Notification

×

Iklan

Iklan

Pemanfaatan dan Potensi Ekspor Produk Kelapa

16 Desember 2022 | 20.09 WIB Last Updated 2022-12-16T13:09:09Z
(Dokumentasi Hasyim)


Oleh Abdullah Hasyim
Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Andalas

Pasbana - Permintaan global terhadap produk kelapa dan turunan kelapa terus mengalami peningkatan seiring perkembangan rantai nilai global. permintaan global terhadap produk kelapa ini memberikan peluang.keuntungan ekonomi bagi masyarakat local penghasil produk turunan kelapa.

Indonesia merupakan negara agraris yang perekonomiannya didukung oleh sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian adalah perkebunan yang mempunyai peranan yang besar dalam penyediaan lapangan kerja, ekspor, dan pertumbungan ekonomi yang memberikan kostribusi besar dalam surplus neraca perdagangan komoditas pertanian.

Sebagai negara kepulauan dengan lahan yang mendukung, Indonesia merupakan pemain besar dalam memasok kebutuhan kelapa dunia. Kelapa memiliki area perkebunan terluas di Indonesia, lebih luas daripada karet dan kelapa sawit, yaitu sekitar 26% dari total area perkebunan. Karena itulah, Indonesia merupakan  salah satu negara produsen kelapa terbesar di dunia, dengan total produksi mencapai 18.3 juta ton per tahun. 

Salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Sumatera Barat adalah Padang Pariaman. Padang Pariaman memiliki lahan perkebunan kelapa milik masyarakat sekitar 40 ribu hektare dengan total produksi lebih dari 35 ribu ton per tahun. Kelapa sudah menjadi produk andalan daerah ini. 




Komoditas ini juga telah diakui oleh Kementerian Pertanian RI sebagai varietas lokal. Sebelumnya, kelapa asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI sebagai varietas lokal dengan nama Karambia Padang Pariaman sehingga memperkuat tanaman itu sebagai ikon daerah tersebut.

Kelapa berpotensi diserap pasar global
Alasan terpenting mengapa kelapa memiliki potensi besar untuk diekspor adalah karena manfaat tanaman kelapa tidak hanya terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa.

Akan tetapi, seluruh bagian tanaman kelapa dapat diolah untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi kelapa pertahun mencapai 3 juta ton, maka terdapat sekitar lebih kurang 1,2 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan pertahunnya. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan antara serat dengan serat yang lainnya. 

Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun, namun ketersediaan sabut kelapa dalam jumlah yang besar tersebut belum dimanfaatkan masyarakat untuk membangun industri pengolahan hasil samping buah kelapa terutama sabut kelapa secara optimal. Berdasarkan data Litbang AISKI,  Indonesia kehilangan potensi pendapatan  sabut kelapa  belasan triliun rupiah per tahun. 

Angka ini diperoleh dari perhitungan jumlah produksi buah kelapa Indonesia  yang mencapai 15 miliar butir per tahun dan baru dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi sekitar 480 juta butir atau 3,2%  per tahun.

Dengan seiring berkembangnya teknologi, sifat fisika-kimia serat sabut kelapa, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa ini dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal dan hardboard.Industri otomotif terkemuka di dunia, misalnya Mercedes Benz, Volkswagen Porche, dan Opel, ternyata juga menggunakan sabut kelapa untuk mengisi jok mobil.

Kelebihan sabut kelapa sebagai pengisi jok mobil dalah karena mempunyai daya lentur yang sangat baik, tahan lama, tidak berbau, dan mempunyai tingkat pencemaran yang sangat rendah.

Meningkatnya permintaan industri untuk produk hasil kelapa tentu membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat padang pariaman sebagai penghasil produk kelapa untuk memasarkan produk hasil kebun mereka ke marketplace internasional. Tentunya dengan harga jual yang lebih tinggi dibanding hanya memasarkannya pada market local,

Dengan menjual produk mereka ke pasar internasional, hal ini akan mengurangi persaingan antar sesama petani lokal. Sekarang, siapapun dapat mengekspor hasil kebun mereka sendiri dengan syarat mengurus surat izin dan memenuhi kriteria barang yang diminta buyer.(*) 
×
Kaba Nan Baru Update