Pasbana - Pernah menonton film tentang tokoh yang bisa hidup hingga ratusan, bahkan ribuan tahun?
Dalam banyak cerita fantasi, mereka yang diberi waktu hidup sangat panjang selalu memilih jalan yang sama: mengumpulkan aset, membeli saham, properti, atau membangun bisnis.
Tidak ada satu pun dari mereka yang digambarkan bekerja lembur setiap hari selama ratusan tahun. Tidak ada yang memilih untuk menjadi karyawan selamanya.
Begitu pula cerita film tentang seseorang yang kembali ke masa lalu. Hal pertama yang mereka lakukan? Berburu investasi yang mereka tahu akan meledak di masa depan—membeli saham perusahaan besar sejak awal berdiri, membeli Bitcoin saat harganya masih Rp10.000, atau membeli tanah di lokasi strategis sebelum menjadi kota besar.
Mereka tidak berkata: “Kalau bisa kembali ke masa lalu, aku mau lembur lebih keras!”
Namun anehnya, dalam kehidupan nyata kita yang hanya hidup 60–70 tahun justru bangga dengan semboyan kerja keras tanpa henti.
Padahal tubuh memiliki batas. Setelah usia 55–60 tahun, tenaga menurun, peluang kerja berkurang, dan penghasilan sering kali berhenti.
Lalu, bagaimana hidup setelah itu?
Bukan Hanya Kerja Keras, Tapi Kerja Pintar
Saran yang sering diulang para ahli keuangan sederhana:
Gunakan masa produktif untuk membangun aset. Biarkan uang bekerja untuk Anda.
Kita bekerja keras saat muda bukan untuk selamanya, tetapi untuk menciptakan penghasilan pasif—penghasilan yang tetap mengalir meski kita tidak bekerja lagi.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), idealnya minimal 10–30% pendapatan harus dialokasikan untuk investasi, bukan dihabiskan seluruhnya.
Contoh Nyata: Dua Jalan Hidup yang Berbeda
Berikut kisah dua orang staf dari pengalaman nyata.
Pegawai A — Karier Cemerlang, Finansial Berantakan
Staf A adalah tipe pekerja luar biasa. Datang paling pagi, sering mencetak prestasi, dan dalam kurang dari lima tahun naik menjadi direktur perusahaan. Gajinya besar, fasilitas mewah, gaya hidup pun ikut melambung.
Mobil pribadi? Alphard, Mercedes E-Class, Mercedes GLE, Honda CR-V.
Rumah dua unit, liburan luar negeri hampir setiap bulan, anak sekolah internasional—semua dicicil.
Ketika masalah korupsi terungkap, ia mengaku terdesak karena beban cicilan dan kartu kredit menenggelamkan keuangannya. Semua aset ternyata milik bank. Setelah kasus selesai, ia terpaksa bekerja dengan gaji UMR dan tinggal di rumah kontrakan.
Karier gemilang tidak selalu berarti aman secara finansial jika tidak bisa mengelola uang.
Pegawai B — Biasa Saja, Tapi Stabil Secara Finansial
Berbeda dengan Staf B. Kinerjanya biasa saja, bahkan sering harus diingatkan pekerjaan berulang kali. Tetapi ia sangat disiplin dalam mengelola keuangan.
Setiap bulan ia menyisihkan uang untuk membeli tanah, sedikit demi sedikit membangun rumah. Setelah selesai, ia mulai berinvestasi di saham dan istrinya menabung emas.
Liburan ke luar negeri baru dilakukan ketika keuntungan investasinya mencukupi. Mereka juga sudah menyiapkan dana pendidikan anak dan tabungan hari tua.
Tanpa popularitas di kantor, hidupnya justru lebih tenang dan tertata.
Pelajaran Penting
Banyak ahli sepakat bahwa:
Kesuksesan bukan ditentukan seberapa keras bekerja, tetapi seberapa cerdas mengelola hasil kerja.
Penghasilan tinggi tidak menjamin kekayaan, jika pengeluaran lebih cepat dari pemasukan.
Aset lebih penting daripada gengsi.
Menurut laporan Bank Dunia 2023, lebih dari 60% masyarakat Asia Tenggara tidak memiliki tabungan jangka panjang dan dana darurat.
Sementara riset Fidelity menunjukkan bahwa orang yang mulai berinvestasi sejak usia 20–30 tahun berpeluang pensiun lebih aman dibanding yang hanya mengandalkan gaji.
Jika hari ini kita diberi kesempatan hidup 500 tahun, kita pasti akan memilih membangun aset dan investasi, bukan menjadi workaholic selamanya.
Lalu mengapa sekarang—dengan hidup yang jauh lebih pendek—kita tidak melakukan hal yang sama?
Mulailah bekerja keras untuk sementara waktu, tetapi bangun sistem agar kemudian uang bekerja untuk Anda. Bukan sebaliknya.
Karena di masa tua, yang kita butuhkan bukan lagi kebanggaan bekerja, tetapi kebebasan dan ketenangan hidup.
Tidak penting berapa besar gaji Anda hari ini.
Yang penting: berapa besar yang Anda sisihkan untuk masa depan.
Hari ini Anda bekerja untuk uang.
Suatu saat, biarkan uang bekerja untuk Anda. (*)




