Notification

×

Iklan

Iklan

Digitalisasi Tenun Lintau: UIN MY Batusangkar dan Akademisi Lintas Kampus Dorong Transformasi Promosi Sentra Kriya Minangkabau

23 November 2025 | 12:03 WIB Last Updated 2025-11-23T07:32:57Z


Tanah Datar, pasbana - Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari UIN Mahmud Yunus Batusangkar sukses melaksanakan kegiatan pemberdayaan bertema “Transformasi Promosi Sentra Tenun melalui Media Digital: Antara Tradisi dan Inovasi” bekerja sama dengan Yayasan Kriya Minangkabau Lintau, Kabupaten Tanah Datar. 

Kegiatan ini melibatkan tim Dosen lintas Perguruan Tinggi, yaitu Refika Mastanora, Febria Rahim, David, dan Rudi Pranata dari UIN Mahmud Yunus Batusangkar; Muhammad Ibrahim Nasution dari Politeknik Negeri Padang; serta Khairunnisa dari ISI Padang Panjang.

Sejumlah mahasiswa dari berbagai program studi juga turut berpartisipasi sebagai tim pendukung kegiatan.
Kegiatan PkM ini dilatarbelakangi oleh tantangan besar yang dihadapi pengrajin tenun tradisional dalam memasarkan produk di era digital. 




Selama ini promosi masih mengandalkan cara konvensional seperti pameran, penjualan galeri, dan jaringan lokal. Padahal, perkembangan teknologi digital membuka peluang luas bagi pengrajin untuk memasarkan produk hingga tingkat nasional bahkan internasional. 

Melihat kesenjangan antara tradisi lokal dan tuntutan modernisasi digital, tim PkM berupaya menghadirkan solusi melalui pendampingan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Menggunakan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development), kegiatan ini dilakukan secara partisipatif dengan menggali kekuatan yang sudah dimiliki komunitas penenun. 




Lima tahap utama ABCD diterapkan dalam kegiatan, dimulai dari Discovery untuk mengidentifikasi aset komunitas seperti keterampilan menenun dan nilai budaya Minangkabau, kemudian Dream untuk membangun cita-cita bersama terkait perluasan promosi digital. 

Selanjutnya, pada tahap Design, disusun rencana pelatihan media digital; tahap Define diwujudkan melalui pelatihan penggunaan media sosial, fotografi produk, videografi, dan storytelling budaya; hingga akhirnya tahap Destiny, yaitu pembentukan Tim Promosi Digital Yayasan Kriya Minangkabau sebagai motor keberlanjutan.

Hasil kegiatan menunjukkan perkembangan signifikan dalam peningkatan kapasitas digital mitra. Para pengelola dan pengrajin berhasil membuat dan mengelola akun media sosial resmi seperti Instagram dan TikTok, serta mampu menghasilkan konten foto dan video yang kreatif dan berkualitas. 




Mereka juga mulai memahami strategi komunikasi pemasaran berbasis digital, yang berdampak pada peningkatan brand awareness dan keterlibatan audiens secara daring. Dalam waktu satu bulan setelah pelatihan, sejumlah peningkatan pesanan produk tenun melalui platform online mulai terlihat.

Dampak kegiatan ini tercatat pada tiga aspek utama:

Aspek Sosial – Terjadi penguatan kolaborasi antara pengrajin, yayasan, dan akademisi lintas kampus dalam upaya pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif.

Aspek Ekonomi – Peningkatan pesanan dan perluasan pasar produk tenun melalui media digital menjadi bukti bahwa pemasaran modern memberikan peluang ekonomi baru bagi komunitas.

Aspek Budaya – Filosofi dan narasi motif tenun Minangkabau berhasil didokumentasikan dan disebarluaskan melalui konten digital berbasis storytelling budaya, sehingga memperkuat upaya pelestarian tradisi.




Sebagai tindak lanjut, tim merekomendasikan pelatihan lanjutan terkait digital marketing (termasuk penggunaan iklan berbayar dan marketplace), kolaborasi dengan program studi Desain Komunikasi Visual untuk pembuatan katalog digital, serta penguatan branding budaya lokal melalui konten visual dan naratif yang autentik. 

Mahasiswa juga akan terus dilibatkan dalam kegiatan promosi digital untuk menerapkan konsep service learning yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, kegiatan PkM ini tidak hanya meningkatkan kapasitas digital pengrajin tenun, tetapi juga menunjukkan bahwa digitalisasi dapat menjadi jembatan yang efektif antara tradisi dan inovasi.

Pendekatan ABCD terbukti mendorong potensi komunitas dari dalam, memperkuat kemandirian, dan menjaga keberlanjutan nilai budaya lokal di tengah arus modernisasi. 

Kegiatan ini diharapkan menjadi model pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis budaya yang dapat direplikasi di sentra-sentra pengrajin lainnya di Sumatera Barat. (*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update