Notification

×

Iklan

Iklan

Parenting Alquran: Dampak Negatif Memarahi Anak Secara Berlebihan

03 Juli 2019 | 09.45 WIB Last Updated 2019-07-03T02:45:44Z
Oleh: Satria  Asmal  ( Direktur SPECTA )

Pasbana.com--  Menjadi orangtua adalah tanggung jawab besar dunia akhirat. Ada begitu banyak tanggung jawab yang harus kita pikul agar amanah ini bisa kita lakukan dengan baik. Namun dalam perjalanan mendidik buah hati, ada begitu banyak ujian dan cobaan yang kita hadapi. Selain dari anak itu sendiri ternyata juga dari diri kita sendiri yang juga memiliki karakter yang berbeda beda dan dididik oleh orangtua kita masing masing juga dengan pola yang berbeda.

Selain itu tingkat emosional kita sebagai orangtua juga berbeda beda pula. Ada yang sabar, ada yang pemarah, dan juga ada diantara keduanya.

Biasanya pola asuh itu diturunkan oleh orangtua kita. Maka sebagian besar pola asuh kita dipengaruhi oleh cara orangtua kita mendidik dahulu.

Orangtua yang penyabar biasanya juga akan melahirkan anak yang penyabar dan melanjutkan pola asuhnya nanti keketurunan nya juga dengan kesabaran. Sebaliknya jika orang tuanya pemarah maka akan berdampak pada anak yang juga tidak sabaran alias pemarah dan terus akan dilanjutkan pola asuh ini ke anak anaknya nanti.

Maka jika pola asuh ini tidak diputus siklusnya maka akan terus lah berlanjut sampai keketurunan dibawahnya.
Karena sang anak melihat, merasakan dan melakukan apa yang dia alami.

Marah dan Emosi pada orangtua memang kerap terjadi. Ada banyak hal yang menjadi penyebab utama timbulnya emosi, salah satunya adalah karena kelelahan. Emosi paling banyak menyerang pada ayah. Karena sudah terlalu lelah bekerja sehingga sangat mudah sekali emosi saat melihat anak tidak sesuai keinginannya.

Ingatlah untuk para ayah, emosi berlebihan bukanlah hal yang diinginkan oleh anak. menegur anak adalah hal wajar yang dilakukan orangtua, namun bukan dengan cara yang kasar dan keterlaluan.

Membentak anak dengan nada yang keras adalah sikap paling sering terjadi. Padahal efek yang timbul dari bentakan tersebut akan membekas hingga anak dewasa. Terlebih pada anak yang sering dibentak atau dipukul keterlaluan oleh orang tua. Itu semua hanya akan memicu dampak negatif berkepanjangan.

Kita sebagai orangtua tentu sepakat, bahwa Anak sangat perlu nasehat dan teguran dari orangtua, namun juga harus ada unsur kasih sayang dalam penyampaiannya. Jika didalamnya hanya ada unsur emosi saja, maka nasihat dan teguran tadi tidak akan tersampaikan pada anak. Bahkan orangtua akan kehilangan berfikir jernih. Maka akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari sikap emosional orangtua tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Minder
 Anak akan merasa minder dan rendah diri. Jika dalam keseharian mereka selalu dimarahi berlebihan. Kepercayaan diri dalam anak pun juga berkurang karena merasa apa yang ia lakukan selalu salah di mata orangtua dan orang lain.

2.Menjadi pribadi yang tertutup
Dalam menjalani kehidupan ini, banyak hal yang ingin mereka tanyakan pada orangtuanya, banyak hal yang belum mereka ketahui dan ingin ceritakan kepada orangtuanya. Dan banyak hal yang belum mereka mengerti dan terkadang ingin sharing dengan ortunya. Namun karena orangtuanya sering memarahi mereka, tertutuplah pintu komunikasi itu dengan mereka. Mereka akan menjadi pribadi yang tertutup dan menganggap orangtuanya egois, mau menang sendiri dan justru anak yang seperti ini akan sulit terkontrol oleh orang tua karena akan melakukan hal hal diluar sepengetahuan orang tua.

3.Pemberontak
Orangtua beranggapan jika anak dimarahi maka mereka akan takut dan patuh.
Ops...tunggu dulu!
Justru jika mereka sering dimarahi bahkan dipukul akan menjadi anak yang pemberontak terhadap nasehat orangtua. Mereka akan bersikap acuh terhadap orangtua, bahkan larangan dari orangtua justru akan dilakukan oleh mereka.

4.Pemarah atau emosi tidak stabil
Orang tua adalah cermin bagi mereka, kalau ingin melihat diri kita lihatlah mereka anak anak kita. Saat melihat orang tua mudah marah, maka anak akan berkaca dari orang tua mereka. Anak akan meniru apa saja yang didengar dan dilihatnya. Sehingga anak yang hidup di antara orang tua yang emosionalnya tinggi, mereka akan bersifat kasar, mudah marah, dan tidak menghargai orang lain.

