Notification

×

Iklan

Iklan

Orang Indonesia Lebih Suka Berselancar Di Dunia Maya Lewat HP

24 Januari 2021 | 16.02 WIB Last Updated 2021-01-24T09:03:55Z


Pasbana -- Kian beragamnya media sosial dan aplikasi hiburan mendorong jumlah pengakses internet di Indonesia naik dengan cepat dalam lima tahun terakhir. Peningkatan ini terjadi baik pada jumlah rumah tangga maupun jumlah penduduk yang mengakses internet.


Selain bisa menonton video dari channel YouTube, orang kini bisa menonton hiburan melalui aplikasi Netflix dan Sportify. 


Selain itu, stasiun televisi teresterial dan saluran televisi berbayar kini juga membanjiri gadget dengan aplikasi untuk memudahkan orang menonton streaming atau siaran langsung acara hiburan atau sepak bola lewat HP.


Praktis, hidup masyarakat sekarang tak bisa lepas dari gadget dan internet. Tak mengherankan jika Statistik Telekomunikasi Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2019, rumah tangga pengakses internet mencapai 74 persen. Persentase ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya.


Persentase jumlah individu pengguna internet bahkan naik lebih dari dua kali lipat. Pada 2015, pengakses internet tak sampai 22 persen, pada 2019 sudah hampir 48 persen atau sekitar 127 juta orang. Jika dikurangi anak-anak di bawah lima tahun dan orang tua di atas 65 tahun, persentase penduduk pengguna internet mencapai sekitar 62 persen.


Pesatnya pertumbuhan pengakses internet ini juga didorong oleh perkembangan bisnis layanan internet, baik melalui operator telepon maupun jasa provider internet. Di luar operator telepon seperti Telkomsel, Indosat, XL, Three, ada 11 provider internet yang pada umumnya menyediakan layanan internet dedicated (24 jam).


Bisa jadi, kemudahan mengakses internet dari mobile gadget ini yang membuat kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia cenderung stagnan. Pada periode 2015-2019, dari data Statistik Telekomunikasi 2019 tersebut menunjukkan persentase rumah tangga pemilik komputer tertahan di angka 19 persen. Meskipun, secara nominal naik tipis dari 48,3 juta unit pada 2015 menjadi 50,2 juta pada 2019.


Pilihan alat telekomunikasi juga kian beragam dan lebih mobile. Ukuran telepon pintar (smartphone) juga kian membesar, rata-rata sudah mendekati 7 inch. Selain itu, ada tablet yang ukurannya berkisar 7-10 inch. Dua jenis gadget itu boleh jadi membuat memilih ponsel atau tablet karena kemampuannya yang sudah setara komputer, dengan ukuran yang kecil dan mobile.


Minat masyarakat terhadap PC secara global sudah cenderung lesu sejak 2011. Baru pada 2019 sedikit bergeliat. “Pasar PC tumbuh untuk pertama kalinya sejak 2011, didorong permintaan bisnis yang dinamis, terutama di AS, EMEA (Eropa, Timur Tengah, dan Afrika), dan Jepang,” kata Mikako Kitagawa, analis senior di Gartner. 


Pada 2017, Kitagawa juga pernah mengungkapkan faktor lain yang menyebabkan penjualan PC merosot adalah karena konsumen jarang menggunakannya lagi. Mereka lebih sering memakai ponsel. Mobilitaslah yang membuat ponsel dan tablet jauh mengungguli PC, termasuk notebook.


Data BPS juga merekam, kepemilikan telepon seluler terus meningkat, dari 57 persen pada 2015 menjadi 63 persen per 2019. Hotsuite malah mencatat angka yang jauh lebih tinggi. Misalnya, jumlah nomer telepon seluler yang terdaftar per Januari 2020 mencapai 338,2 juta sambungan.


Jumlah pengguna internet di Indonesia per Januari 2020 juga tercatat lebih tinggi dari data BPS, yakni mencapai 175 juta orang, naik 25 juta orang dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 91,4 persen di antaranya merupakan pengguna media sosial. Pengguna YouTube merupakan yang terbesar.(lokadata) 

×
Kaba Nan Baru Update