Padang, pasbana — Provinsi Sumatera Barat mencatat pertumbuhan ekonomi (year-on-year) sebesar 3,36 % untuk kuartal III 2025 — angka yang menunjukkan perlambatan signifikan dibanding triwulan sebelumnya.
Temuan ini diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat dalam rilis resmi mereka.
Menurut Kepala BPS Sumatera Barat, Sugeng Arianto, angka 3,36 % mencerminkan tumbuhnya beberapa sektor jasa dan industri, tetapi sekaligus adalah capaian yang paling rendah di antara provinsi-Sumatera.
Sektor jasa lainnya tumbuh 10,10 %, dan industri pengolahan 9,06 % menjadi penopang utama. Namun, sektor‐utama seperti transportasi & pergudangan justru mengalami kontraksi.
Data ini berlaku untuk periode triwulan III (Juli–September) tahun 2025 di wilayah Sumatera Barat. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 3,94 % yang tercatat pada triwulan II 2025.
Data ini berlaku untuk periode triwulan III (Juli–September) tahun 2025 di wilayah Sumatera Barat. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 3,94 % yang tercatat pada triwulan II 2025.
Pengamat dan BPS menyoroti sejumlah penyebab:
- Minimnya perluasan investasi dan industri baru di daerah, sehingga struktur ekonomi masih lemah untuk menopang laju tumbuh yang sehat.
- Konsentrasi pada sektor konsumsi rumah tangga dan jasa, sementara pembentukan modal tetap (investasi) mengalami kontraksi atau tumbuh sangat rendah.
- Sektor-tradisional seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan bahkan mengalami penurunan atau pertumbuhan sangat kecil antar-triwulan.
Pemerintah daerah diminta lebih proaktif membangun klaster industri pengolahan berbasis sumber daya lokal dan memperkuat sektor jasa dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Analisis memprediksi bahwa pertumbuhan Sumbar kemungkinan akan terus melemah hingga Desember 2025, apabila struktur ekonomi tidak segera dibenahi dan investasi baru tidak mengalir.
Pemerintah provinsi pun diminta menetapkan prioritas sektor pembangunan dan memantapkan regulasi untuk meningkatkan daya tarik ekonomi.
Data terbaru ini menjadi alarm bagi pembangunan daerah: meski masih tumbuh positif, laju 3,36 % mencerminkan bahwa potensi ekonomi Sumatera Barat belum dimanfaatkan secara optimal dan butuh langkah strategis agar tidak tertinggal di tingkat nasional.(*)




