Notification

×

Iklan

Iklan

Mudah Terpesona, Gampang Terperdaya: Membuat Bangsa ini Mudah Dikibuli

04 Juli 2025 | 07:47 WIB Last Updated 2025-07-04T00:47:38Z


Oleh: Satria Asmal, SP,CHT,CI,CMT NLP

Pasbana - Bangsa ini acap kali dihadapkan pada dilema yang sama: mudah terpesona, gampang terperdaya. 

Fenomena ini bukan sekadar karakter individual, melainkan telah menjadi semacam penyakit sosial yang menghambat kebangkitan dan kemajuan. Sehingga kita mudah dikibuli. 

Kita seakan cepat melupakan pahitnya pengkhianatan, mudah terbuai oleh janji manis, dan gampang terjebak pencitraan semu. 

Akibatnya, kita menjadi mudah diiming-imingi, cepat lupa, dan berkali-kali dikhianati.

Kecenderungan kurang hati-hati ini sering kali bermula dari cepat terpesona namun belum didalami yang sebenarnya. Kita cenderung terpukau pada kulit luar tanpa mau menyelami kedalaman substansi. 

Janji-janji manis para politisi, tampilan memukau para manipulator, atau tren-tren sesaat yang viral, semua itu seringkali berhasil menjerat kita dalam lingkaran mudah diperalat dan dibodoh-bodohi. Ini adalah lingkaran setan yang terus berulang, membuat bangsa ini sulit untuk benar-benar bangkit dan berdiri tegak.

Perlunya Intelektualitas dan Analisis Tajam


Untuk memutus rantai ini, kita mutlak membutuhkan intelektualitas dan analisis tajam. Bukan berarti setiap individu harus menjadi seorang cendekiawan, namun setiap warga negara perlu dibekali kemampuan berpikir kritis yang memadai. 

Kita harus punya jiwa kritis yang membangun, yang tidak hanya sekadar menyalahkan, tetapi juga mampu mengidentifikasi akar masalah dan mencari solusi. Jiwa kritis ini adalah perisai kita dari tipu daya dan manipulasi.

Kemampuan untuk cek dan kroscek terlebih dahulu setiap informasi yang diterima adalah kunci. 

Di era banjir informasi seperti sekarang, validitas dan kebenaran sebuah berita seringkali kabur. Tanpa filterisasi yang kuat, kita akan dengan mudah digiring opini sesat atau bahkan propaganda yang merugikan.

Bagaimana Menyikapi Ini?


Solusi terbaik tentu bisa kita lihat bagaimana
Agama, dalam hal ini Islam, sangat menekankan pentingnya kebijaksanaan, kehati-hatian, dan ketidakmudahan terperdaya. Banyak dalil yang secara eksplisit maupun implisit mengajarkan kita untuk waspada terhadap tipu daya. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 94:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bepergian (berperang) di jalan Allah, maka telitilah (dengan seksama) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu: 'Kamu bukan seorang mukmin', (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu. Maka telitilah dengan seksama. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini menegaskan pentingnya ketelitian dan kehati-hatian dalam mengambil tindakan, bahkan dalam kondisi perang sekalipun. 

Lebih luas lagi, ini bisa dimaknai sebagai keharusan untuk tidak mudah menghakimi atau mengambil kesimpulan tanpa didasari informasi yang valid.

Rasulullah SAW juga telah memperingatkan tentang bahaya orang-orang munafik dan pengkhianat. Beliau bersabda:
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist ini memberikan rambu-rambu yang jelas agar kita mengenali ciri-ciri pengkhianat dan munafik. 

Agama mengajarkan agar selamat dari tipu daya para pengkhianat dan munafikin dengan cara memahami karakter mereka, tidak mudah percaya pada janji-janji kosong, dan selalu berpegang teguh pada kebenaran.

Pada akhirnya, kebangkitan bangsa ini sangat bergantung pada kemampuan kita untuk keluar dari sifat mudah terpesona, gampang terperdaya. 

Dengan membekali diri dengan intelektualitas, analisis tajam, jiwa kritis yang membangun, dan ketaatan pada ajaran agama yang menuntut kehati-hatian, kita bisa menjadi bangsa yang lebih tangguh, tidak mudah dibodohi, dan mampu mewujudkan potensi sejatinya.

Karena bangsa ini layak untuk bahagia. 

***

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update