Notification

×

Iklan

Iklan

Menpora Targetkan Pencak Silat Tembus Olimpiade, Sumbar Disiapkan Jadi Laboratorium Budaya dan Prestasi

05 Juli 2025 | 09:26 WIB Last Updated 2025-07-05T02:26:37Z


Padang, pasbana  – Pencak silat, seni bela diri warisan bangsa, kini tengah diupayakan agar bisa tampil di panggung tertinggi olahraga dunia: Olimpiade. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo, menegaskan bahwa pemerintah telah memulai langkah serius untuk membawa pencak silat ke level global, dengan dukungan diplomasi tingkat tinggi yang melibatkan Komite Olimpiade Dunia.

“Silat bukan sekadar olahraga lokal atau ajang perebutan medali di PON dan SEA Games. Ia adalah diplomasi budaya. Kami ingin pencak silat berdiri sejajar dengan karate, taekwondo, dan judo di Olimpiade. Dan itu sedang kita perjuangkan secara resmi,” tegas Dito saat menghadiri pelantikan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, di Padang, Kamis (3/7/2025).

Dalam sambutannya, Dito mengungkapkan bahwa pemerintah telah menjalin komunikasi intensif dengan Presiden Komite Olimpiade Dunia guna membuka peluang pencak silat masuk dalam cabang olahraga resmi Olimpiade. Upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk memperkuat posisi olahraga tradisional di tingkat internasional, seiring dengan diplomasi budaya yang selama ini menjadi ciri khas Indonesia.

“Kami telah melakukan lobi langsung. Ini bukan hanya demi prestasi, tetapi untuk mengangkat budaya Indonesia ke panggung dunia,” ujar Dito.

Sumatera Barat (Sumbar), yang dikenal luas sebagai daerah dengan akar tradisi pencak silat yang kuat, dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi laboratorium budaya dan pengembangan pencak silat nasional.

“Sumbar punya kekayaan filosofi dan tradisi silek yang tidak dimiliki daerah lain. Ini adalah aset luar biasa. Di sinilah seharusnya silat berkembang bukan hanya sebagai olahraga, tapi juga sebagai narasi budaya,” ujar Dito.

Menpora bahkan menantang Ketua IPSI Sumbar yang baru dilantik, Vasko Ruseimy, untuk segera menyusun dan mengajukan program strategis kepada Kemenpora. “Saya tunggu konsepnya. Jangan lama-lama. Kami siap mendukung 1000 persen,” ucap Dito.

Menanggapi tantangan tersebut, Vasko Ruseimy menyatakan kesiapan IPSI Sumbar dalam menyusun peta jalan pengembangan pencak silat di ranah Minang. Ia menegaskan bahwa arah kebijakan IPSI ke depan akan menggabungkan pelestarian silek tradisi dengan pembinaan atlet secara berjenjang dan berkelanjutan.

“Kami akan membangun silat prestasi yang tetap memiliki ruh. Dan ruh itu lahir dari silek tradisi Minang. Ini bukan sekadar bela diri, ini bagian dari identitas kita,” kata Vasco.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan membentuk tim kerja kolaboratif yang terdiri dari tua silek (tokoh adat), pelatih, akademisi, hingga pegiat olahraga. Tim ini bertugas menyusun dokumen strategis pengembangan silat Sumbar yang menyeluruh, dari pelestarian budaya hingga pencapaian prestasi dunia.

Silat adalah identitas kultural bangsa. Menjadikannya sebagai cabang Olimpiade akan memberi dampak positif yang luar biasa, baik secara diplomatik maupun ekonomi. Tapi tentu ini butuh kerja keras dan strategi komprehensif.

Berdasarkan data Kemenpora per 2024, terdapat lebih dari 15 juta praktisi pencak silat di Indonesia, dengan ribuan perguruan tersebar di seluruh provinsi. Di Sumatera Barat sendiri, tercatat lebih dari 300 perguruan aktif, menunjukkan kekayaan dan potensi yang dapat dioptimalkan sebagai pusat pelatihan sekaligus diplomasi budaya.

Langkah pemerintah memperjuangkan pencak silat masuk ke Olimpiade bukan hanya tentang medali, tapi tentang pengakuan atas warisan budaya bangsa. Dengan komitmen kuat dari pemerintah pusat dan dukungan konkret dari daerah seperti Sumbar, impian silat berkiprah di ajang olahraga tertinggi dunia bukanlah hal yang mustahil.

“Silat harus punya panggung dunia. Dan Sumbar harus jadi panggung utama untuk memulainya,” pungkas Dito Ariotedjo.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update