Notification

×

Iklan

Iklan

Revitalisasi Musik Katumbak: ISI Padang Panjang Dorong Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Pariaman Bangkit

10 November 2025 | 19:50 WIB Last Updated 2025-11-10T12:53:14Z


Pariaman, pasbana —Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 menggelar kegiatan Revitalisasi Musik Katumbak di Pasar Balai Nagari Limau Puruik, Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman. 

Program yang berlangsung sepanjang November 2025 ini menjadi langkah konkret dalam menghidupkan kembali musik tradisi Katumbak sebagai warisan budaya sekaligus penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata lokal.

Ketua Peneliti PISN, Susandrajaya, S.Sn., M.Sn, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut mengusung tema “Penerapan Model Pertunjukan Inovasi Katumbak sebagai Warisan Budaya Kreatif untuk Penguatan Ekonomi dan Pariwisata Pariaman.” 

Program ini merupakan proposal unggulan yang berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.



“PISN tidak hanya sekadar kegiatan pengabdian masyarakat, tetapi juga bentuk nyata hilirisasi ilmu pengetahuan dari kampus ke masyarakat. Kami ingin memastikan hasil riset di lingkungan akademik dapat memberikan manfaat langsung bagi para pelaku seni di akar rumput,” ujar Susandrajaya saat pembukaan kegiatan, Senin (10/11).

Dukungan Penuh Pemerintah dan Masyarakat


Acara pembukaan berlangsung meriah, dihadiri oleh Camat V Koto Timur Budi Syahputra, ST., MT, Wali Nagari Limau Puruik Afriyan, para tokoh adat dan masyarakat, serta kelompok seniman Katumbak dari berbagai daerah di Pariaman. Kehadiran pemerintah daerah dan masyarakat menunjukkan dukungan kuat terhadap upaya pelestarian serta inovasi seni tradisional yang menjadi identitas budaya Pariaman.

Camat Budi Syahputra menegaskan, kegiatan ini selaras dengan arah pembangunan daerah berbasis potensi lokal.

“Kami menyambut baik pelaksanaan PISN ini karena sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam memberdayakan potensi seni dan budaya. Semoga Katumbak tidak hanya menjadi warisan, tapi juga peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Wali Nagari Limau Puruik Afriyan menyampaikan apresiasinya kepada ISI Padang Panjang.




“Kami berterima kasih karena Nagari kami dipercaya sebagai lokasi kegiatan. Harapan kami, generasi muda semakin mencintai seni tradisi Minangkabau dan menjadikannya kebanggaan daerah,” ujarnya.

Katumbak: Musik Tradisi yang Hampir Punah


Anggota tim peneliti Yurnalis, S.Sn., M.Sn, mengungkapkan bahwa musik Katumbak merupakan bentuk musik sinkretik khas Pariaman yang memadukan unsur India, Melayu, Dangdut, dan tradisi lokal. 

Pada dekade 1970–1990-an, Katumbak sangat populer di pesta pernikahan dan acara adat. Namun, perkembangan teknologi dan perubahan selera masyarakat membuat eksistensinya meredup.

“Tahun 2024, Katumbak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Meski telah diakui secara nasional, ancaman kepunahan tetap ada karena minimnya regenerasi dan terbatasnya ruang pertunjukan bagi kelompok Katumbak,” ujar Yurnalis, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Karawitan ISI Padangpanjang.

Riset Panjang Sejak 2007


Menurut Susandrajaya, upaya pelestarian Katumbak telah dilakukan secara konsisten sejak 2007 melalui berbagai penelitian dan pertunjukan eksperimental. Hasil riset itu telah menghasilkan publikasi ilmiah, karya pertunjukan inovatif, hingga kekayaan intelektual (KI) yang memperkuat posisi Katumbak dalam peta musik tradisional Nusantara.

“Melalui dukungan hibah DIPA ISI Padangpanjang tahun 2021, serta bantuan luaran prototipe tahun 2023 dan 2024, kami terus mengembangkan inovasi Katumbak yang berorientasi pada keberlanjutan tradisi,” papar Susandrajaya.




Inovasi tersebut meliputi penciptaan repertoar baru serta integrasi instrumen modern tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal.

“Kami ingin Katumbak tetap berakar pada tradisi, tetapi berkembang sesuai zaman. Dengan begitu, anak muda tidak hanya menjadi penonton, tapi juga pelaku dan pewaris musik tradisi mereka sendiri,” tambahnya.

Penguatan Ekonomi dan Pariwisata
Tim peneliti yang terdiri atas Yurnalis, Yesriva Nursyam, Nitasari Murawaty Girsang, Agung Setiawan, Yola Sumeta, dan Lulu Mardhiyah Khairunnisa menargetkan program ini menjadi motor penggerak ekonomi kreatif berbasis budaya.

“Melalui revitalisasi Katumbak, kami berharap seni tradisi dapat memberi dampak ekonomi bagi masyarakat. Ini juga sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Republik Indonesia untuk memperkuat karakter bangsa melalui pembangunan manusia dan kebudayaan,” terang Susandrajaya.

Program ini diharapkan menjadi model pengembangan budaya lokal yang dapat direplikasi di berbagai daerah lain, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara kaya tradisi dan berdaya saing dalam sektor ekonomi kreatif dan pariwisata budaya.(*/soel) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update