Notification

×

Iklan

Iklan

Menyoal Kembali Pendidikan dan Kebudayaan di Tengah Pandemi Covid-19

10 Juni 2020 | 21.34 WIB Last Updated 2020-06-10T14:34:57Z

Oleh: Adrul Nafis

Pasbana.com -- Pembelajaran yang menitik beratkan pengetahuan anak-anak kepada lingkungan sekitarnya telah menjadi sebuah tata cara dalam dunia pendidikan yang telah lama kita kenal. 

Dari kecil menjelang remaja, peran orang tua, keluarga, dan masyarakat menjadi pihak yang berkerja dalam menstimulus anak dengan nilai-nila kehidupan yang baik, tumbuh dan berkembang dari masyarakat itu sendiri. namun, kondisi ini lambat laun mulai terpinggirkan oleh semangat pendidikan yang datang dari luar. 

Pendidikan mulai mengarahkan anak-anak mencapai target-target yang dapat diukur dengan angka. Cukup di sayangkan, kemajuan yang disyaratkan oleh dunia hari ini belum mampu kita jawab dengan mengembangkannya seiring dengan nilai-nilai luhur yang hidup di dalam kebudayaan yang kita miliki.

Di tengah pandemi Covid 19 ini, menjadi kesempatan baik bagi kita untuk kembali menyoalkan konsep lama dalam pendidikan untuk menjadi bahan perenungan. 

Pandemi telah mengakibatkan proses pembelajaran harus dilangsungkan melalui perantaraan dunia maya. Keadaan ini kemudian menyisakan beragam persoalan.  Mulai dari tingkat ketercapaian pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran hingga cara dalam mengelola proses pembelajaran yang jauh dari monoton menjadi topik utama pembahasan. 

Selain itu terjadinya ketergantungan anak didik terhadap perangkat selular hingga semakin terisolasi mereka dari dunia luar menjadi cerita lain yang menambah kekhawatiran baru.

Banyak cara dapat dilakukan mamanfaatkan kondisi di tengah keterbatasan ini. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan yang dapat mengembangkan mekanisme pembelajaran interaktif dengan melibatkan peran dari orang tua dan masyarakat. 

Dengan melibatkan peran dari orang tua dan masyarakat, proses pembelajaran anak dapat dikemas dengan suasana yang lebih menarik. Kesempatan ini juga dapat digunakan untuk kebali menguatkan pendidikan karakter ana sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. 

Keadaan ini sesuai dengan apa yang disebut oleh John Dewey dalam bukunya yang berjudul My Pedagogic creat yang akan menjadi pewaris kapital kebudayaan yang telah dibangun oleh umat manusia sebelumnya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berperan dengan mendesain pembelajaran yang dikemas sesuai dengan materi pembelajaran tiap-tiap mata pelajaran yang ada dengan mengangkatktan terciptanya interaksi antara peserta didik dengan kondisi dan situasi sosial tempatnya berada. Dengan demikian peserta didik dapat memahami reallita sosial yang terngah berkembang di lingkungan tempat tinggalnya. 

Kebermanfaatan ini diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang menarik sekaligus antisipasi bagi kejenuhan peserta didik dalam proses pembelajaran online.

Sebagai contoh, dalam mata pelajaran sejarah dengan tema Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, guru dapat menjadikan lingkungan anak sebagai media belajarnya. 

Komunikasinya dengan ibu-bapaknya, orang-orang yang telah tua serta kalau ada peninggalan sejarah yang terdapat di lingkungannya diharapkan dapat menimbulkan penghayatan yang dalam diri peserta didik. Masa pendudukan Jepang yang telah berlangsung puluhan tahun belakangan ini dapat dirasakan kehadirannya dalam dunianya hari ini. 

Pembelajaran ini selain juga menjadikan lingkungan sekitarnya berarti bagi anak, tetapi juga dapat mewariskan nilai-nilai perjuangan yang berarti bagi tumbuh dan kembangnya anak dalam menjalai kehidupannya.

Diharapkan dengan menguatkan kembali konsepsi pendidikan dengan kebudayaan menjadi berkah tersendiri bagi dunia pendidikan di tengah pandemic covid 19 ini. 

Harapan kita melihat generasi muda penerus bangsa hari ini dapat maju dengan otaknya dan hatinya yang terisi dengan nilai-nilai karakter budaya ketimuran dapat terwujud dalam waktu dekat ini.(*)
×
Kaba Nan Baru Update