Notification

×

Iklan

Iklan

Bubuk Kedelai Bisa Turunkan Kadar Gula Darah

01 April 2019 | 17.33 WIB Last Updated 2019-04-01T10:33:09Z

Hasil Penelitian Praktisi Kesehatan Stikes Yarsi, Bukittinggi, Sumbar. (Ade Srywahyuni, Ners MNS - Dewi Kurniawati, Ners MS - Mutia Elvina, S.Kep)





Diabetes Mellitus (DM) sering disebut silent killer karena merusak organ tubuh secara diam-diam, individu jarang melakukan pemeriksaan jika tidak ada gejala ke fisiknya (Kurniadi & Nurrahmani, 2014). Ditinjau dari statistik prevelensi DM didunia maupun di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan dari hasil laporan Internasional Diabetes Federation (IDF) penderita DM adalah 394,25 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 609,90 juta jiwa pada tahun 2040. 

Pada tahun 2018, jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia naik dari 6.9% menjadi 8.5%, dengan angka ini Indonesia menduduki peringkat ke 7 terbanyak (Riskesdas, 2018). Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke 2 setelah Sri Lanka. Sedangkan di Sumatera Barat angka penserita DM juga terus meningkat dari 1.4% menjadi 1.7% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Kota Padang Panjang jumlah penderita DM-nya cukup mencengangkan karena pada tahun 2013 sempat menjadi peringkat ke 1 terbanyak penderita DM (Riskesdas Sumbar 2007 : Riskesdas Sumbar 2013). Pengendalian penyakit DM jika tidak dicegah untuk kambuh atau dikontrol akan memiliki dampak yang buruk terhadap tubuh dan ekonomi. Dari segi kesehatan akan menimbulkan komplikasi hiperalbuminuria, retinopati diabetic, neuropati diabetik dan hipertensi, sedangkan komplikasi lanjut meliputi kegagalan ginjal (nefropati), retinopati proliferatif, ulkus kaki diabetic, penyakit jantung koroner dan diabetes terkait kematian (Bustan, 2014). Sedangkan dari segi perekonomian akan membutuhkan banyak biaya pengobatan. 

Berdasarkan hasil penelitian dari Putri & Isfandiari tahun 2013 hal yang paling serinh diabaikan oleh penderita DM adalah pengobatan, hal inilah yang akan memperburuk keadaan pasien bahkan bisa diamputasi. Pada saat ini sudah dikembangkan dan digalakkan lagi untuk menggunakan obat non farmakologis atau herbal atau alami. Pengobatan non farmakologis mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, mudah didapat disekitar lingkungan dan harganya terjangkau (Cahyono, 2011). Susu kedelai merupakan salah satu alternatif pengobatan non farmakologis yang berdasarkan hasil literatur review penulis adalah yang paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Susu kedelai memiliki resiko protektif terhadap DM tipe 2. Kandungan protein, isoflavon, serat dan lesitin yang tinggi mempunyai pengaruh yang baik untuk kesehatan tubuh terutama untuk keseimbangan metabolisme tubuh. Sehingga banyak ahli yang berkeyakinan bahwa susu kedelai mempunyai peran positif dalam pengendalian kadar gula darah (Unus, 2002 dalam Baequny, Hartono & Harnany, 2015) 

Menurut Widy tahun 2009 didalam penelitian Cahyono tahun 2011 dan penelitian Baequny, Hartono & Harnany, 2015, kandungan susu kedelai yang dapat mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal adalah lecithin, polisakarida dan protein. Pertama, lecithin yaitu antioksidan yang berperan dalam meregenerasi sel-sel yang rusak dan menjaga sel-sel pankreas sehingga insulin mampu diproduksi kembali secara maksimal. Kedua, yaitu polisakarida yang mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial (setelah makan) dipencernaan, serta menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial. Ketiga, yaitu protein yang kaya asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin yang berfungsi meningkatkan kadar hormon insulin sehingga kadar glukosa darah akan berkurang. 

Penulis sudah melakukan penelitian ini tahun 2018 kepada penderita DM yang ada di daerah Padang Panjang sebanyak 20 orang. Responden diberikan bubuk kedelai sebanyak 50 gram kemudian ditambahkan air hangat sebanyak 250 ml/hari. Bubuk kedelai ini dibwrikan selama 5 hari berturut-turut satu kali sehari. Faktor pola makan, obesitas, aktivitas dan stress tetap dikontrol selama penelitian. Dari hasil penelitian didapat bahwa hasil secara statistik penurunan glukosa darah sebanyak 22,5 mg/dL setelah mengkonsumsi bubuk kedelai. Penurunan kadar glukosa darah oleh susu kedelai dapat dijelaskan melalui dua mekanisme utama, yaitu secara intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik bekerja dengan cara meregenerasi (memperbaiki) sel β pankreas yang rusak sedangkan mekanisme ekstra pankreatik bekerja dengan cara melindungi sel β dari kerusakan lebih lanjut. 

Proses mekanisme intra pankreatik dan ekstra pankreatik dilakukan oleh kandungan utama dalam susu kedelai yaitu lecithin. Lecithin adalah antioksidan yang dapat menghambat terjadinya stress oksidatif pada sel beta pankreas, sehingga antioksidan tersebut mampu menjaga sel-sel pada pankreas untuk tidak mengalami kerusakan serta mampu meregenerasi/memperbaiki sel-sel yang rusak dengan cepat dan akan berfungsi baik kembali. Selain itu, lecithin dapat merangsang produksi insulin sehingga insulin dapat dihasilkan secara maksimal. 

Kandungan susu kedelai lainnya yaitu polisakarida yang berfungsi dalam menekan kadar glukosa darah dan menurunkan rasio insulin-glukosa setelah makan, sehingga mampu mengendalikan kadar gula darah yang melebihi batas. Kandungan susu kedelai yang berikutnya adalah protein yang kaya akan asam amino argini dan glisin. Perbedaan komposisi asam amino pada diet protein berpengaruh pada dinamika insulin dan kadar glukosa darah. Dalam hal ini arginin yang terkandung dalam susu kedelai berperan merangsang pengeluaran insulin dari pankreas dan meningkatkan aktivitas insulin di otot. Oleh sebab itu, makin tinggi asupan protein dari susu kedelai, sekresi hormon insulin kedalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebahagian akan diubah menjadi energi (Widy, 2009 : Baequny, Hartono & Harnany, 2015). 


×
Kaba Nan Baru Update