Pasbana - Dalam dunia investasi, banyak investor pemula (bahkan yang sudah cukup berpengalaman) kerap mengejar saham yang sedang “rame” dan viral.
Padahal, ada tipe saham yang diam-diam tangguh dan konsisten memberi keuntungan—yakni saham konglomerasi.
Mari kita bahas secara lugas dan mudah dipahami kenapa saham konglomerasi seperti ASII dan INDF bisa jadi fondasi kuat portofolio jangka panjang kamu.
Bayangkan kamu beli satu keranjang, tapi isinya bukan cuma apel—ada pisang, jeruk, sampai anggur juga. Itulah analogi saham konglomerasi.
Dengan satu kode saham, kamu otomatis punya eksposur ke berbagai lini bisnis. Diversifikasi otomatis ini sangat membantu mengurangi risiko dan menciptakan stabilitas pendapatan perusahaan—yang ujungnya menguntungkan investor.
1. $ASII – Astra Internasional: Konglomerasi Sejuta Cabang
Fakta Utama:Harga saham: Rp 4.860
PER: 5,78 | PBV: 0,92
EPS: 841
ROE: 15,97% | DER: 0,47
Dividen yield: 10,68%
Unit Bisnis:
Otomotif (Toyota, Daihatsu), keuangan (Astra Credit Companies), tambang ($UNTR), agribisnis, properti, dan logistik.
Otomotif (Toyota, Daihatsu), keuangan (Astra Credit Companies), tambang ($UNTR), agribisnis, properti, dan logistik.
Analisis Ringan:
ASII ini ibarat perusahaan serbabisa. Di saat sektor otomotif lesu, tambang lewat UNTR justru bisa menopang pendapatan. Dan menariknya, valuasi ASII saat ini terbilang murah dengan PER di bawah 6 dan PBV di bawah 1—artinya kamu sedang ditawari harga diskon untuk kualitas premium.
Catatan: Dividen yield-nya 10% lebih! Ini seperti beli saham, tapi tiap tahun dibayarin THR.
2. $INDF – Indofood: Raja Dapur Nasional yang Konsisten
Fakta Utama:
Harga saham: Rp 7.475
PER: 7,6 | PBV: 1,01
EPS: 984
ROE: 13,27% | DER: 1,09
Dividen yield: 3,57%
Harga saham: Rp 7.475
PER: 7,6 | PBV: 1,01
EPS: 984
ROE: 13,27% | DER: 1,09
Dividen yield: 3,57%
Unit Bisnis:
Indofood CBP, Bogasari, perkebunan sawit, hingga distribusi logistik makanan.
Indofood CBP, Bogasari, perkebunan sawit, hingga distribusi logistik makanan.
Analisis Ringan:
INDF ini ibarat tulang punggung konsumsi rumah tangga di Indonesia. Mau ekonomi naik-turun, orang tetap beli mi instan, tepung, minyak goreng. Ini bikin arus kasnya stabil dan cenderung meningkat. Meski DER-nya 1,09—alias utangnya lebih besar dari modal sendiri—risiko dikelola baik karena bisnisnya cashflow positif dan sangat tahan banting.
INDF ini ibarat tulang punggung konsumsi rumah tangga di Indonesia. Mau ekonomi naik-turun, orang tetap beli mi instan, tepung, minyak goreng. Ini bikin arus kasnya stabil dan cenderung meningkat. Meski DER-nya 1,09—alias utangnya lebih besar dari modal sendiri—risiko dikelola baik karena bisnisnya cashflow positif dan sangat tahan banting.
Catatan: Utang bukan dosa kalau bisa diubah jadi pertumbuhan.
Kenapa Saham Konglomerasi Patut Masuk Watchlist Kamu?
- Bisnis Tahan Banting: Sudah teruji melewati berbagai krisis ekonomi.
- Likuid dan Stabil: Mudah diperdagangkan, jarang delisting.
- Valuasi Lagi Rasional: Saat pasar sideways, mereka justru sedang diskon.
- Dividen Rutin: Cocok buat kamu yang suka passive income tahunan.
- Cocok Buat Jangka Panjang: Layak jadi fondasi portofolio.
“Kadang yang nggak viral justru yang paling bertahan lama.”
Tips Praktis untuk Kamu yang Tertarik:
- Jangan buru-buru beli. Pantau pergerakan harga dan berita sektoralnya.
- Cek laporan keuangan kuartalan—lihat tren EPS dan cashflow.
- Bandingkan valuasi saat ini dengan rerata historisnya (5–10 tahun terakhir).
- Kalau ragu, bisa mulai dengan beli sebagian saja (average-in).
- Gunakan fitur Stock Screener di aplikasi investasi kamu dengan filter PER rendah dan ROE tinggi untuk cari saham serupa.
Saham konglomerasi bukan hanya aman, tapi juga menyimpan potensi cuan jangka panjang yang sering terabaikan. Di saat banyak investor sibuk mengejar saham gorengan, kamu bisa diam-diam mengoleksi aset bernilai yang terus mengalirkan dividen dan tumbuh konsisten.(*)