Notification

×

Iklan

Iklan

Hari Ibu Jadi Momentum Untuk Literasi Gadget Yang Sehat Bagi Anak

22 Desember 2017 | 18:13 WIB Last Updated 2017-12-22T11:13:58Z
Ilustrasi Kedekatan anak terhadap gadget ( foto: istimewa)

Jakarta - Peringatan Hari Ibu pada 22 Desember ini bisa menjadi momentum bagi kaum ibu untuk mengokohkan literasi gawai yang sehat untuk anak. 

"Gadget sering menjadi simbol anak zaman now. Kami menghimbau kepada kaum ibu agar momentum Hari Ibu dijadikan spirit mengokohkan komitmen literasi gadget yang sehat buat anak," ujar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto seperti dikutip Antara News,  Jumat (22/12).

Menurut dia, sesibuk apapun ibu, harus meluangkan waktu mendampingi anak bermain gawai. Karena, jika literasi lemah, imbuh Susanto, maka kerentanan anak menjadi korban dan pelaku pornografi cukup tinggi. 

"Apalagi saat ini dalam sejumlah kasus, gadget potensial sebagai pintu masuk akses pornografi dan kejahatan seksual bahkan traficking," kata dia.

Belum lama ini, Polda Metro Jaya menguak penyebaran sekitar 750.000 video berkonten pornografi. Belum lagi data dari Interpol dan Polri menyoal 25.000 aktivitas pornografi anak, baik diunduh maupun diunggah di Internet setiap harinya di Indonesia. 

Di era digital ini, ekspos gawai alias gadget amat besar. Bahkan, sejak usia dini, anak mengenal gawai. Meski tidak selalu berdampak negatif, penggunaannya harus tetap dibatasi agar tidak sampai adiktif. 

Kalau sudah telanjur, lakukan diet gawai.
Potret yang kerap terlihat pada masyarakat sekarang, orang tua (ortu) merasa bangga apabila si kecil sudah jago mengutak-atik gawai. Yang juga sering terjadi, ortu memfungsikan gawai sebagai jalan termudah untuk membangun relasi dengan anak. Saat si kecil rewel, ortu mengalihkannya dengan gawai. Anak tidak mau makan akhirnya dikasih gawai.

Yang termasuk gawai adalah semua yang memiliki layar. Bukan hanya smartphone, tapi juga iPad, laptop, dan televisi. Chitra mengingatkan batasan dari segi usia. Untuk anak usia 0–2 tahun, gawai sama sekali tidak disarankan. Usia 2–5 tahun, maksimal 1 jam per hari. Ketika melihat ortu sibuk dengan gawai, anak cenderung juga ingin menggunakan gawai. 

Ketika ortu belum bisa mengontrol penggunaan gawai pada anak, jangan berikan gawai kepada mereka. Komitmen diet gawai itu tak hanya berlaku untuk anak, tetapi seluruh anggota keluarga. 

Misalnya, saat ortu harus menggunakan gawai untuk keperluan kerja, jangan di depan anak. Untuk mengganti waktu yang sebelumnya dihabiskan anak bersama gawai, lakukan aktivitas sekeluarga. Misalnya, makan siang di teras rumah ala piknik atau mengajak anak membantu mencuci mobil.

Tak bisa dimungkiri, gawai tentu punya sisi positif. Antara lain, melatih daya visual anak, menstimulus rasa ingin tahunya, dan menjadi media belajar. Namun, yang perlu diingat, gawai hanyalah sarana. Yang utama adalah fungsi ortu dalam mendidik anak. (*)

Dikutip dari: antaranews

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update