Oleh: Rida Umami
NIM:24053112
Prodi:Pendidikan Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Pasbana - Kurikulum gonta-ganti sudah seperti cerita lama. Tiap kali menteri pendidikan berganti, sekolah ikut ganti kurikulum. Tapi entah kenapa, nilai ujian dan pemahaman siswa masih jalan di tempat. Sekolah seperti treadmill guru dan murid sudah berlari kencang, tapi tetap di tempat.
Masalahnya, kurikulum sering diumumkan tanpa persiapan matang. Di kota besar, sekolah umumnya punya komputer dan Wi-Fi jadi bisa cepat adaptasi cara ajar baru. Tapi gimana dengan sekolah kecil di desa terpencil?
Seringkali mereka cuma pakai buku lama atau papan tulis kapur. Pelatihan untuk materi baru sering cuma seadanya, lalu guru diminta ‘langsung jalan’.
Kesenjangan antara sekolah di kota dan desa makin lebar. Anak di kota terbiasa belajar pakai tablet atau materi digital, sementara banyak murid di desa belajar pakai buku tulis biasa.
Misalnya, jika kurikulum baru menuntut proyek teknologi, sekolah kota bisa bikin laboratorium kecil. Sekolah di kampung? Sering pakai apa adanya dan berkreasi seadanya. Otomatis, murid di desa ketinggalan walau semangat belajar mereka sama dengan anak kota.
Hasilnya? Belum ada perubahan nyata di nilai ujian maupun semangat belajar. Setiap kali kurikulum diganti, siswa dan guru jadi kelinci percobaan. Mereka dipaksa menyesuaikan sistem baru terus-menerus, tanpa panduan matang. Padahal, yang perlu diperbaiki bukan seberapa cepat ganti kurikulum, tapi bagaimana mempersiapkan semua pihak dengan baik.
Solusi utama agar kurikulum baru berjalan efektif ada tiga.Pertama, pelatihan guru yang merata dan berkelanjutan perlu dilakukan agar semua guru, termasuk di daerah terpencil, siap menerapkan kurikulum dengan baik.
Kedua, pemerataan fasilitas belajar harus dijamin, seperti buku lengkap, akses internet, komputer, dan alat peraga, supaya siswa di desa dan kota memiliki kesempatan belajar yang sama.
Ketiga, pembelajaran bermakna perlu diterapkan agar siswa memahami konsep, bukan sekadar menghafal. Misalnya, belajar tentang lingkungan dengan turun langsung ke lapangan.(*)




