Notification

×

Iklan

Iklan

30 TAHUN VAKUM, CARANO AMEH TUMPAHKAN AIR MATA PENONTON

28 Maret 2017 | 19:32 WIB Last Updated 2017-03-28T15:32:49Z
Pementasan Lareh Simawang oleh Carano Ameh - Tabek Patah ( 28/3)

Padang Panjang - Sebanyak 30 pemain Randai membuat penonton terpukau sampai tak ingin meninggalkan Gedung Teater Arena Mursal Esten barang sejenak. Bagaimana tidak, pertunjukan yang mereka suguhkan sukses menghanyutkan penonton ke dalam ceritanya. 

"Lareh Simawang" menjadi judul Randai yang menceritakan tentang seorang istri yang bunuh diri setelah membunuh dua orang anaknya sebab suaminya menikah lagi. Akhir cerita si suami, Lareh Simawang pun akhirnya ikut bunuh diri. Irama permainan yang dihadirkan benar-benar sampai dan dinikmati penonton. Selain itu gerakan rampak yang dihasilkan oleh para legaran begitu rapi dan kompak.

Salah satu adegan dalam pementasan Lareh Simawang 

Rahmat Yudiansyah, salah seorang pemain randai yang ditemui setelah pementasan menceritakan tentang proses randai Lareh Simawang tersebut. Pemain randai Lareh Simawang ternyata hanya berlatih selama tiga bulan sebelum dipentaskan secara perdana di ISI Padang Panjang  dalam rangka memperingati Hari Teater Sedunia pada hari kedua. 

Latihan ini digawangi oleh dua orang mahasiswa ISI Padang Panjang yakni Ari dan Nanda. Di samping dua mahasiswa tersebut mereka juga dilatih oleh seorang Pegawai Nagari yang akrab disapa Bu Uun.

Sambutan luar biasa bagi Carano Ameh

Ari menyebutkan bahwa pada awalnya yang mau mengikuti latihan tidak terlau banyak. Namun melihat semangat anak-anak yang sudah ikut latihan sebelumnya, jadi semakin banyak lah yang ikut serta dan bergabung dengan Carano Ameh. Selain itu masyarakat Tabek Patah juga menyambut baik kegiatan yang membangkitkan kembali kesenian tradisi setelah 30 tahun.

Personel Carano Ameh - Tabek Patah 

Berawal dari pembinaan pemerintah Nagari Tabek Patah, generasi muda membentuk kelompok Kesenian Carano Ameh dibawah naungan Lembaga Seni Budaya dan Nuansa Islam (LENSANI) Tabek Patah pimpinan Ramdanir. Sejak saat itu mereka sepakat untuk menggarap Lareh Simawang dengan jadwal latihan setiap hari Minggu, Senin, dan Kamis. Produksi pertama setelah vakum selama berpuluh-puluh tahun mendapat acungan jempol dari seluruh penonton yang hadir sore itu.

Ari Wirya Saputra yang berasal dari prodi seni teater ISI Padangpanjang berniat ingin kembali membangkitkan kesenian tradisi dengan memodifikasi beberapa bagian randai mengikuti perkembangan jaman namun  tidak dalam bentuk kreasi atau kontemporer. Tradisi tetap menjadi landasan utama dalam randai menurutnya.

Pementasan yang berhasil menumpahkan air mata penonton itu telah selesai dipentaskan tepat pada pukul 16.00 selama satu jam pada hari Selasa (28/3). Pada malam harinya masih akan ada pementasan dari teater Kress dan pertunjukan pantomime dari Frisdo Ekardo.

Maya

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update