Padang, pasbana — Tradisi mengolah daging kurban menjadi rendang di Ranah Minang terus terjaga sebagai warisan budaya yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Setiap Idul Adha, hampir di setiap rumah warga Padang, aroma rendang menyeruak dari dapur hingga ke halaman rumah. Meski harga kelapa dan santan tengah meroket, semangat perempuan Minang dalam mempertahankan kuliner khas ini tak pernah surut.
"Sebelum dapat daging, ke pasar dulu beli kelapa dan bumbu," ujar Rahmi, seorang ibu rumah tangga di kawasan Lubuk Buaya, Sabtu (7/6/2025).
Ia menjadi satu dari ribuan warga yang antusias menyambut Hari Raya Kurban dengan menyiapkan rendang sebagai sajian utama.
Tradisi Kuliner Tak Terpengaruh Harga
Dari pantauan di lapangan, antusiasme masyarakat untuk memasak rendang tetap tinggi meski harga bahan baku seperti kelapa dan santan melonjak drastis. Saat ini, satu butir kelapa dijual hingga Rp7.000, naik dari harga sebelumnya Rp5.000.Sementara itu, harga santan per kilogram kini mencapai Rp18.000, naik hampir dua kali lipat dari harga normal yang berkisar Rp10.000.
"Harga memang naik, tapi rendang tetap wajib ada. Masak rendang saat lebaran kurban sudah seperti kewajiban," ungkap Tika, warga Balai Gadang, Koto Tangah.
Ia bahkan sudah memesan kelapa sehari sebelumnya untuk menghindari kehabisan stok.
Fenomena ini juga berdampak pada lonjakan permintaan di pasar. Warung-warung penjual kelapa dan santan, seperti milik Edi di Lubuk Minturun, diserbu pembeli.
Fenomena ini juga berdampak pada lonjakan permintaan di pasar. Warung-warung penjual kelapa dan santan, seperti milik Edi di Lubuk Minturun, diserbu pembeli.
"Sejak subuh, saya sudah sibuk kukur kelapa. Alhamdulillah, rezeki lebaran haji," ujarnya dengan senyum lelah namun bahagia.
Pedagang lain di Pasar Lubuk Buaya, Rahmat, mengakui harga naik mengikuti pasokan dari pemasok utama. "Memang dari sananya sudah mahal. Kami cuma ikut harga tokenya," jelasnya.
Konsumsi Daging, Dinas Kesehatan Beri Imbauan
Di balik euforia perayaan dan sajian lezat khas Idul Adha, Dinas Kesehatan Kota Padang turut mengingatkan masyarakat untuk tetap bijak dalam mengonsumsi daging kurban.
"Kami imbau warga agar tidak mengonsumsi daging secara berlebihan. Idealnya, konsumsi harian daging untuk orang sehat adalah sekitar 65 gram," tegas dr. Lidia Febrina, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinkes Kota Padang.
Selain itu, ia menyarankan agar konsumsi daging diimbangi dengan asupan buah dan sayur segar untuk menjaga kadar kolesterol dalam tubuh.
Kandungan serat pada buah dan sayur diketahui efektif dalam menghambat penyerapan lemak jenuh dari makanan.
Simbol Kehangatan dan Identitas Budaya
Rendang bukan sekadar sajian lezat, tetapi simbol kekuatan budaya dan kehangatan keluarga. Setiap potong daging yang dimasak berjam-jam dalam balutan santan dan rempah ini membawa pesan kebersamaan, pengorbanan, dan cinta.UNESCO telah mengakui rendang sebagai salah satu warisan budaya tak benda, dan CNN Travel juga menobatkannya sebagai makanan terenak di dunia. Tak heran jika kehadirannya di momen Idul Adha menjadi semacam keharusan yang tak tertulis namun kuat dalam praktik sosial masyarakat Minang.
Momen Idul Adha di Padang tahun ini kembali membuktikan bahwa cinta masyarakat Minang terhadap tradisi dan kuliner lokal tidak mudah digoyahkan, bahkan oleh tekanan harga pasar.
Meski kelapa dan santan mahal, rendang tetap hadir hangat di atas meja, menjadi lambang rasa syukur dan keteguhan budaya.
"Rendang bukan hanya soal rasa, tapi tentang warisan dan hati," tutur Rahmi sambil mengaduk rendang di wajan besar dapurnya, memperkuat makna di balik setiap sajian yang dimasak dengan penuh cinta. Makin tahu Indonesia. (*)
"Rendang bukan hanya soal rasa, tapi tentang warisan dan hati," tutur Rahmi sambil mengaduk rendang di wajan besar dapurnya, memperkuat makna di balik setiap sajian yang dimasak dengan penuh cinta. Makin tahu Indonesia. (*)