Notification

×

Iklan

Iklan

Mengapa Islam Dijadikan Kambing Hitam

13 Desember 2016 | 17:41 WIB Last Updated 2016-12-13T10:44:04Z

Mahasiswa  IAIN Bukittingi  menyelenggarakan  seminar nasional  (12/12) lalu di di ruang Student Center IAIN Bukittinggi. Seminar  Nasional yang  yang dipelopori oleh Persatuan  Mahasiswa Jambi IAIN Bukittinggi, mengangkat tema seminar terkait dengan isu agama yang hangat saat ini yaitu “Mengapa agama Islam dijadikan Kambing Hitam”.

Pembicara seminar ini  yaitu Dr. Arsyad Abrar, MA.Hum, doktor termuda yang dimiliki oleh IAIN Bukittinggi. Dalam  uraiannya  ia sangat  menolak  pendapat  yang mengatakan bahwa agama merupakan salah satu  daya ledak dari meletusnya konflik. “Karena hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kandungan pokok dari agama itu sendiri, yang secara harfiah berarti “tidak kacau” (A-gama). Fitrah agama itu adalah kedamaian, agama apapun itu tentunya memiliki ajaran  tentang kebaikan dan kerukukan.”

Dosen Tafsir IAIN Bukittinggi ini menyebutkan adanya kekerasan yang dikaitkan  dengan  ajaran  agama  itu merupakan  hasil  personal atau  perilaku individu, dan tidak bisa dijadikan alat pembenaran bahwa agama terlibat dalam konflik. Ia juga tidak  menampik bahwa ada beberapa ayat Al-Quran yang sekilas menyudutkan kelompok agama tertentu. Akan tetapi ayat tersebut tidak bisa diartikan secara tekstual semata.

“Mengambil pemahaman dari ayat  Al-Quran harus dilakukan  dengan ilmu dan kehati-hatian, jangan sampai gagal paham apalagi menimbulkan kerusuhan. Memahami ayat Al-Quran   hendaknya dilakukan dengan sumber  yang terpercaya.  Salah satu   sumber terbaik setelah Al-Quran adalah dengan merujuk kepada perilaku nabi Muhammad Saw terhadap agama lain, ” jelas Dr. Arsyad.

Menurutnya , “Nabi tidak  pernah   merendahkan  seseorang karena  agama atau keyakinan yang dianutnya. Keseharian nabi Muhammad Saw sebagaimana yang direkam oleh sejarah dalam bergaul dengan mereka yang berbeda keyakinan menunjukkan bahwa Nabi Saw pribadi yang toleran. “

Ketika ditanya apakah kita (muslim) boleh berprilaku ekslusif, Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwan (FUAD) ini menjawab “ Bahwa sikap ekslusif adalah hal yang  wajar dalam beragama dan itu harus. Wajib bagi kita untuk meyakini kebenaran agama yang kita anut. Akan tetapi hal tersebut  jangan  dijadikan jalan untuk merendahkan  mereka yang berbeda keyakinan dengan kita, apalagi sampai menimbulkan kekerasan. “

Acara ini disambut dengan antusias positif dari para peserta. Ketua panita seminar Risdoyok mengatakan  Seminar Nasional ini sengaja  diangkat karena berkaitan erat dengan isu yang sedang menghangat saat ini. Menurutnya “mahasiswa yang merupakan “agen  perubahan” hendaknya harus aktif terlibat dalam   hal-hal kekinian, terutama lagi jika hal tersebut berkaitan dengan persoalan agama.”

Hal senada juga disampaikan oleh Harbendi, selaku ketua DEMA Institut ketika memberikan kata sambutan dalam acara ini. Ia menghimbau agar seluruh mahasiswa lebih aktif terlibat dalam acara-acara yang serupa, guna menambah wawasan dan mempertajam kerangka berfikir kritis dalam mengikuti perkembangan yang ada saat ini. "Mahasiswa tidak hanya berdiam diri tetapi juga bisa memberikan kontribusinya baik berupa tulisan dan aksi positif lainnya, ” ajak Harbendi.

( Ilham M)


IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update