yang Tak Bisa Ditawar


Mengapa Kerupuk Kamang selalu punya tempat di hati para pecinta kuliner?

Renyahnya khas — tipis, kering sempurna, dan tak mudah melempem.

Rasa gurihnya jujur — dari singkong segar dan bumbu tradisional tanpa perisa buatan.

Tahan lama — cocok dibawa sebagai oleh-oleh.

Tak heran, kerupuk ini kini tak hanya ditemukan di pasar tradisional, tapi juga merambah toko oleh-oleh di Bukittinggi, Padang Panjang, hingga bandara Minangkabau.

Lebih dari Sekadar Camilan


Bagi masyarakat Kamang, kerupuk bukan sekadar kudapan. Ia adalah sumber penghasilan, identitas kuliner, sekaligus bukti ketahanan tradisi. 

Setiap iris singkong yang dijemur mengandung cerita tentang kemandirian ekonomi desa, kreativitas masyarakat, dan usaha mengangkat nama daerah lewat cita rasa.

Kerupuk Kamang menunjukkan bahwa warisan kuliner tak harus mewah atau rumit. Terkadang, ia lahir dari dapur-dapur kecil yang setia menjaga rasa. Makin tahu Indonesia.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update