Notification

×

Iklan

Iklan

Kuliah Kerja Lapangan Sastra dan Wisata

23 Maret 2023 | 18.53 WIB Last Updated 2023-03-23T11:55:04Z
Tim berfoto di Pantai Air Manis (Dokumentasi Ferdinal)



Oleh: Ferdinal
(Civitas Academica Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

Pasbana - Program Studi Magister (S2) Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Pantai Air Manis Padang pada tanggal 19 Maret 2023. 

Kuliah Kerja Lapangan ini diikuti oleh tiga orang mahasiswa dan dibimbing oleh dua orang dosen. Kuliah kerja lapangan ini merupakan salah satu kegiatan kelas di program studi ini yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat langsung kaitan antara sastra dan pariwisata di lapangan, khususnya kawasan Batu Malin Kundang. 

Sastra dan wisata adalah salah satu mata kuliah pilihan di Program Studi Magister Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Unand yang ditawarkan semenjak tahun 2018. Mata kuliah yang diampu oleh Ferdinal, PhD dan Dr. Khairil Anwar ini sudah beberapa kali  melaksanakan kuliah lapangan diantaranya di destinasi wisata Sitti Nurbaya, Rumah Puisi Taufiq Ismail, Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, Komplek makam M Yamin, dan tahun ini di komplek Batu Malin Kundang. 

Mata kuliah ini mengkaji hubungan antara sastra dan pariwisata melalui beragam media seperti sastra lisan, sastra populer dan film dengan menekankan hubungan antara kreatifitas dan inovasi ke dalam pariwisata. Mata kuliah ini terdiri dari beberapa klaster.

Pertama,  bahasan berkaitan dengan sektor wisata di Indonesia, meliputi kesusastraan dan wisata di Indonesia dan perbedaannya dengan yang ada di Barat. 

Kedua, bahan mencakup beberapa sektor seperti sastra petualangan, sastra untuk pertunjukan, museum, dan film. 

Kajian yang diterapkan meliputi pendekatan metodologis untuk mengkaji praktek sastra dan wisata  di Indonesia dan dunia, isu keberlanjutan, dan model bisnisnya dengan menyediakan cara menganalisis sektor ini secara nasional dan internasional. Semua ini dilaksanakan dengan kuliah tatap muka dan workshop serta penilaian berupa esai.

Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami kaitan antara sastra dan wisata secara teoritis, melakukan beberapa hal termasuk menganalisis perkembangan wisata sastra di Indonesia dan dunia, mendalami beberapa studi kasus wisata sastra di Indonesia, serta mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka tentang sastra dan wisata secara lisan dan tulisan.

Selama satu semester, kelas membahas sejumlah topik seperti sastra dan wisata,  wisata sastra, sastra bertema kepariwisataan seperti  novel Sitti Nurbaya dan Laskar pelangi, tempat sastra, tokoh sastra, aktivitas Sastra (literary event), sastra dan wisata film (Ekranisasi), studi kasus wisata sastra di Indonesia serta wisata sastra beberapa negara maju seperti Inggris, Amerika dan Australia.

Pada tahun ini, mahasiswa akan menulis sebuah artikel hasil penelitian yang akan dikirim ke sebuah jurnal terakreditasi nasional. Dalam KKL ini mereka diarahkan untuk mencari data lapangan melalui angket dan instrumen, observasi, dan wawancara.

Olga Robiatul Ahmad, salah seorang mahasiswa KKL, akan menulis tentang modernisasi wisata sastra Malin Kundang di Sumatra Barat. Dengan mempersiapkan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara, dia menemui sejumlah wisatawan dan pedagang yang ada di Pantai Air Manis.

Melalui KKL  ini dia bisa mengumpulkan sebagian data untuk penulisan artikel dia. Harapan dia tidak hanya penyelesaian tulisan tapi juga harapan untuk pengembangan destinasi ini. 

“Saya harap perkembangan wisata sastra di daerah ini bisa lebih maju lagi dengan cara membuat pertunjukan mengenai legenda Malin Kundang sehingga penggiat seni dan wisatawan pun akan banyak hadir di daerah ini,” tuturnya.


Mahasiswa berdialog dengan pedagang (Dokumentasi Olga)



Berbeda dari Olga, Tazsya Putri Selindra, mahasiswa lainnya, akan menulis tentang wisata sastra dan cerita Air Manis.  Tazsya menilai bahwa belum banyak peneliti dan penikmat wisata yang menulis tentang hal ini.

Selama ini masyarakat baru sekedar menyebut dan menggunakan nama Air Manis tanpa mengetahui atau ingin tahu dari mana asal nama tersebut yang seperti dituturkan sejumlah anggota masyarakat berasal dari sebuah cerita dan bagaimana pengaruhnya terhadap wisata di daerah ini. 

Cerita yang ada dibalik nama ini perlu ditelusuri dan dikembangkan untuk memperkokoh keberadaan wisata sastra ini. “Pengetahuan dan harapan masyarakat perlu diperhatikan lagi agar bisa memperluas perkembangan wisata sastra di daerah tersebut,” katanya.



Mahasiswa di salah satu kedai minuman (Dokumentasi Tazsya)



Sementara itu, Siska, seorang mahasiswa asal Lubuklinggau, akan menulis tentang naskah kuno koleksi Museum Subkoss di Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Dia melihat potensi dari museum sebagai destinasi wisata sastra di daerah tempat tinggalnya.


Rangkaian lapak pedagang di Pantai Air Manis (Dokumentasi Ferdinal)



Apa harapan masyarakat terhadap wisata sastra di daerah Air Manis ini? “Saya berharap wisata sastra di daerah tersebut semakin berkembang dan menambah pemasukan perekonomian masyarakat disana,” tutur Reza, seorang mahasiswa asal daerah ini. 

Jawaban Reza ini mungkin bisa mewakili suara-suara dan harapan masyarakat pencinta sastra dan wisata lainnya di Indonesia.(*) 


Padang, 23 Maret 2023
×
Kaba Nan Baru Update