![]() |
Mahasiswa IAIN Bukittingi menyelenggarakan seminar nasional (12/12) lalu di di ruang Student Center IAIN Bukittinggi. Seminar Nasional yang yang dipelopori oleh Persatuan Mahasiswa Jambi IAIN Bukittinggi, mengangkat tema seminar terkait dengan isu agama yang hangat saat ini yaitu “Mengapa agama Islam dijadikan Kambing Hitam”.
Pembicara seminar ini yaitu Dr. Arsyad Abrar, MA.Hum, doktor termuda yang dimiliki oleh IAIN Bukittinggi. Dalam uraiannya ia sangat menolak pendapat yang mengatakan bahwa agama merupakan salah satu daya ledak dari meletusnya konflik. “Karena hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kandungan pokok dari agama itu sendiri, yang secara harfiah berarti “tidak kacau” (A-gama). Fitrah agama itu adalah kedamaian, agama apapun itu tentunya memiliki ajaran tentang kebaikan dan kerukukan.”
Dosen Tafsir IAIN Bukittinggi ini menyebutkan adanya kekerasan yang dikaitkan dengan ajaran agama itu merupakan hasil personal atau perilaku individu, dan tidak bisa dijadikan alat pembenaran bahwa agama terlibat dalam konflik. Ia juga tidak menampik bahwa ada beberapa ayat Al-Quran yang sekilas menyudutkan kelompok agama tertentu. Akan tetapi ayat tersebut tidak bisa diartikan secara tekstual semata.
“Mengambil pemahaman dari ayat Al-Quran harus dilakukan dengan ilmu dan kehati-hatian, jangan sampai gagal paham apalagi menimbulkan kerusuhan. Memahami ayat Al-Quran hendaknya dilakukan dengan sumber yang terpercaya. Salah satu sumber terbaik setelah Al-Quran adalah dengan merujuk kepada perilaku nabi Muhammad Saw terhadap agama lain, ” jelas Dr. Arsyad.
Menurutnya , “Nabi tidak pernah merendahkan seseorang karena agama atau keyakinan yang dianutnya. Keseharian nabi Muhammad Saw sebagaimana yang direkam oleh sejarah dalam bergaul dengan mereka yang berbeda keyakinan menunjukkan bahwa Nabi Saw pribadi yang toleran. “
Ketika ditanya apakah kita (muslim) boleh berprilaku ekslusif, Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwan (FUAD) ini menjawab “ Bahwa sikap ekslusif adalah hal yang wajar dalam beragama dan itu harus. Wajib bagi kita untuk meyakini kebenaran agama yang kita anut. Akan tetapi hal tersebut jangan dijadikan jalan untuk merendahkan mereka yang berbeda keyakinan dengan kita, apalagi sampai menimbulkan kekerasan. “
Acara ini disambut dengan antusias positif dari para peserta. Ketua panita seminar Risdoyok mengatakan Seminar Nasional ini sengaja diangkat karena berkaitan erat dengan isu yang sedang menghangat saat ini. Menurutnya “mahasiswa yang merupakan “agen perubahan” hendaknya harus aktif terlibat dalam hal-hal kekinian, terutama lagi jika hal tersebut berkaitan dengan persoalan agama.”
Hal senada juga disampaikan oleh Harbendi, selaku ketua DEMA Institut ketika memberikan kata sambutan dalam acara ini. Ia menghimbau agar seluruh mahasiswa lebih aktif terlibat dalam acara-acara yang serupa, guna menambah wawasan dan mempertajam kerangka berfikir kritis dalam mengikuti perkembangan yang ada saat ini. "Mahasiswa tidak hanya berdiam diri tetapi juga bisa memberikan kontribusinya baik berupa tulisan dan aksi positif lainnya, ” ajak Harbendi.
( Ilham M)