Notification

×

Iklan

Iklan

Dr. Helmizar: "Manjujai" Bisa Cegah Kekerdilan Pada Anak

11 Oktober 2019 | 18.34 WIB Last Updated 2019-10-11T11:34:13Z
Dr. Helmizar, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand Padang (foto: Dok.Antara)

Padang -  Tradisi "manjujai" di masyarakat Minangkabau ternyata mampu mencegah terjadinya Stunting (kekerdilan) pada anak. Manjujai adalah tradisi meninabobokkan anak di Minangkabau.

Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Padang.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand Padang Dr Helmizar mengatakan memberikan makanan yang bergizi saja tidak cukup untuk pencegahan stunting, namun harus diimbangi dengan pola asuh yang baik dari ibu yakni berupa tradisi manjujai, Jum'at (11/10).

Manjujai merupakan salah satu bentuk permainan tradisional untuk anak berupa bermain ciluk-ba, tepuk ambai-ambai, mendendangkan, meninabobokkan anak dan lainnya di lingkungan keluarga untuk merangsang pertumbuhan fisik, motorik, kecerdasan, dan sosial anak.

Berdasarkan penelitiannya permainan manjujai terdiri dari 24 jenis permainan seperti bermain tepuk ambai-ambai, daag, mari merangkak, mencari mainan, tebak suara, nina bobok, ayo berdiri, makan sendiri, buku pertamaku, ciluk-ba, mendendangkan anak, tangkap bolanya dan beberapa jenis permainan lainnya.

"Seperti pada permainan tepuk ambai-ambai, ibu dapat membuat anak berkomunikasi dan mengenalkan kata-kata baru pada si kecil karena semakin banyak kata-kata baru yang didengarkan maka akan semakin berkembang kemampuan bahasanya," ujar dia.

Selain itu, permainan mari merangkak dapat membantu si kecil untuk mengembangkan motorik kasarnya, dengan merangkak ke segala arah si kecil dapat mengembangkan otak kiri dan kanannya.

Manjujai dengan anak bisa dimulai sejak bayi lahir, namun cara manjujai harus disesuaikan dengan usia anak.

"Melalui kegiatan manjujai, ibu dapat membantu melatih otot tubuh anak, merangsang alat inderanya berupa penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan dan membantu anak supaya bisa mengenal dirinya sendiri serta lingkungannya," sambung dia.

Selain itu, ia juga mengatakan menjujai dapat meningkatkan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang cara pengasuhan anak untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat Minangkabau yang masih melestarikan budaya manjujai di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, ditemukan adanya pertambahan rata-rata berat badan dan panjang badan anak pada kelompok yang diberikan stimulasi psikososial manjujai dan suplementasi gizi makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI).

"Rata-rata penambahan berat badan anak sebesar 0,95 kilogram (lebih kurang 0,67 standar deviasi) setelah bulan ketiga dan 1,52 Kilogram (lebih kurang 0,69 standar deviasi) setelah bulan keenam intervensi," ujar dia.

Selain itu penambahan panjang badan sebesar 3,83 centimeter setelah bulan ketiga dan 6,27 centimeter setelah bulan keenam intervensi, terutama pada kelompok kombinasi MP-ASI dan manjujai dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Ia berharap manjujai kembali diterapkan oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat Minangkabau karena dapat memberikan manfaat bagi orang tua untuk perhatian yang lebih terhadap pemenuhan kebutuhan gizi anak.

"Karena dengan adanya manjujai orang tua menjadi lebih dekat dengan anak dan anak pun mendapat perhatian yang lebih," sambung dia. (Antara)
×
Kaba Nan Baru Update