Notification

×

Iklan

Iklan

Siaga Darurat Karhutla Mengintai Sumatera Barat: Antisipasi Bencana Asap Semakin Mendesak!

26 Juli 2025 | 16:24 WIB Last Updated 2025-07-26T09:24:04Z


Padang, pasbana  – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bergerak cepat mempersiapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai langkah antisipasi untuk menekan risiko dan dampak bencana kabut asap yang kian mengancam. 
Kesiapan ini menjadi krusial mengingat meluasnya area terdampak karhutla di beberapa wilayah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Rudy Rinaldy, menegaskan bahwa proses penetapan status siaga darurat ini tengah berjalan intensif. 
Langkah proaktif ini diambil setelah dua kabupaten, yaitu Limapuluh Kota dan Solok, sebelumnya telah menaikkan status menjadi tanggap darurat karhutla akibat eskalasi kejadian kebakaran di wilayah mereka.

Ironisnya, di Kabupaten Solok, seluruh kecamatan dilaporkan telah merasakan dampak langsung dari kebakaran hutan dan lahan. 
Meskipun demikian, Rudy Rinaldy menyatakan bahwa daerah lain di Sumbar masih terkendali dan belum menunjukkan potensi untuk masuk ke status tanggap darurat, berkat skala kebakaran yang relatif kecil.

Data terkini menunjukkan bahwa sekitar 500 hektare hutan dan lahan di Sumbar telah hangus dilalap api. Kabupaten Limapuluh Kota dan Solok menjadi wilayah yang paling parah terdampak. 
Diduga kuat, sebagian besar insiden kebakaran ini berawal dari praktik pembukaan lahan pertanian. Oleh karena itu, BPBD Sumbar tak henti-hentinya mengimbau masyarakat untuk menghentikan metode pembakaran hutan atau lahan pertanian, mengingat potensi kerugian yang bisa ditimbulkan sangat luar biasa.

Upaya pemadaman karhutla menghadapi tantangan serius. Topografi wilayah yang curam dan lokasi kebakaran yang seringkali berada jauh di dalam hutan membuat akses bagi mobil pemadam kebakaran nyaris mustahil. 
Satu-satunya harapan untuk memadamkan api di area sulit adalah melalui operasi modifikasi cuaca dengan menggunakan pesawat. 
Berdasarkan pemantauan dari aplikasi SIPONGI+, tercatat sebanyak 50 titik api (hotspot) muncul di seluruh wilayah Sumbar dalam periode 1 hingga 25 Juli 2025, menandakan tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana asap.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update