Notification

×

Iklan

Iklan

Harga Gambir Turun, Warga Ngadu ke TSR

30 Mei 2018 | 08:54 WIB Last Updated 2018-05-30T01:54:04Z


Lubuk Alai - Hidup sebagai petani gambir, tentu ada suka dukanya, bila harga bagus kitapun senang dan semangat bekerja, namun ketika harga turun semua jadi tidak ada gairah, seperti harga saat ini Rp. 25 ribu/kg. Ini harus jadi perhatian khusus dari Pemerintah dalam menjaga stabilitas harga Gambir, agar ekonomi kami lebih cerah.

Hal ini di sampaikan Jendri Dt. Indo Marajo salah satu petani Gambir saat berdialog setelah berbuka bersama dalam kunjungan Tim Safari Ramadhan Wabup Sumatera Barat Nasrul Abit, di Mesjid Istiqamah Nagari Lubuak Alai, Kecamatan Kapur IX 50 Kota, Senin (28/5).

Jendi menjelaskan, kehidupan produktif pengolahan Gambir, dapat di lakukan oleh kelompok secara bersama, begitupun secara kepemilikan perorangan. Dan cukup menarik, tentunya, di musim panen daun Gambir boleh berganti, pun aktifitas produksi Gambir tetap berjalan dimana sebahagian hasil panen Gambir merupakan hak Nagari untuk guna pembangunan.

”Termasuk, salah satu bukti aplikasi dilapangan, teruntuk bagi pembangunan Mesjid yang terbilang bagus ini. Kerja keras membutuhkan tenaga yang optimal, agar kuat mengolah Gambir seharian dengan hasil 30 kg/hari dan itu sudah maksimal," ujarnya.

Dikatakan, bersilahturrahmi di Mesjid menjadi kebahagian tersendiri bagi masyarakat Nagari Lubuk Alai.

”Rata-rata pendapatan hasil panen petani Gambir perbulannya itu 5 - 7,5 juta rupiah. Kemaren pada saat harga naik 100 ribu rupiah/kilogram, petani bisa mendapat Rp. 25 s/d Rp. 30 juta perbulannya," ungkapnya.

Namun, penghasilan kami semata, katanya, hanya ditopang oleh Gambir dan tidak ada hasil kebun ataupun sawah yang dapat tumbuh subur didaerah ini, apa itu terkait kadar asam tanah atau zat kapur yang berlebihan, diapun tak begitu paham.

Beberapa tahun silam, ada program TNI menanam Padi seluas 7 ha, namun hasil tidaklah memuaskan disebabkan hama wereng hitam serta saluran air yang buruk. "Gambir, kehidupan kami dalam mengais rejeki, anak-anak kami butuh sekolah untuk masa depan mereka lebih baik dibanding kami," harapnya.

Sementara itu Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, disela-sela kegiatan Tim Safari Ramadhan juga menyampaikan, para petani Gambir tetap jaga kualitas produksi panen agar harga bisa bersaing di pangsa pasar dan ini tentunya juga dalam menjaga nama baik daerah.

Gambir adalah tanaman hutan, oleh sebab itu menjaga dan memperhatikan lingkungan hutan, jangan hanya berharap banyak produksi Gambir, kita menebangi hutan secara sembarangan, ini tentu akan menyebabkan bencana alam, longsor, banjur dan galodo.

"Menjaga kelestarian hutan dan kualitas produksi hasil hutan merupakan tanggungjawab kita bersama, terutama masyarakat setempat. Jangan pernah biarkan orang lain merusak hutan kita yang nota bene, nantinya membuat kita sengsara," simpul Nasrul Abit Dt. Malintang Panai. (DNA)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update