5. Pendendam
Anak yang sering dimarahi, dan mereka sering tidak bisa mengutarakan isi hatinya. Maka muncul pribadi pendendam. Mereka akan sulit memaafkan kesalahan orang lain karena orangtuanya selalu menuntut mereka sempurna. Jika salah dimarahi.

6. Menjadi Pribadi yang kasar
Anak yang sering dimarahi akan kehilangan sensitifitas. Mereka akan kehilangan kepekaan terhadap lingkungan. Muncul sikap usil, cuek dan tak peduli. Karena bagi mereka walaupun sudah berusaha berprilaku baik tetap akan dimarahi dan dianggap buruk.

7. Suka MPO
Karena dirumah selalu kena marah, dianggap tidak baik dan menyusahkan maka mereka akan mencari komunitas diluar yang bisa menghargai dirinya. Mereka akan selalu Mencari Perhatian Orang lain atau MPO, karena dirumah memang mereka tidak dapatkan itu. Mereka akan sangat menghargai orang yang bisa memberinya perhatian tersebut.

8. Tidak Betah Di rumah
Anak yang sering dimarahi, mereka tidak akan betah dirumah. Mereka lebih nyaman berada diluar rumah bersama sahabat sahabat nya. Jika ini terjadi, berarti orangtua telah kehilangan kepercayaan dari anak nya. Akan sulit untuk kembali diarahkan. Nah..sebelum ini terjadi orangtua sebaik nya pikir pikir dulu untuk menumpahkan kekesalan. Karena dampak dari memarahi anak berlebihan itupun tidak akan efektif merubah prilaku nya.

9. Sulit diatur
Anak yang sering dimarahi, semakin lama semakin sulit diatur. Justru orangtuanya sendiri yang akan kelabakan mendisik anak nya. Bahkan pada titik ini perlahan namun pasti akan tampak kelemahan orangtua nya. Mulai berkompromi dengan satu hal padahal sebelumnya sangat tegang dan tak bisa disanggaj sedikitpun. Maka pada titik ini orangtua mulai kehilangan kepercayaan, mulai kehilangan pengaruh, mulai kehilangan kendali akan anak nya karen mereka sudah menemukan titik lemahnya. Akhirnya? Mereka akan semakin sulit diatur..

10. Kehilangan kebanggaan pada ortunya

Ini adalah kondisi paling menakutkan jika orangtua selalu marah berlebihan. Mereka akan kehilangan kebanggaan pada orang tuanya. Bahkan apapun yang melekat pada diri orang tuanya, keseharianya, aktivitasnya, orang orang disekitarnya akan membuat anak tidak nyaman dengan nya. Mereka tidak lagi punya tauladan. Karena sosok ayah adalah kebanggaan pertama anak anak nya. Dan sosok ibu adalah kasih sayang pertama nya. Jika itu hilang, mereka akan kehilangan orang yang dibanggakan dan mencari sosok lain untuk dibanggakan.

Terus apakah kita sebagai orangtua tidak boleh marah?
Tentu boleh, hanya saja ada cara dan batasan tertentu yang harus kita fahami agar marah tak sekedar marah, agar marah bisa memiliki daya ubah.

Lalu bagaimana mestinya kita marah?

Sosok yang paling ideal untuk kita tauladani dalam mendidik adalah Rasulullah. Beliau juga pernah marah, namun marahnya memiliki hikmah dan marahnya pun dengan cara yang ahsan atau baik bukan sekedar luapan emosi sesaat yang pada akhirnya justru tidak bermanfaat malah berbuah mudharat.

Bagaimana Rasulullah marah?

1. Rasulullah jika Marah tetap menggunakan kata kata yang baik, suaranya terdengar keras dan tegas. Seperti seorang komandan pada prajuritnya (HR Bukhari dan Muslim)

2. Rasulullah marah dalam diamnya dan berubah raut wajahnya.
Terkadang marah seperti ini lebih efektif dari pada teriak teriak dan bentak bentak tak karuan namun tak memberikan efek jera justru suara orangtuanya yang habis.

3. Rasulullah marah jika perintah agama dilanggar.
Sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah marah terhadap sesuatu. Namun, jika larangan-larangan Allah dilanggar, ketika itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi rasa marahnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

4. Ketika marah, nabi tak pernah main pukul.

Saat marah, Nabi juga tak ‘bermain tangan’ atau menyakiti fisik. Dalam kesaksian sang istri tercinta Aisyah, Nabi tak pernah sekalipun memukul wanita atau pembantu. Bahkan, ia tak pernah memukul apapun, kecuali jika sedang berjihad. (HR. Muslim)

Kita berharap, mampu menauladani Rasulullah dalam mendisik buah hati kita. Dan semoga kita kedepanya sebagai orang tua lebih bijak dalam bersikap karena tanpa kita sadari marah yang tidak terkendali berdampak buruk pada psikologis anak dimasa depan nya.
Wallahu alam bishowab.
×
Kaba Nan Baru Update