Notification

×

Iklan

Iklan

Soeryadarma Isman Angkat Tradisi Peusijuek Lewat Buku Ilustrasi, Hadirkan Kearifan Lokal Aceh untuk Generasi Muda

02 Juli 2025 | 19:32 WIB Last Updated 2025-07-02T12:32:32Z


Padang Panjang, pasbana Tradisi adat Aceh, Peusijuek, diangkat menjadi tema utama dalam sebuah karya visual yang unik dan edukatif. Soeryadarma Isman, mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, merancang buku ilustrasi bertema Peusijuek sebagai bagian dari tugas akhir strata satu (S1). 

Pameran karya tersebut akan digelar pada Senin, 7 Juli 2025 bertempat di Aula Hotel Aulia, Kota Padang Panjang, dalam satu rangkaian kegiatan sehari penuh.

Karya ini merupakan hasil perancangan media informasi berbentuk buku ilustrasi dengan judul: "Tradisi Peusijuek sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Aceh bagi Kalangan Remaja."

Soeryadarma menyampaikan bahwa ide tersebut lahir dari keinginannya memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda dengan pendekatan yang lebih menarik dan mudah dipahami.



“Peusijuek adalah upacara adat masyarakat Aceh yang sarat makna spiritual. Ia menjadi simbol restu dan doa dalam berbagai fase penting kehidupan, seperti pernikahan, naik haji, pindah rumah, memiliki kendaraan baru, atau kenaikan pangkat,” ujar Soeryadarma, saat ditemui di Sekretariat Komunitas Seni Kuflet, Rabu (2/7/2025), di tengah persiapan menuju hari pameran.

Menurutnya, penggunaan buku ilustrasi sebagai media informasi dipilih karena memiliki kekuatan visual yang efektif dalam menyampaikan pesan budaya. 

Kombinasi antara gambar dan narasi menjadikan informasi lebih mudah diserap oleh kalangan remaja, yang selama ini cenderung tidak akrab dengan praktik-praktik budaya tradisional.




“Ilustrasi mampu menampilkan elemen-elemen tradisi dengan cara yang lebih hidup dan emosional. Dengan begitu, anak-anak muda bisa mengenali dan mencintai budaya leluhurnya,” papar Soeryadarma yang juga dikenal sebagai penyair dan penulis muda berbakat, sekaligus putra dari sastrawan nasional Dr. Sulaiman Juned, M.Sn.

Soeryadarma tidak bekerja sendiri. Dalam proses kreatifnya, ia didampingi sejumlah rekan, termasuk Ichsan Saputra, yang turut menggarap aspek riset budaya dan visualisasi cerita.

Ichsan menekankan pentingnya menjadikan tradisi seperti Peusijuek bukan hanya sebagai warisan ritual, tetapi juga sebagai sarana edukasi lintas generasi.

“Tradisi ini bukan sekadar seremoni adat. Ia menyimpan filosofi yang dalam dan bisa menjadi media pembelajaran bagi anak-anak muda untuk mengenal akar budayanya,” tutur Ichsan.

Pameran ini menjadi bentuk presentasi akhir yang tidak hanya berfungsi akademik, tetapi juga membuka ruang dialog budaya antargenerasi. Dalam konteks lebih luas, langkah ini sejalan dengan upaya pelestarian budaya lokal yang kini tengah digencarkan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan komunitas budaya di Aceh dan Sumatera Barat.

Dalam catatan Dinas Kebudayaan Provinsi Aceh tahun 2024, sebanyak 23 tradisi adat Aceh masuk dalam daftar inventarisasi warisan budaya tak benda, namun sebagian besar belum terdokumentasikan secara modern dan menarik untuk kalangan muda. 

Melalui karya buku ilustrasi ini, Soeryadarma memberikan solusi kreatif untuk menjembatani gap antar generasi dalam memahami nilai-nilai budaya leluhur.
Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan dari komunitas seni lokal, akademisi ISI Padang Panjang, serta pemerhati budaya dari lintas daerah. 

Diharapkan, karya ini tidak hanya berhenti di ruang pameran, tetapi juga dapat diterbitkan dan digunakan sebagai bahan bacaan edukatif di sekolah maupun komunitas budaya.

Dengan semangat muda dan pendekatan visual yang kekinian, Soeryadarma Isman membuktikan bahwa warisan tradisi tak harus menjadi sekadar cerita lama. Ia bisa dihidupkan kembali dalam bentuk yang baru, lebih segar, dan tetap sarat makna.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update