Notification

×

Iklan

Iklan

Basuluak, Tradisi Penyeimbang Antara Kehidupan Duniawi dan Ukhrawi

28 Februari 2023 | 20.12 WIB Last Updated 2023-02-28T13:12:06Z

Pasbana - Di Minangkabau, ada tradisi ritual yang disebut Basuluak. Basuluak merupakan ritual berdiam di masjid untuk beribadah dengan khusyuk selama bulan puasa.  

Jemaah basuluak membawa segala keperluan sehari-hari seperti pakaian dan membawanya ke masjid, sementara makanan sahur dan buka puasa biasanya disediakan oleh warga sekitar masjid. 

Kegiatan ini umumnya diikuti oleh pengikut Tarekat Naqsyabandiyah yang paling cepat dimulai sepuluh hari sebelum bulan Ramadhan sampai selesai, berkisaran paling lama empat puluh hari. Basuluak sendiri berasal dari bahasa Minang yang berarti bersemedi atau berdiam diri. 

Ritual ini dilakukan dengan tujuan agar para jemaah dapat lebih dekat dengan Allah SWT selama bulan Ramadhan. 

Selama Basuluak, peserta berdzikir, berdoa dan beribadah sepanjang hari, mulai dari shalat subuh sampai malam. Basuluak dipimpin oleh seorang imam yang dipanggil mursyid atau khalifah, yang berwenang memutuskan jika seseorang dapat mengikuti basuluak atau tidak.

Basuluak dapat didefinisikan sebagai tradisi ibadah yang betul-betul hanya untuk pensucian diri seseorang. Ia dilaksanakan penuh khidmat, dan rmenjadi penyeimbang antara kehiduan dunia dan ukhrawi. 



Setiap bulan Ramadhan suluak dilakukan di surau-surau ulama. Satu bulan penuh kegiatan suluak berjalan di surau dengan berbagai ritual ibadahnya. Dimana seluruh pesertanya tidur di surau dan memasak bersama. 

Pada umumnya banyak diikuti oleh perempuan-perempuan tua, sehingga surau pada waktu itu mirip seperti panti jompo. 

Dalam kajian budaya, kegiatan basuluak adalah pengamalan keagamaan yang telah membudaya. Dan akhirnya menjadi sejalan dengan budaya dan kearifan lokal di Minangkabau. .

Basuluak memang didominasi perempuan lansia. Faktor yang mendorong lansia untuk basuluak adalah tujuan meningkatkan ibadah dan mendapatkan ketenangan hati. 

Lansia telah merasa berkecukupan mengenai tujuan pemenuhan urusan duniawinya seperti telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga selesaai, menikahkan anak-anaknya menikah, mempunyai anak dan pekerjaan yang mapan. 

Hal inilah yang membuat tidak ada yang lebih pantas untuk diprioritaskan selain ibadah dan dan mendorong lansia untuk memunculkan perilaku atau melakukan kegiatan-kegiatan yang menagrahkan pada pencapaian tujuan hidupnya melalui suluak ini.




Usaha lansia yang telah terealisasikan dalam kegiatan suluak mencerminkan adanya pencapaian makna hidup. 

Hal ini sesuai dengan definisi kebermaknaan hidup yaitu motivasi yang kuat yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna.

Motivasi lansia juga merupakan salah satu komponen dalam meraih kehidupan bermakna, yakni the will the meaning (keinginan untuk hidup bermakna) yang artinya kebutuhan manusia yang terus menerus mencari suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi manusia itu sendiri.

Sementara faktor lain lansia untuk mengikuti suluak yaitu adanya dukungan keluarga terutama dari pihak suami dan pengaruh dari mursyid. 

Pengaruh mursyid dapat menjadi salah satu variabel mediator dalam pelaksanan suluak peserta suluak mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap mursyid, seperti menyerahkan segala urusan lahir dan batin, harus menaati perintah mursyid, tidak boleh mempergunjingkan mursyid dan lain-lain yang berkepentingan dengan penghormatan terhadap mursyid.




Proses didalam pelaksanaan suluak dimulai dari pembaiatan sampai dengan tahapan atau muaqom yang ia capai. Dalam tahapan proses pencarian makna hidup, peserta suluak melewati proses pencarian makna hidup dari tahap derita, tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna, yakni ketika memutuskan untuk mengikuti suluak. 

Dan tahap realisasi makana yaitu keikatan diri dengan kegiatan terarah untuk penemuan makna hidup saat mengikuti suluak dengan memperbaiki komitmen yang dibangun sendiri sampai pada tahap kehidupan bermakna yakni penghayatan kebermaknaan dan kebahagiaan.

Setelah mengikuti suluak, peserta suluak merasakan ketenangan batin dan ketenteraman hati. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengigat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (QS. Ar-Ra'ad :28)

Selain ketenangan hati, peserta suluak juga merasakan hasil bertambahnya kekhusyukan, konsistensi, keteraturan dan kedisiplinan (istiqamah) dalam beribadah. Mereka tidak lagi memburu urusan-urusan dan materi-materi duniawi. 

Bahkan aturan-aturan suluak juga diberlakukan di rumah seperti waktu-waktu ibadah wirid disamakan waktunya dengan saat suluak dan menghindari makanan berasal dari daging atau ikan. Makin tahu Indonesia. (Budi / dihimpun dari berbagai sumber) 

×
Kaba Nan Baru Update