Notification

×

Iklan

Iklan

Remaja, Minuman Manis, dan Ancaman Kesehatan

27 Februari 2023 | 17.43 WIB Last Updated 2023-02-27T10:43:22Z


pasbana - Seperempat penduduk Indonesia merupakan remaja berumur 10-24 tahun saat ini. Dalam beberapa dekade ke depan, mereka akan tumbuh menjadi dewasa usia produktif yang menggerakkan perekonomian negara.

Namun, dengan pola konsumsi gula yang telah melewati batas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para remaja tersebut saat dewasa berisiko terkena diabetes melitus dan obesitas sehingga kurang produktif pada masa depan.

Masa remaja merupakan masa ketika mereka mulai memiliki kendali utuh akan apa, di mana, dan kapan mereka makan atau minum.

Pada masa ini pola makan terbentuk dan cenderung tidak berubah sampai dewasa. Pada masa ini pula remaja mulai banyak mengkonsumsi makanan dan minuman di luar rumah. 

Kebiasaan yang dibangun remaja saat membuat pilihan makanan menentukan kebiasaan makan mereka pada masa mendatang.

Remaja berpotensi mengkonsumsi asupan makanan yang tidak tepat, yang dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti pertumbuhan fisik dan kapasitas intelektual yang berkurang. 

Asupan makanan yang tidak tepat juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya sejumlah gangguan kesehatan, seperti kekurangan zat besi, gizi kurang, dan obesitas.

Remaja yang mengalami kelebihan berat badan dan dapat mengakibatkan resiko penyakit diabetes dimasa kemudian. 

Persentase diabetes melitus di masyarakat meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018, sedangkan persentase obesitas pada periode yang sama meningkat dari 14,8 % menjadi 21,8%.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan kasus diabetes pada anak melonjak hingga 70 kali lipat sejak 2010 hingga awal 2023. 

Hal ini disampaikan oleh IDAI bahwa prevalensi diabetes anak pada 2010 adalah 0,028 per 100.000 anak, sementara per Januari 2023 angkanya 2 per 100.000 anak. 

Namun data kelebihan berat badan pada anak di negeri ini bisa memberikan gambaran risiko diabetes. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 10,8% dan 9,2% anak berusia 5-12 tahun mengalami kegemukan dan obesitas, secara berurutan. Keduanya merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes.

Karena itu, menurunkan angka kegemukan dan obesitas pada anak merupakan langkah preventif untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe 2, diabetes karena gaya hidup saat mereka dewasa.

Peningkatan kasus kegemukan, obesitas, dan diabetes pada anak merupakan peringatan bagi orang tua untuk menjadi lebih perhatian terhadap gaya hidup dan pola makan mereka. Gaya hidup dan pola makan keluarga sangat berpengaruh pada pola makan dan aktivitas fisik anak-anak.(dihimpun dari berbagai sumber) 


×
Kaba Nan Baru Update