Notification

×

Iklan

Iklan

Waspada! 8 Cara Jitu Deteksi Saham Gorengan Sebelum Terjebak Kerugian

02 Mei 2025 | 20:46 WIB Last Updated 2025-05-02T13:46:49Z


Pasbana - Pernah dengar cerita tentang saham yang harganya melonjak ratusan persen dalam hitungan hari, tapi tiba-tiba terjun bebas tanpa alasan jelas? Itulah ciri khas saham gorengan—saham yang harganya dimanipulasi oleh oknum tertentu untuk menciptakan ilusi keuntungan besar. 

Sayangnya, banyak investor pemula yang terjebak, akhirnya merugi karena tidak tahu cara mengenalinya.  

Saham gorengan ibarat makanan cepat saji: menggiurkan di depan mata, tapi bisa berdampak buruk jika dikonsumsi terus-menerus. Lalu, bagaimana cara mendeteksinya sebelum terperangkap? Simak 8 langkah cerdas berikut!  

1. Cek Kesehatan Fundamental Perusahaan


Saham berkualitas didukung oleh kinerja perusahaan yang solid. Sebaliknya, saham gorengan seringkali tidak punya fundamental kuat. Berikut yang harus Anda periksa:  
- Revenue & Laba Bersih (3-5 Tahun Terakhir): Apakah terus meningkat atau justru stagnan/turun?  
- ROE (Return on Equity) & ROA (Return on Assets): Idealnya di atas 15% dan sesuai rata-rata industri.  
- DER (Debt to Equity Ratio): Jika terlalu tinggi (>2x), perusahaan bisa terbebani utang.  
- Arus Kas Operasional: Harus positif! Jika negatif terus, ini tanda bahaya.  

Tips Praktis:  
Gunakan aplikasi seperti Stockbit untuk menganalisis laporan keuangan (LK). Namun, biasakan juga membaca LK langsung di situs Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mencium kejanggalan.  

2. Waspadai Volume & Volatilitas Tak Wajar

Saham gorengan seringkali punya pola:  
- Harga Naik Drastis (30-50%) dalam beberapa hari tanpa kabar positif.  
- Volume Transaksi Tiba-Tiba Meledak, tapi tidak konsisten.  
- Turun Ekstrem atau Auto Reject Bawah (ARB) setelah mencapai puncak.  

Analoginya: Seperti balon yang ditiup terlalu cepat—lambat laun akan pecah.  

3. Bandingkan PER & PBV dengan Rata-Rata Sektor

- Price to Earnings Ratio (PER): Jika >20x padahal perusahaan tidak untung, ini red flag.  
- Price to Book Value (PBV): Jika jauh di atas rata-rata sektor, harganya mungkin sudah overvalued.  

Contoh Kasus: 
Saham XYZ di sektor teknologi memiliki PER 50x, padahal rata-rata sektor hanya 25x. Ini pertanyaan besar: apakah wajar harganya setinggi itu?  

4. Cek Kepemilikan Saham 

Jika mayoritas saham hanya dipegang oleh 1-2 pihak, risiko price manipulation tinggi. Lihat daftar 10 pemegang saham terbesar di laporan BEI.  

5. Amati Pemberitaan & Forum Investasi

Saham gorengan sering digaungkan di:  
- Grup WhatsApp/Trading  
- Forum saham (Kaskus, Stockbit)  
- Rumor tanpa sumber jelas ("Akan ada akuisisi besar!")  

Ingat: Jika kabarnya terlalu bagus untuk jadi kenyataan, mungkin itu jebakan.  


6. Pelajari Pola Bandarmologi (Opsional Tapi Powerful) 

Beberapa broker aktif memainkan saham tertentu. Jika ada 1-2 broker dominan terus-menerus membeli/menjual, bisa jadi ada penggorengan. Tools seperti Bandarmology di Stockbit bisa membantu melacaknya.  


7. Jangan Terjebak FOMO (Fear of Missing Out)

Kisah klasik: teman bilang, "Saham A lagi cuan, buruan beli!" Tapi setelah Anda masuk, harganya malah anjlok. Investasi bukan balapan—jangan ikut arus tanpa analisis.


8. Lakukan "Site Visit" atau Riset Kultur Perusahaan

Investor cerdas selalu memastikan:  
- Apakah perusahaan punya kantor nyata?  
- Apakah produknya benar-benar ada di pasaran?  
- Bagaimana reputasi manajemennya?  

Contoh Nyata:  
Beberapa emiten saham gorengan ternyata hanya beroperasi di "atas kertas" tanpa bisnis riil.  

Saham gorengan memang menggoda, tapi risikonya jauh lebih besar. Dengan menerapkan 8 langkah di atas, Anda bisa lebih bijak memilih saham yang fundamentally strong dan terhindar dari jebakan spekulasi.  (B) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update