Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Jalan Abdul Rabkhan KM3 Bukit Timah Kota Dumai Riau

05 Juni 2020 | 18.17 WIB Last Updated 2020-06-05T11:17:05Z
Oleh Zulkarnaen, M.Sn *)





Pasbana -- Covid19 melanda Indonesia, termasuk kami warga Kelurahan Bukit Timah, Dumai, Riau, Sepanjang Jalan Abdul Rabkhan. Apa yang beda adalah saat covid19, ada kebahagian bagi warga Kilo Meter 3 KM3) Jalan Abdul Rabkhan Bukittimah, karena saat sebulan setelah sekolah ditutup, atau sekira bulan April 2020, Jalan Abdul Rabkhan terjadi perubahan signifikan, meskipun belum diaspal, yang ada batu krikil disebar, dipadatkan atau orang ahli menyebutnya base jalan dengan cara penghantar agregat/ grader kemudian dipadatkan dengan campactor/tandem roller. 

Perubahan signifikan karena sejak tahun 1970-an, baru di tahun 2020 bulan April ada pengerjaan base, biasanya jalan berlobang, berdebu, berkubang saat hujan, menyedihkan bagi wajib pajak yang taat. 

Dari sejarah panjang jalan di Dumai, yang di kelola Caltex, kemudian Chevron, sebagaimana Dumai Road dibuat tahun 1950-an, kemudian terbukanya akses pipa minyak ke daerah Dumai, dengan diawalinya pengelasan pipa minyak di Dumai tahun 1958 dari Duri, kemudian tahun 1970-an  jalan pomproy dari SMAN 1 Dumai, menelusuri hutan sekira 3 Kilometer, kemudian masuk Bukit Timah KM 1 hingga ke simpang batang, simpang tiga, ke arah kanan adalah ke Kota Medan, ke kiri adalah ke Duri dan Pekanbaru. 

Waktu itu Bukit Timah sempat terdengar “Bukit Timah Kilo Meter 11, 20, 24 hingga ke simpang tiga tadi yang dikatakan. Sampai tahun 1997, jalan Abdul Rabkhan  berkembang secara bertahap, jalan dari simpang YS, KM 4 menuju KM 7 di aspal disebabkan didirikannya sekolah SMK Taruna. Itu sebab jalan Abdul Rabkhan diaspal Hotmix.

Kisah nama jalan Abdul Rabkhan sendiri dimulai dari nama jalan Pomroy, tahun 1997 nama jalan Siak Indrapura, kemudian sekira tahun 2007, hingga sekarang berubah menjadi jalan Abdul Rabkhan. 

Saat jalan Pomproy, ciri khasnya adalah hampir tiap bulan jalan di siram dengan minyak aspal, saat panas, aspal meleleh, licin. Saat hujan, jalan licin juga karena campuran minyak dan air. Pada tahun 2000- hingga tahun 2020, bulan Maret, jalan ini sangat memprihatinkan, berlobang, berkubang, berdebu. Yang membuat diperhatikan tiap lima tahunan yakni saat pemilu.

Tercatat selama pengalaman penulis, menyaksikan ada sekira empat kali unjuk rasa di jalan Abdul Rabkhan, terakhir tahun 2019. Bentuk unjuk rasanya adalah menanam pohon pisang pada lobang di jalan, menuliskan di papan “jalan ini dijual” pada lobang jalan, meskipun warga Jalan Abdul Rabkhan KM 3 tak “pandai marah” dengan cara unjuk rasa ke kantor-kantor tertentu. Akhirnya cocoklah kiranya warga Bukit Timah KM3 adalah manusia paling sabar di dunia. Setidaknya itu penilaian saya.

Sejarah mencatat siswa dan orang tua siswa ke sekolah yakni SMAN 1 dan SMPN 3 Bukit Jin, yang aksesnya dari jalan Abdul Rabkhan ini, mengkisahkan bahwa, saat musim hujan, ditemukan lobang besar, hingga dipenuhi air, dan sepeda motor mogok akibatnya. Itu demi ke sekolah, dan itu pun penulis alami saat mengajar di SMAN 1 tahun 2009-2013. Mengenang musim hujan melewati jalan Abdul Rabkhan ke SMAN 1 adalah kenangan antara mengumpat ke penguasa jalan dan kekuatan semangat mengajar siswa.

Kini di masa wabah melanda, kami sudah dapat menikmati datarnya jalan, dengan suara keras peraduan ban dan krikil dicampur debu.

*) Penulis adalah anggota Dewan Kesenian Dumai, Guru Seni Budaya dan pelaku sejarah.
×
Kaba Nan Baru Update